Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Refleksi

Aku, Antalogi dan Membaca Kurang lebih dua pekan yang lalu , salah seorang teman akrab singgah di kos saya. Kos yang rupanya hampir sulit dibedakan dengan asrama putra yang biasanya disebut kobong (istilah bahasa sunda menyebutkan). Kamar panjang tanpa sekat, yang dijejali dengan deret lemari-lemari minimalis yang terbuat dari kayu dan triplek. Itupun tidak setiap lemari berisi pakaian, melain buku bacaan. Bahkan ada yang nampak lebih parah lagi. Buku   tertata rapih di dalam lemari, sementara pakaian bergelantungan di mana-mana. Belum lagi di bagian sela-sela deret lemari tersebut, terdapat rak yang dipenuhi buku yang wujudnya acakadut. Tidak tertata rapih. Dan kebetulan buku milik saya, berada tepat di bawah meja. Begitulah dua-tiga orang mendeskripsikan kamar kos saya. Amburadul memang. Namun, bukan itu yang hendak saya curhatkan. Melainkan mengenai perbincangan hangat kami (saya dan teman akrab) yang hilir-mudik kemana-mana. Kebetulan tatkala itu, di atas karpet yang sedang

Catatan Pagi

Manakah yang Lebih penting? Kehidupan adalah proses pergulatan waktu dan kesempatan yang terus berulang-ulang. Perjumpaan dua dimensi yang kian hari ketara nyata sikut-menyikut, saling mengunggulkan. Dialog panjang yang tak pernah usai   selama ada nafas yang masih berhembus. Apabila dianalogikan sebagai tunggangan, ibarat kuda sembrani yang harus kita kontrol dan kendalikan untuk sampai pada tujuan. Tentu ini bukan sekadar kultusan takdir yang hanya cukup disumpal dengan sikap nrima ing pandum tanpa ikhtiar, layaknya qadariah mengasumsikan. Mengapa demikian? Sebab proses gejolak hidup terus berjalan. Rentetan masalah terus datang silih bergantian. Bak detakan waktu yang terus berputar menenteng berjubel problematika dalam wujudnya yang kasat mata sebagai ujian. Dalam menyikapi hal yang demikian, nampaknya bukan lagi suatu hal yang mengherankan apabila Rene Descartes meretaskan diri dengan cogito ergo sum yang menggebu-gebu. Bukan waktu yang menjadi supir handal dalam memaknai