Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Inspirasi Ramadhan

Semua Butuh Responsible Jika dalam tulisan saya terdahulu yang telah diposting diakun media sosial pribadi saya mempersoalkan tentang segala sesuatu yang diinginkan, yang diharapkan dan yang dicita-citakan pasti membutuhkan adanya suatu proses. Ya... betul suatu proses. Baik itu suatu proses yang di dalamnya melibatkan psikis yang mecakup berbagai macam gejolak rasa yang sifatnya impressable. Yang bila dideskripsikan tidak jauh bedalah seperti premen nano-nano, hehe. Atau pun suatu proses yang di dalamnya melibatkan fisik yang mecakup berbagai macam halau rintangan yang mengandung advice, lesson atau pun blessing yang perlu diperhatikan. Maka dalam tulisan saya kali ini, saya akan mempersoalkan tentang segala sesuatu yang diinginkan, yang diharapkan dan yang dicita-citakan pasti senantiasa membutuhkan responsible. Ya, betul tanggungjawab. Terkadang di satu sisi kita secara eksplisit terang-terangan dan seenaknya menganggap suatu pekerjaan yang kecil, ringan dan mudah itu mudah unt

Inspirasi Ramadhan

Nilai Dulu Diri Pribadi Sebelum Menilai Orang Lain Ada yang mengatakan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang mampu menyihir (merekonstruksi) semua tindakan orang yang notabenenya islam menjadi insan kamil. Bulan mubarak untuk muhasabah yaumiyah amal pribadi bagi seluruh umat islam. Bulan yang akan melatih umat islam mengerti, merenungi dan memahami akan makna kehidupan. Sehingga tidak aneh lagi bila ada sebagian orang yang menjustifikasi bahwa syaru ramadhan merupakan salah satu sarana yang menjadikan orang ‘mendadak religius’. Tapi yang perlu kita ketahui, klarifikasi, kritisasi dan analisis secara seksama, ialah persoalan tentang benar tidaknya fenomena orang yang mendadak religius tersebut. Apakah memang benar fenomena mendadak religius tersebut hanya berlaku di bulan ramadhan? Apa mungkin fenomena mendadak religius tersebut hanya sebagai rutinitas musiman? Alias hanya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi? Yang bila dianalogikan layaknya bunglon Atau memang hal yang dem

Bebagi Wawasan Pengetahuan

“Menggugat Pengetahuan Theosentris” By: Roni Ramlan dan Gedong Maulana Kabir (Jurusan Filsafat Agama) BAB I LATAR BELAKANG Geliat perkembangan ilmu pengetahuan berusaha mengekspresikan eksistensinya ditengah-tengah kungkungan dogma gereja yang sedang gencar menguasai semua aspek kehidupan. Hal ini tentu disambut baik oleh  mereka yang beraliran rasional (rasionalisme) yang selalu berspekulasi tentang keshahihan sebuah pengetahuan hanya melalui rasio semata. Akan tetapi pada saat rasionalisme mempunyai kendali atas perkembangan ilmu pengetahuan, ternyata ilmu pengetahuan selalu dicampuradukan, dibatasi dan dikontrol oleh dogma gereja yang memegang tampuk kekuasaan. Sehingga eksistensi ilmu pengetahuan diminimalisir dan diakomodir untuk melegitimasi dogma gereja. Keadaan yang demikian tentu menjadi pertimbangan bagi aliran yang menjadi lawan, yakni aliran empiris (empirisme). Dimana aliran empiris ini beranggapan bahwa keshahihan pengetahuan hanya bersumber dari pengalam

