Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

Dalam Selimut Sunyi

Di atas sajadah aku menyembah Berpasrah diri menyembelih dalih Beranjak dari segala bentuk yang kusebut buih Prahara yang kerap mengeja bahasa hati menjadi perih Prahara yang mengeja diri teruntuk pamrih Prahara yang mengeja rasa terasa mendidih Di atas sajadah aku bersimpuh Berlapang hati melepas keluh  Memanja diri dari jeratan peluh Menghapus gunungan kesah menyeluruh Di atas sajadah aku mengiba Mengaku diri penuh dosa Hina seluput-luputnya Tak ada sisa sebutir pun jumawa Tubuh-jiwaku milik Dia Pun aku sirna, tanpa nama ataupun tanda Di atas sajadah aku menyambung nyawa Dalam sendu sedan aku meminta Pancangkan jalan terang benderang di depan mata Sejernih Engkau merahmatkan sifat Rahman kepada seluruh makhluk di alam semesta Di atas sajadah aku memuja Merayu-rayu kebaikan Tuhan terlimpahkan ke dalam tubuh dan jiwa Menapaki jalan sunyi tak bernyawa Menyingkapkan selimut kepentingan pribadi yang sering kusebut tipu daya Tulungagung, 19 September 2022

Tahapan Keempat dalam Proses Pembelajaran Mengaji di TPQLB Spirit Dakwah

Tahapan keempat, menulis jilid. Setelah selesai membaca jilid (mengaji), lantas setiap santri diminta untuk menuliskan satu lembar atau beberapa bagian dari jilid yang mereka baca. Itu berlaku untuk semua santri, kecuali santri yang tunanetra. Yang unik dalam proses menulis jilid itu adalah cara masing-masing santri membentuk karakter huruf Hijaiyah. Umumnya, santri yang tergolong tunarungu dan tunawicara dewasa akan sangat cepat menyelesaikan tugas menulisnya. Meski kemudian hasil tulisannya beragam juga. Ada yang bagus, lumayan bagus dan biasa saja serta sukar untuk dibaca.  Kesalahan-kesalahan penulisan huruf Hijaiyah tertentu juga sangat sering tampak. Misalnya saat menuliskan huruf Shad, Dhad, dha, tha, sin, syin dan bentuk huruf Hijaiyah yang disambungkan. Terkadang ada pula santri yang menulis huruf arab dari arah yang berlawanan dengan kebiasaan pada umumnya. Ada pula santri yang merasa kebingungan terkait bagaimana cara menyambungkan huruf demi huruf. Dan ada pula santri yang

Mengamati Proses Pembelajaran Mengaji di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung (Bagian 3)

Ini adalah tulisan bagian 3 dari tulisan yang berjudul Proses Pembelajaran Mengaji di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung. Lanjutan dari postingan sebelumnya. Maka saya sarankan Anda membaca dari sesi awal supaya jalan ceritanya dapat dipahami secara utuh. *** Tahapan ketiga, yakni mengaji. Penyelenggaraan mengaji di TPQLB disesuaikan dengan jenis disabilitas para santri. Santri tunarungu, tunawicara, tunanetra dan tunadaksa mengaji pada sesi yang pertama. Sedangkan pembelajaran mengaji sesi dua dikhususkan untuk santri tunagrahita, hiperaktif dan down syndrome. Jadwal penyelenggaraan mengaji tersebut dengan sengaja dibuat sedemikian rupa mengingat efektivitas dan efisiensi waktu. Ada asumsi, kategori santri yang mengaji pada sesi pertama lebih ringan di hadapi (dikontrol, diarahkan dan ditata) daripada sesi yang kedua. Termasuk mengakali kapasitas tempat duduk, meja belajar dan manakala dewan asatidz yang hadir tidak sesuai kuota. Atas dasar demikian cara mengaji santri yang tun

Mengamati Proses Pembelajaran Mengaji di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung

Harus ditegaskan di awal, bahwa tulisan ini adalah edisi lanjutan dari postingan sebelumnya. *** Tahapan kedua, stretching (peregangan), olahraga mulut dan olah vokal. Dalam stretching terdapat beberapa anggota tubuh yang digerakkan. Mulai dari kepala, tangan hingga kaki. Mulanya peregangan dimulai dari kepala. Untuk urutannya: satu, mendongakkan kepala dan kedua tangan mendorong dagu. Dua, kepala dipatahkan ke samping kanan, dan tangan kanan melingkari kepala menyentuh telinga bagian kiri.  Tiga, kepala dipatahkan ke samping kiri, dan tangan kiri melingkari kepala hingga menyentuh telinga bagian kanan. Empat, menganggukkan kepala ke bawah dan ke atas dengan irama masing-masing dua kali. Hal itu dilakukan sebanyak delapan kali. Lima, gerakan dinamis mematahkan kepala ke samping kanan dan kiri dengan hitungan masing-masing dua kali. Hal itu dilakukan sebanyak delapan kali.  Selanjutnya perenggangan kedua tangan. Satu, tangan kanan dibentangkan ke depan dan posisi telapak tangan menghada