Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Syahadat Munjin

Dokpri: Gambar hanya pemanis (ilustrasi) Jika sebelumnya kita dibuat sibuk mendedah pembatalan Syahadat Syar'an ditinjau dari kategori i'tikad, ucapan dan perbuatan serta ragam pembatalannya maka dalam tulisan kali ini saya akan mengulas tentang Syahadat Munjin. Apa itu Syahadat Munjin, syarat dan ragam jenis bentuk pembatalannya akan diulas dalam seri tulisan lanjutan ini. Pertama, mari kita baca dan simak secara saksama 5 nadom Syahadat Munjin di bawah ini terlebih dahulu. 5 bait pertama yang menyoal tentang Syahadat Munjin. Selebihnya, sebagian isi kandungan nadomnya, akan dibahas pada seri tulisan berikutnya.  Ta'rifna syahadat munjin Eta jalma nu ngucapkeun Kalimah Syahadataen Dibarengan pateqadan (Maksud syahadat Munjin Yaitu orang yang mengucapkan Kalimat Syahadatain Disertai keyakinan) Teqad anu ma'rifatna Jeung teqad anu tasdeqna Netepan kana syaratna Ma'rifat reujeung tasdeqna (Yakin yang berpengetahuan Dan yakin yang membenarkan Sesuai dengan syaratnya Pe

Batalnya Syahadat Syar'an

Dokpri: gambar hanya ilustrasi Tulisan ini merupakan seri lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Menilik Syahadat Syar'an. Topik pembahasan yang diusung masih berkorelasi erat tentang Syahadat Syar'an dalam konteks manfaat dan dampak bagi pengikrarnya. Perbedaan mendasarnya, tulisan kali ini lebih concern pada penghukuman atas batalnya Syahadat Syar'an. Tidak berbeda jauh dengan metode pembahasan sebelumnya, pertama penulis akan menyuguhkan 5 bait nadom sesuai teks aslinya dalam bahasa Sunda. Kedua, kemudian Nadom itu akan diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia. Selebihnya, penulis akan berusaha memberi sedikit penjelasan atau menafsiri tentang isi kandungan dalam nadom tersebut.  Kanjeng Nabi tos nyaurkeun Anjeun kudu ngahukuman  Ku dzohirna caritaan Jeung dzohirna kalakuan (Kanjeng Nabi sudah menyabdakan Kamu harus menghukumi Dengan tampaknya perkataan Dan tampaknya kelakuan) Jeung teu kudu ngahukuman  Nu dina hate disimpen Da taya nu uningaeun  Sali

Menilik Syahadat Syar'an

Dokpri Gambar hanya Ilustrasi  Pada tulisan sebelumnya yang berjudul Ma'rifat dan Tasdeq dalam Syahadatain menyebutkan terdapat syahadat Rubbubiyah dan Nabawiyah, sedangkan dalam tulisan ini akan mendedah pembagian Syahadatain berdasarkan esensi mengikrarkannya. Berdasarkan esensi pengikrarannya, siapa pun mampu melantunkan syahadatain. Meski stereotip yang berkembang di khalayak umum--utamanya bagi non muslim--adalah siapa pun yang hendak melafalkan Syahadatain dapat dipastikan  akan ada latar belakang cerita hidayah yang melingkupinya. Namun, dalam praktiknya, tidak semua orang benar-benar mampu mengimani dan menghayati maksud dan manfaat dari Syahadatain itu sendiri. Terkadang lebih banyak memahami secara tekstual dibandingkan kontekstual. Sedangkal memahami tulisan yang tertera bukan menerawang jauh ke dalam makna, dampak dan manfaatnya.  Jika dianalogikan, Syahadatain itu ibarat gerbang (pintu) menuju sebuah rumah, maka pelaku yang mengetuk dan hendak memasukinya harus sadar d