Dinamika Dalam Menyambut Ramadhan

Aroma khas suasana Ramadhan kini mulai menyerbak kesegala arah memecah aroma suasana yang khalayaknya lumrah. Menjadi pembeda di antara bulan-bulan lain yang lumrah, dengan membawa ciri khasnya yang penuh berkah. Berkahnya yang melimpah menjadikan bulan ramadhan sebagai bulan yang penuh dengan kehangatan yang tercerminkan dalam suasana khas di dalamnya. Pantas saja bila semua orang muslim yang ada dipenjuru dunia menantikan akan kehadirannya. Ya... betul, bulan ramadhan yang kini tinggal dihitung dengan maksimal dua jari telah memberi simbol tersendiri. Suatu tradisi yang berisikan kalimat ucapan permintaan maaf melalui berbagai media sosial pun menjadi salah satu ciri yang marak mewarnai. Baik itu seuntai kata permintaan maaf yang tersusun dengan kalimat yang paradoks, hiperbola atau pun dengan menggunakan style bahasa yang sedang booming menjadi tren. Tidak hanya demikian, bulan ramadhan yang akan menghampiri pun disambut baik dengan problematika tentang tutupnya tempat hiburan

Semua Butuh Proses

Segala sesuatu yang diinginkan, yang diharapkan dan yang dicita-citakan pasti membutuhkan adanya suatu proses. Ya... betul suatu proses. Baik itu suatu proses yang di dalamnya melibatkan psikis yang mecakup berbagai macam gejolak rasa yang sifatnya impressable. Yang bila dideskripsikan tidak jauh bedalah seperti premen nano-nano, hehe. Atau pun suatu proses yang di dalamnya melibatkan fisik yang mecakup berbagai macam halau rintangan yang mengandung advice, lesson atau pun blessing yang perlu diperhatikan. Ya, ya, ya mungkin betul demikian. Pasalnya mie instan saja yang benar-benar sudah instan masih perlu membutuhkan suatu proses. Apalagi persoalan hidup yang belum instan (problematika hidup yang perlu dihadapi dan dipecahkan), pasti selalu membutuhkan adanya suatu proses untuk mencapai kultuminasi kenikmatan (kepuasaan). Meskipun pada hakikatnya kita bersama telah mengetahui bahwa salah satu sifat dari manusia ialah tidak akan pernah berhenti mencari dan merasa puas dengan apa yan

Kontruksi Dunia Musik

Setelah selesai menunaikan ibadah shalat subuh dan aktivitas pelengkapnya, dengan segera saya mengganti pakaian muslim yang saya kenakan. Saya ganti dengan pakaian dalam yang terbuka tanpa lengan. Begitu juga dengan sarung yang saya kenakan. Saya ganti menjadi training panjang yang sekiranya mampu menutupi aurat dan memberikan sedikit kehangatan. Ups..., ini bukanlah ajang untuk melucuti identitas seorang muslim, melainkan sebuah aksi yang dikehendaki untuk menyambut dinginnya pagi yang menggigilkan dan sekaligus ingin merasakan sejuknya udara pagi yang menyegarkan.  Ya... betul demikian. Sebuah aksi yang menurut saya sangat mengasyikan dan memberikan semangat baru dalam menjalani rutinitas kehidupan. Tidak hanya demikian sejuknya udara pagi yang menyegarkan nafas dan rasa dingin yang telah menghujam tubuh yang masih terbalut dengan kehangatan, ternyata telah memberikan suatu ide yang sekiranya tidak boleh disia-siakan. Secara sadar hal yang demikian telah menstimulus diri saya untu

Persepsi Tentang Kebiasaan

Lagi-lagi akal pikiran ini mulai kebingungan dalam menentukan suatu tema apa yang memang hendak benar-benar difokuskan, menarik dan sedap untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Kebingungan yang dalam artian bukannya tidak ada ide atau inspirasi yang sempat melintas dan terdeskripsikan dalam akal pikiran, melainkan karena terlalu banyak ide yang menginspirasi dunia akal pikiran. Sehingga  yang demikian mendorong diri saya untuk berusaha mengkategorikan dan memilah-milah diantara ide dan inspirasi tersebut yang memang benar-benar dapat difokuskan pembahasannya.    Yah.. mungkin demikian sedikit pendeskripsian akal pikiran saya sebelum menuangkan ide atau pun inspirasi ke dalam suatu bentuk tulisan.  Suasana UAS yang khas dan masih hangat menyelimuti diri, ternyata lagi-lagi memberi sandaran inspirasi pada diri saya pribadi. Entah kenapa, rasa-rasanya setiap rutinitas hari di minggu ini membuat diri saya pribadi sedikit khawatir dan deg-degan dengan apa  yang telah saya coretkan dala