Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Curhatan Forling

Suatu malam yang tidak biasanya telah mengampiri jiwa. Jiwa yang terkadang sibuk menikmati rutinitas kehidupan atau jiwa yang terkadang terpaksa menerima realita kehidupan. Yang pasti jiwa yang demikian hanya berada dalam raga setiap insan. Dinginnya malam yang seakan-akan telah menjadi kawan, bisingnya suara hewan kecil yang mulai mewarnai kondisi kesunyian malam, mulai mendeskripsikan ketidak kondusifan kondisi malam. Mengetahui, memahami dan mengakui hal yang demikian memungkinkan menjadi sebuah alasan kedua mata ini untuk tidak mau terpejamkan. Entah itu hanya dalam waktu sedetik,beberapa menit ataupun sejam. Tidak hanya kondisi demikian yang mungkin menjadi sebuah alasan untuk kedua mata ini tidak mau terpejam. Tapi kodisi yang gaduh, suara riang gembira yang menemani sunyinya malam menjadi pelipur lara dari kegelisahan, kegalauan dan kepayahan dalam menghadapi problem realita kehidupan. Sayapun menyadari bahwa kondisi yang demikian tidak akan mampu terulang, bahkan sering d

Kesamaan Kodrat Dalam kehidupan

Rutinitas perkuliahan yang telah berjalan tentu sesuai dengan yang telah terjadwalkan. Hari ke hari setiap mahasiswa pun harus menaati, mengikuti dan dituntut untuk memahami setiap materi yang telah disampaikan dalam aktivitas perkuliahan. Entah itu materi yang telah disampaikan setiap pertemuan kuliah semestar satu ditahun-tahun yang lalu, materi yang dibahas pada pertemuan semester genap yang mulai terasa semakin nampak titik fokus jurusan kita sendiri atau pun materi yang seharusnya memang perlu dipraktikan dalam realita kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berputarnya waktu, terkadang kita tidak sadar bahwa kita telah menghabiskan banyak waktu hidup kita hanya untuk mengerjakan suatu hal yang memang selalu terulang-ulang. Ya misalnya menjalankan rutinitas perkuliahanlah. Entah berapa banyak ilmu yang telah kita pelajari dan kita dapatkan, tapi sudah balance kah antara teori yang dipelajari dengan peraktiknya. Apa mungkin rutinitas perkuliahan yang telah terbiasa hanya menjadi d

Terjebak Dalam kebiasaan

Mentari yang telah terbit mulai memancarkan cahayanya yang silau dan terik. Suhu pagi yang dingin pun secara perlahan mulai berganti menjadi penuh kehangatan. Burung-burung tetangga pun mulai berkicau riang sebagai pertanda bahagia menyambut kehangatan. Eet dahh, bang, bang burung tetangga yang mana tuh? Entahlah, tahu ah gelap. He Keadaan yang demikian secara eksplisit telah menjadi stimulus dan motivasi hidup tersendiri dalam menjalani rutinitas perkuliahan. Selain itu, juga sekaligus menjadi motivasi pribadi untuk berusaha konsisten dalam menuangkan sebuah tulisan yang memuat pengalaman hidup dan ide-ide yang sempat menghampiri akal pikiran.  Waduh, jangan terlalu banyak basa-basi deh. Oke, oke.., mari kita fokus pada tulisan saya yang berikutnya. Terkadang kita tidak mampu melakukan sesuatu diluar kemampuan kita. Misalkan saja kita analogikan sesuatu itu adalah tugas perkuliahan. Rasa enggan untuk mulai mengerjakan suatu tugas perkuliahan yang nampak sulit itu pun terus membal

