Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Surat untuk Alena

Waktu dalam sunyi kutemukan remah mimpimu. Kutanyakan berulangkali kepastian tentang hal itu. Tentang kegigihan menggantungkan tiap-tiap citamu. Sandaran hidup masa depan yang terus menggila dan bergerilya dalam benak pikiranmu. Pun sebelumnya aku tak pernah mau tahu dan sekarang kenapa aku mendadak rugi karena ingin menahu? Apa benar kegilaanmu telah menular akut pada sungkanku? Sampai hati, hingga aku melupa perihal janji dan sumpah serapah yang sempat keluar dari mulut sompralku. "Aku budakmu! Aku serdadu kumbang yang akan meluluhlantakkan mimpi-mimpi mu! Aku telanjur menggamit obsesi untuk melampiaskan semua sendumu. Menimpahmu dengan segala sengkarut yang kusebut dendam karena sikap acuh, tak pedulimu". Titik terang satu. Kulumat kembali ludahku. Menjijikkan memang. Tapi mau diapa? Toh aku juga manusia biasa yang hatinya bisa terbolak-balik begitu saja. Tanpa dikira. Tanpa dinanya. Tapi aku menyadari semua, meskipun telat sudah waktunya. Remang itu pelan-pelan menjadi ti

Tanduk Penyesalan

Aku yang telanjur menopang dagu di muara kasih-Mu Bertolak pinggang dalam gempita dendang purnama cinta-Mu Aku yang menjadi Aku lantaran keberpihakan-Mu  Atas takdirku Dengan segala persembahan keberuntunganku Lantas aku membopong prasangka dan rasa keliru Membusung dada menolak malu  Membesar kepala karena asumsi pujaan semu Menjinjit di altar kelancangan bodohku Melangit di turban penyesalanku Kini Aku tenggelam dalam kehinaanku Aku sibuk mengayam setiap jengkal kehendak bernafsu Jiwaku rapuh tersandung dalam duka kelam beradu Menjadi bisu,  Nuraniku dibungkam alibi palsu Teramat kaku,  Semua indera tubuhku tak kuasa mengampu Pun berujung sirna tanpa berabu Pupus sudah peran patuh sebagai abdu Dan Aku lacut dalam ketidakpatutanku melecehkan rindu-Mu Menyisakan sesak dan jemu Menanggalkan gesa dan ragu Memisahkan ruang-ruang hampa baru Bebalku cukup banyak membeban mizan yang urung kutahu Semetara petantang-petenteng moral bobrokku Tak segan menjadikan bual sebagai jamu Terkutuk habis

Jangan Umbar Keuanganmu

 Salah satu hal yang banyak diincar oleh sebagian besar orang di dunia adalah uang.  Alat transaksi yang digemari dan digilai khalayak ramai. Kemanfaatan yang melekat pada uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sering menjadi alasan kenapa orang-orang harus bekerja banting tulang siang-malam.  Tidak hanya banting tulang siang-malam, sebagian besar orang bahkan rela berkorban waktu dan menerobos jarak nun jauh berlipat-lipat demi menggenggam uang.  Demi uang adakalanya orang menghilangkan rasa kemanusiaan. Karena uang terlalu banyak orang mengutamakan egois dan keliaran akal bulusnya. Kita mungkin pernah mendengar tentang bagaimana orang saling menjatuhkan diri karena urusan uang. Kita mungkin pernah mendengar tentang bagaimana manusia saling berlomba-lomba untuk memberanguskan nyawa karena hendak menguasai harta-uang, jabatan dan realitas kebahagiaan yang dimiliki oleh orang lain.  Atas dalih uang pula bagaimana identitas, status dan stratifikasi sosial masyarakat tertentu kadang menjadi

Jangan Umbar Kebaikan Kita

Ada banyak kebaikan yang dapat dikerjakan oleh masing-masing kita. Entah itu kebaikan yang didasarkan dalam wujud pemberian materiil maupun non materiil seperti halnya tindakan tulus yang ditujukan kepada orang lain.  Selain berwujud, kebaikan juga dapat ditinjau dari motif kenapa seseorang harus melakukan kebaikan itu. Tentu dalam konteks ini ada banyak latar belakang yang menjadi alasan masing-masing orang merasa "harus" melakukan satu tindakan yang disebut sebagai insting untuk berbuat baik. Insting untuk berbuat baik itu entah memang benar-benar given, bersifat genetik, konstruksi behavior, tradisi ataupun normativitas yang berdasarkan pada doktrin agama dengan mengatasnamakan transaksi surga-neraka.  Sadar atau tidak, hati nurani masing-masing manusia sebenarnya selalu memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu kebaikan terhadap dirinya ataupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Masalah eksekusi, apakah ia hendak melakukannya dan menuruti keinginan "bisikan&quo