Barangkali istilah ‘mudik’ telah
menjadi suatu yang lumrah, tatkala perayaan hari besar dalam agama kian
mendekati. Barangkali aktivitas ‘mudik’ telah menjadi tradisi yang
menghegemoni, tatkala yang demikian terus dijalani. Semua persiapan pun tentu
telah terencanakan dan tersusun rapi. Entah itu parsial atau kolektif yang
menjalani. Tapi yang pasti telah menjadi suatu kemungkinan besar, bila tepat
pada hari raya tersebut keluarga besar berkumpul untuk berbagi dan
bersilaturahmi. Entah itu dilengkapi dengan sisipan materi yang sifatnya
mengenyangi atau pun sisipan materi yang menutup suatu hal yang diingini.
Barangkali istilah ‘cuti’ telah
menjadi suatu kepermisifan yang diakui, tatkala semua rutinitas yang dijalani
harus sementara ditinggal berhenti. Entah itu rutinitas yang terkategori
menguras energi atau pun fisik, materi. Entah itu rutinitas jangka pendek yang hasilnya
dengan mudah bisa langsung dinikmati atau pun rutinitas jangka panjang yang
hasilnya harus sabar dinanti untuk dinikmati. Tapi yang pasti telah menjadi
suatu kemungkinan besar dan kesepakatan, bila tepat pada hari raya tersebut semua
rutinitas harus libur, terhenti.
Semua hal yang demikian memang
secara sadar haruslah diakui (baik secara parsial atau pun kolektif), adalah
salah satu jalan, sarana atau pun wadah untuk melestarikan hubungan baik antara
sesama umat yang beragama. Salah satu jalan untuk mengkonstruk kerukunan,
kedamaian dan kesejahteraan dalam beragama. Meskipun pada realitanya masih ada
aktivitas sikut-sikutan, sikut kiri, sikut kanan yang perlu diperhatikan.
Selain memiliki hikmah (pelajar
pengalaman hidup yang bersifat parsial, privasi), setidaknya dengan mentradisi
dan melestarinya aktivitas ‘mudik’ tersebut ada beberapa keuntungan yang
bersifat mutualis simbiosis (keadaan yang saling memberi keuntungan). Entah itu
dalam ranah ekonomi, sosial atau pun kebudayaan sekalipun.
Misalnya saja dalam ranah sosial. Di
satu sisi dengan adanya aktivitas ‘mudik’ tersebut tentu sangatlah mencerminkan
dan medeskripsikan bahwa peran orang tua, keluarga, kerabat, sanak famili dan
lain sebagainya memiliki peran penting (sentral) terhadap eksistensi diri kita.
Sedangkan di sisi yang lain, kita sangatlah membutuhkan dan memprimerkan
kehadiran mereka. Entah itu karena kasih sayang, perhatian, perlindungan,
rangkulan, dorongan dan tindakan lain yang sering mereka persembahkan.
Komentar
Posting Komentar