Refleksi Hari Rabu

Sebuah virus yang telah menghegemoni di dalam diri. Begitulah seseorang pernah mengatakan kepada saya. Ya.. betul demikian. Virus yang secara tidak sadar telah menggerakan akal pikiran, yang kemudian menjalar pada salah satu aggota badan yang paling aktif bergerak, yakni kedua tangan. Apa daya kedua tangan ini tidak mampu menolak instruksi apa yang telah tersalurkan oleh akal pikiran. Akhirnya dengan sukarela kedua tangan pun berusaha menuangkan buah ide akal pikiran dalam sebuah tulisan. Entah itu hanya sekadar tulisan yang berusaha menyusun fonem menjadi kata, menyusun kata menjadi frasa, menyusun frasa menjadi klausa, menyusun klausa menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf dan lain sebgainya. Yang pasti buah ide yang telah menghampiri akal pikiran telah terluapkan dan tertuangkan dalam sebuah tulisan. Bergantinya hari menjadikan saya harus seregap dalam membagi waktu. Aktivitas pagi pun saya jalankan sebagaimana mestinya. Tapi suatu hal yang perlu diperhatikan dan  leb

Inspirasi Tugas Makalah

Sebuah komitmen yang tertanam kuat dalam diri telah menghegemoni pikiran. Kedua tangan sebagai sarana pun tidak bisa menolak apa yang telah terinstruksikan oleh akal pikiran. Seseorang menyebutkan bahwa saya telah terinfeksi virus yang memetikan. Virus yang mampu merekonstruksi peradaban dunia literatur. Ya... mungkin  benar demikian. Saya memang mengakui bahwa saya telah terinfeksi semangat menulis dari tokoh inspirator dalam rutinitas kehidupan perkuliahan. Eeet dah bang, tenan yo? He Jika kemarin-kemarin saya selalu menuliskan pengalaman rutinitas perkuliahan saya. Khususnya lagi pada saat aktifnya perkuliahan. Maka pada pagi hari ini saya akan membuat sedikit formula yang berbeda. Di sini saya akan memaparkan wacana yang memang benar-benar  telah merekonstruksi sebuah pandangan banyak orang terhadap realita yang ada. Suatu wacana sosial yang pernah menjadikan umat islam merasa gerah dengan keadaan global, yang bertujuan berusaha memarjinalkan umat islam, yakni adanya isu tenta

Refleksi Hari Senin

Seiringan dengan bergantinya hari, aktivitas weekend pun telah berganti dengan kesibukan rutinitas perkuliahan. Hari senin pun telah menghampiri, sebagai pertanda bahwa setiap insan siap menata, menfokuskan, dan mendisiplinkan diri untuk mengikuti rutinitas perkuliahan kembali. Mengingat kesibukan rutinitas perkuliahan telah menghampiri, setiap insan yang sedang mudik pun haruslah segera bergegas kembali merantau dan membatasi diri untuk sekedar berjumpa dengan keluarga tercinta. Entah apa yang harus saya katakan ketika menyadari bahwa diri saya sendiri pun adalah bagian dari realita hal yang demikian. Apakah saya harus mengatakan “alangkah mulianya engkau wahai sang penuntut ilmu, engkau telah berani berkorban demi menengguk tetesan ilmu”, ataukah saya harus mengatakan “kasian deh, kesibukan rutinitas perkuliahanmu telah merenggut kebahagian bersama keluarga tercintamu”. Eeet daaah, bang, bang. Apakah benar demikian? So tahu lho!!! Hehe Meskipun rutinitas perkuliahan yang saya

Inspirasi Status

Pada pagi hari senin yang sejuk ini, saya masih tertarik untuk memperbincangkan inspirasi yang telah menghampiri akal pikiran saya pada hari weekend kemarin. Jika dalam tulisan saya yang sebelumnya membahas tentang edisi inspirasi ngantri diwarung nasi, maka pada tulisan saya yang ini tidak akan memperbincangkan tentang yang demikian. Akan tetapi    akal pikiran saya seakan-akan telah mendapat main idea  yang lebih menarik untuk diperbincangkan.   Main idea yang telah menginspirasi saya untuk menuangkannya dalam tulisan ini, saya dapatkan ketika saya membaca status dalam salah satu media sosial yang populer di masyarakat. Sesuatu yang dipersoalkan dalam status tersebut yakni tentang seorang Qori yang membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan menggunakan ‘langgam jawa’. Hal ini tepatnya terjadi pada saat pembukaan peringatan Isra Mi’raj yang bertempat diistana negara. Mendengar, melihat dan mengetahui hal yang demikian dalam media sosial, banyak kalang tokoh yang mulai berkica