Urgensi Kadaritas Keimanan

Gambar dokpri  Sebelum jauh menyentuh pembahasan, tampaknya harus ditegaskan di muka, bahwa tulisan ini merupakan seri lanjutan dari postingan sebelumnya yang berjudul Ma'rifat dan Tasdeq dalam Syahadatain. *** Keyakinan dasariah hati itu selanjutnya dikenal sebagai iman. Untuk memupuk iman yang sehat-- henteu owah gingsir (tidak berubah-ubah) sebagaimana disinggung pada bagian sebelumnya--maka diperlukan pedoman. Pedoman itu disebut dengan rukun iman. Rukun iman dalam Islam ada 6: Iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitabullah, iman kepada Rasulullah, iman kepada hari akhir (kiamat), serta iman kepada qadha dan qadar.  Rukun iman tersebut dirumuskan berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqli. Dalil naqli merujuk pada diktum firman yang terkandung dalam mukjizat agung nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an. Ditambah dengan Sunnah dan Hadits yang bersanad langsung kepada Rasulullah SAW. Ada pun dalil aqli banyak bertumpu pada konsekuensi logis dari hasil kerja akal. Sepe

Ma'rifat dan Tasdeq dalam Syahadatain

Dokpri Buku Nadom Sunda Syahadatain   Harus ditegaskan di muka, bahwa tulisan ini merupakan seri ketiga dari postingan sebelumnya tentang mendaras  Nadom Sunda Syahadatain.  *** Secara terminologi syahadatain berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua suku kata. Syahada berarti kesaksian, sedangkan tain bermakna dua. Oleh sebab itu Syahadatain diartikan dua kesaksian. Ada pun secara istilah, Syahadatain berarti kesaksian dan keyakinan yang diikrarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah Rasulullah.  Kendati demikian, khalayak umum berusaha menyederhanakan Syahadatain dengan menyebut dua kalimat syahadat. Dalam konteks terminologi pendekatan akidah Islam (teologi), kesaksian terhadap Tuhan yang Ahad disebut kesaksian Rubbubiyah (ilahhiyah). Sementara kesaksian terhadap kerasulan nabi Muhammad SAW disebut dengan kesaksian Nabawiyah (rasul illiyah).  Dalam Nadom Syahadatain Sunda pemaknaan itu berusaha didedahkan lebih detail lagi seperti berikut: اشهد Neqad

Pantun sebagai Warisan Budaya Bangsa

Dokpri cover buku antologi Pantun Kopdar 2 RVL  Pantun Kopdar 2 RVL Yogyakarta Menjaga Warisan Budaya Negeri adalah salah satu buku antologi penutup saya di tahun 2023. Buku yang diinisiasi oleh Bu Tri Wulaning Purnami, 3 bulan setelah perhelatan Kopdar 2 RVL. Kendati begitu, jika ditilik dari rekam jejak penulisan naskah, rata-rata pantun demi pantun itu ditulis pada rentang waktu bulan Juni sampai dengan Agustus. Itu berarti butuh waktu 3 bulan untuk menuntaskan naskah buku keroyokan ini. Kurun waktu tersebut menegaskan terdapat dua waktu utama penulisan naskah, yakni tatkala dan sesudah Kopdar. Harus diakui secara saksama dan jujur, momentum Kopdar bagi beberapa partisipan yang berdarah dan berjiwa sastra tinggi menjelma sebagai ajang unjuk gigi dalam berpuisi atau pun berpantun.  Yang demikian tampak jelas pada malam gala show dan keakraban di antara anggota RVL yang begitu pecah. Ada yang bersenandung syahdu dengan menyanyikan lagu--populer, keroncong campursari, daerah dan lainn

Modal Membentuk Gaya Tulisan

Dokpri ilustrasi menyusun bahan bakar untuk menulis. Tampaknya harus ditegaskan di muka, bahwa tulisan ini melanjutkan postingan sebelumnya yang berjudul Penyisipan Materi Dasar . Agar mendapatkan pemahaman yang runtut, alangkah baiknya Anda membaca postingan sebelumnya terlebih dahulu. **** Kenapa membaca? Sebab melalui kegiatan membaca, penulis akan mendapatkan banyak keuntungan yang diraup. Inventarisasi kata, memahami variatif gagasan, corak pemikiran, paradigma baru yang digunakan sampai dengan mengenal cita rasa tulisan satu dengan yang lain. Jika membaca telah menjadi habituasi seorang penulis maka tingkat sensitivitas terhadap kemunculan ide; keresahan masalah yang harus ditulis sangat besar.  Jika kran sensitivitas itu telah terbuka, maka seluruh kegiatan yang dilakukan hakikatnya dapat menjadi ide. Ide yang nyentrik dan asyik tatkala dibenturkan dengan jejak pengetahuan tertentu yang kita pahami. Terlebih tatkala ide itu dibungkus dengan paradigma dan pilihan kata yang tepat.