Terkadang sesuatu hal yang biasa
mampu menjadi sesuatu yang luar biasa, tatkala sesuatu hal yang biasa tersebut
dikerjakan dengan jalan yang berbeda (tidak biasa). Terkadang suatu sikap (tingkah
laku) yang telah menjadi adat kebiasaan dalam keseharian mampu menjadi sesuatu
yang unik dan istimewa, tatkala yang melakukan adalah subjek (tokoh) yang
berbeda. Terkadang suatu lelucon dalam sandiwara atau pun drama mampu menjadi
sesuatu yang menjengkelkan, mendeterminasikan, dan mengontruksi permasalahan,
tatkala lelucon yang ditampilkan hiperbolrealita. Terkadang suatu kemarahan
akan mampu menjadi hiburan (lelucon), tatkala meluapkan gejolak rasa marah
dalam eskpresi, mimik dan sikap yang tidak biasa.
Ya... seakan-akan sesuatu hal yang
telah lumrah dilakukan akan menjadi sesuatu hal yang berbeda, tatkala momen, setting
ruang dan waktu, gejolak rasa, ekspresi dan mimik, serta subjek baru (lain yang
berbeda) tidak terposisikan pada keharusan (kerelatifan) proporsi yang telah
ada. (dalam artian sebuah kontruksi adat yang lumrah melakukan suatu hal
tersebut).
Tatkala sesuatu hal yang demikian
terjadi, guyon yang bersifat nyeleneh (merendahkan, meremehkan, menghina)
pun tidak dapat dihindari. Sehingga sang subjek (yang pada waktu itu sebagai
pelaku/objek perhatian) pun merasa terhegemoni, terlegitimasi oleh over shyness
yang meyelimuti diri.
Namun apabila kita flashback dan
berusaha menggatikan posisi diri pribadi kita dengan sang subjek (sebagai objek
perhatian) maka disana pun kita akan mengerti, memahami dan merenungi rasa apa
yang sebenarnya sedang terjadi menerpa diri. Tapi sayang, sesuatu yang lumrah
pun kini telah menghegemoni adat kebiasaan. Sehingga seakan-akan diri kita pun
tidak bisa menolak, mengontrol dan mengendalikan diri bebas dari kelumrahan
realita yang ada.
Meskipun demikian, mungkin tidak ada
salahnya bila kita terus berusaha mencoba dan berintropeksi diri dalam
merekontruksi pemahaman diri pribadi dan framework kita terhadap keadaan
yang sedang terjadi dan dialami. Mungkin juga tidak ada alasan untuk berusaha
dan mencoba sesuatu hal yang belum kita lakukan selama hidup ini, (dalam artian
sesuatu hal yang belum/segan kita lakukan tersebut masih ada dalam ranah
kebaikan). Sehingga suatu saat tatkala itu diri pribadi kita mampu mengerti,
memahami akan pentingnya kerelatifan diri dan merasakan bagaimana gejolak rasa
yang menerpa diri. Dan kita pun akan berkata: “kenapa harus tertawa, bukankah
yang demikian adalah sesuatu hal biasa yang kita lakukan”.
Komentar
Posting Komentar