Inspirasi Ngantri diwarung nasi

Dinginya pagi yang menghujam pada jiwa. Telah membangkitkan semangat baru yang sempat luluh dengan kelelahan rutinitas kehiduapan. Tubuh yang fresh karena menghirup udara segar. Muka yang fresh karena sentuhan air yang telah membasahi seluruh bagian tubuh. Semangat pagi yang menstimulus akal piikiran, telah tersalurkan dalam ide yang berusaha dituangkan dalam bentuk tulisan. Kedua tangan pun tidak dapat menolak aksi respon yang telah diberikan (diinstruksikan). Kedua tangan pun mulai bekerja dengan membuka Laptop, menekan tombol power dan membuka Microsoft Word. Kedua tangan ini pun tidak berdaya saat diperintahkan oleh akal pikiran untuk membuka Dokumen baru. Entah apa yang akan dituliskan, belum jelas arah fokus pembahasan. Akhirnya inspirasipun mulai berdatangan, menghampiri akal pikiran. Mulai dari situasi pagi yang hening, karena belum ada aktivitas yang dikerjakan. Udara pagi yang dinginnya luar biasa menyusup kedalam tubuh yang masih rebah. Hingga bayang-bayang tentang akti

Refleksi Rutinitas

Rutinitas sehari-hari saya jalani seperti biasanya. Jika pada hari senin sampai hari kamis perkuliahan saya masuk jam kedua, tepatnya yakni pada pukul 08: 40. Maka khusus pada hari jum’at perkuliahan mulai masuk pada jam ke empat, tepatnya pada pukul 13: 00. Akan tetapi pada hari jum’at kemarin ada sedikit yang berbeda dari yang biasanya. Perbedaan tersebut, yakni saya harus bisa berangkat ke kampus pada pagi hari, tepatnya pada pukul depalan tepat. Hal tersebut disebabkan karena saya ditunjuk oleh ketua HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) untuk mewakili seluruh mahasiswa FA (Filsafat Agama) dalam menghadiri acara Workshop Peninjauan Kurikulum. Saya pun dengan bersegera berusaha menepati waktu tersebut. Semua aktivitas yang biasa saya jalani pada pagi hari jum’at pun berusaha saya tunda terlebih dahulu. Akan tetapi sayang ternyata saya memang tidak bisa tepat waktu. Ya... elah ini adalah problem pribadi yang mesti saya atasi sendiri. Sekitar pukul delapan lebih sepuluh, saya bergegas

Entah Press writting, Fresh writting atau Past writting

Pertemuan kesebelas Sesuai dengan instruksi dari pak dosen, bahwa  seluruh (mahasiswa Filsafat Agama 4) diwajibkan untuk mengumpulkan hasil tugas rancangan proposal dimeja beliau, satu hari sebelum pertemuan perkuliahan berlangsung. Tepatnya saya dan teman-teman harus mengumpulkan hasil tugas pada hari selasa.  Akhirnya haripun telah berganti, dari hari selasa menjadi hari Rabu. Waktu untuk perkuliahan mata kuliah metodologi penelitian kualitatif pun telah siap untuk menghampiri ruang kuliah. Tidak lama kemudian pak dosen pengampu mata kuliah metodologi penelitian kualitatif tiba di dalam ruang perkuliahan. Perkuliahanpun dimulai dengan sebuah pembicaraan tentang hasil tugas rancangan proposal yang telah dikumpulkan. Secara garis besar beliau (pak dosen) menyampaikan bahwa dari hasil pembacaannya yang belum tuntas secara keseluruhan. Beliau dapat menyimpulkan sebagian besar hasil tugas tersebut menuangkan tulisan yang mencerminkan adanya tekanan, ataupun keterpaksaan dalam prose

Refleksi Pagi

Setelah jiwa tersadar dari kepolosan yang sempat membalutnya. Secara perlahan akal pikiran pun mulai terfokuskan dengan keadaan, bayangan (deskripsi kegiatan yang telah dijalani), dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Aktivitas akal pikiran yang mulai stabilpun mulai menyalurkan energi positif. Sehingga berusaha menata, merekonstruksi niat yang terhujam kuat di dalam hati.   Niat yang begitu kuat untuk berusaha konsisten dengan apa yang dilakukan, secara implisit saya tamankan dalam hati. Entah itu hanya sebuah unek-unek yang sempat menjadi beban, yang secara tidak sadar harus saya hilangkan ataupun hanya sebuah refleksi pengalaman hidup yang memang layak untuk dituangkan dalam tulisan. Hari ke hari rasanya secara cepat terus silih berganti. Entah memang karena padatnya rutinitas yang telah biasa dijalani, ataupun karena memang diri ini berusaha memaksimalkan nikmat Tuhan yang telah diberikan. Bayangan kuat tentang rutinitas hidup yang telah saya jalani, telah memberikan in

Curhatan Renungan Pagi

Ketika dinginnya pagi menyerbak keseluruh bagian raga, jiwa yang terbalut dengan kepolosan mulai tersadar dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Entah itu lingkungan biotik ataupun lingkungan abiotik. Suasana hening dan suhu yang dingin seakan-akan telah menghipnotis (membekukan) aktivitas yang selayaknya terjadi. Meskipun demikian ternyata bagian tubuh yang berperan penting dalam aktivitas kehidupan, tidaklah dapat dibekukan dengan situasi yang demikian. Bagian tubuh terpenting tersebut yakni akal (pikiran). Ya... betul demikian. Suasana pagi yang cerah ini mengantarkan saya hanyut kedalam dunia inspirasi, yang menjadikan saya ingin sedikit berbagi pengalaman tentang bagaimana rutinitas perkuliahan yang telah saya jalani pada hari kemarin. Pada hari kemarin tepatnya pada hari Rabu 20 Mei 2015 adalah hari Kebangkitan Nasional. Para aktivis pergerakan pun mulai tumpah menuju jalan. Berusaha menyambut hari sejarah tersebut dengan orasi-orasi ilmiah yang telah terrencanakan dan

Renungan Pagi

Dinginya air yang membasuh muka menyadarkan diri yang masih terbalut dengan kepolosan. Bayang-bayang tentang aktivitas yang telah dijalankan mulai terrepresentasikan dalam memori ingatan. Entah itu bayangan dari aktivitas keseluruhan ataupun bayangan yang tersikap sebagian. Kemungkinan besar hal yang demikian disebabkan karena jiwa yang berakal belum terpanggil untuk beraktivitas sebagaimana rutinitas, yakni berpikir. Entah itu sekadar berpikir tentang apa yang sedang dilakukan ataupun tentang apa yang akan dilakukan. Yang ada hanya masih berbentuk niat (rencana) yang belum terrealisasikan. Sehingga proses yang terjadi adalah pikiran berusaha merepresentasikan apa yang telah dijalankan. Akan tetapi sesuai dengan bergeraknya badan, berjalannya kaki, meleknya mata menjadikan akal yang belum beraktivitas tersebut semakin terfokuskan terhadap apa yang telah dilakukan dan apa yang  akan dilakukan. Ya..., betul demikian. Besesuaian dengan hal itu pikiran saya pun mulai merenungkan ter

Menyadari waktu yang tidak dapat berhenti

Ayam yang biasanya selalu berkokok ketika menjelang pagi (dini hari), kini rasa-rasanya sudah mulai jarang terdengar ditelinga ini. Mungkin karena situasi tempat yang berbeda, atau mungkin karena disebabkan pengaruh kapitalis yang begitu kuat hingga menyebabkan ayam-ayam mulai sirna dari pandangan, berimigran jauh digiring menuju penggorengan. Berubah wujud menjadi friend chiken atau kentucky. Memang harus kita sadari bahwa semua mahkluk yang ada dimuka bumi akan mengalami perubahan (baik secara evolusi ataupun revolusi). Tidak ada satupun mahkluk yang akan tetap (langgeng) dalam wujudnya yang awal. Semuanya berubah mengikuti perkembangan tuntutan zaman. Begitu juga dengan manusia yang awalnya polos akan berubah menjadi bringas, liar, pendamai hingga pemberi kesejukkan. Perubahan (perkembangan) pun akan selalu berkaitan dengan berputarnya waktu. Sehingga suatu saat manusia memang harus benar-benar menyadari bahwa dirinya tidak seperti sedia kala. Entah waktu yang terus berputar se