Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Mengedit Iklan PPDB

Tepat di minggu ketiga bulan Maret ustadz Ali selaku ketua yayasan LPIT Baitul Qur'an Tulungagung sempat melayangkan chat pribadi via WhatsApp. Chat itu berisikan permohonan beliau kepada saya untuk mengeditkan format iklan penerimaan peserta didik baru di lembaga--yang kebetulan juga saya berkhidmat di sana--yang beliau pimpin. Iklan tersebut dibuat sebagai bentuk timbal balik dari kerjasama program tadarus Al-Qur'an selama bulan Ramadan antara radio Liur FM dengan LPIT Baitul Qur'an Tulungagung. Program ini melibatkan semua dewan asatidz Tahfidzul Qur'an dan beberapa siswa--TK dan SDIT yang berada di bawah naungan--LPIT Baitul Qur'an Tulungagung. Program sajian khusus selama bulan suci Ramadan yang dihelat Liur FM ini sebenarnya bukan acara baru melainkan hanya meneruskan kerjasama di tahun-tahun sebelumnya. Fakta ini saya temukan terdokumentasikan jelas di dalam postingan blog LPIT Baitul Qur'an Tulungagung. Blog yang pada tahun sebelumnya hanya fokus memosti

Risalah Ramadhan Tentang Strategi Menulis

(Dokpri flyer himpunan Risalah Ramadhan) Pasifnya mayoritas penghuni dalam berkarya adalah fakta yang belakangan kita saksikan bersama di grup WhatsApp SPK Tulungagung. Yang demikian tampak dari minimnya berbagi tautan karya yang dimuat di laman blog masing-masing anggota. Hanya ada segelintir saja yang tampak konsistensi berbagi tautan karya. Itu pun hanya satu dua saja. Diisi oleh orang-orang sama. Saya kira, tak perlu disebutkan itu siapa, sebab yang demikian telah menjadi rahasia umum bagi penghuni grup.  Ada banyak alasan mengapa hal itu terjadi. Jika boleh berkhusnudzan mungkin waktu kawan-kawan lebih banyak tersita oleh kesibukan yang masing-masing geluti. Entah apa pun itu kesibukan profesinya. Namun hemat saya yang demikian bukan benar-benar alasan yang dapat dikompromikan begitu saja sebab masih banyak orang yang super sibuk justru mampu tetap produktif berkarya. Dalam hal ini komitmen dan jam terbang tinggi menjadi perbedaan mendasar di antara keduanya. Antara penulis pemula

Alasan dan Tujuan Risalah Ramadhan

(Dokpri flyer himpunan Risalah Ramadhan yang didesain Bang Woks) Risalah Ramadhan dirancang bukan di ruang yang hampa, sehingga terdapat beberapa alasan dan tujuan yang melambari ide itu harus direalisasikan. Alasan pertama, Ramadan adalah momentum perubahan diri. Muhammad Irfan Helmy dalam buku Cermin Muslim menegaskan bahwa tidak ada alasan seorang muslim tidak mengagungkan Ramadan. Hal itu terjadi karena Ramadan adalah sayyid al-syuhur, bulan istimewa dan penuh berkah. Maka tak ayal jika kemudian Ramadan dinisbatkan sebagai momentum perubahan diri.  Perubahan berlangsung melalui proses penempaan diri selama Ramadan yang menumbuhkan kekuatan untuk terlepas dari kekang keburukan yang terbenam di dalam diri sehingga setiap muslim mampu reorientasi menuju fitrah manusia yang hakiki. Entitas hamba yang suci. Memaksimalkan ibadah pada bulan Ramadan adalah salah satu upaya yang dipandang ampuh untuk mencapai perubahan diri. Mengkaji pengetahuan agama utamanya tentang Ramadan itu sendiri ad

Puasa Ramadan Sebagai Ajang Pemberdayaan Diri

(Dokpri foto keindahan alam) Tidak terasa kita telah sampai di paruh ketiga puasa. Ramadan tahun ini kita tidak hanya belajar toleransi, namun juga tentang pemberdayaan diri. Belajar toleransi karena memang umat Islam memulai puasa Ramadan bertepatan dengan perhelatan hari raya Nyepi. Di Minggu kedua puasa, saudara kita--umat Nasrani--memperingati wafatnya Isa Al-Masih dan disusul dengan peringatan hari Paskah.  Toleransi mengajarkan sekaligus menyadarkan masing-masing diri--utamanya umat Islam--bahwa kita hidup di Indonesia berdampingan dengan pluralitas agama yang ada. Realitas sosial yang tidak mungkin kita diskreditkan dengan semena-mena. Justru dari pluralitas keberagamaan itulah kita banyak belajar memancangkan sikap dan ideologi Pancasila. Sehingga kita mampu berpikir jernih bahwa adalah sesuatu hal yang wajar jika kemudian di bulan puasa Ramadan warung makan tepat beroperasi seperti biasanya.  Mengapa demikian? Sebab bisa jadi warung-warung makan yang beroperasi 24 jam nonstop

Outbound di Kampung Tani

(Dokpri para siswa menjajal wahana flying fox) Beberapa hari setelah menghelat penilaian tengah semester (PTS) genap SDIT Baitul Qur'an Tulungagung berusaha merefresh kembali ketegangan yang tersisa dalam benak para siswa. Upaya itu direalisasikan dengan cara menghelat outbound. Tepatnya outbound di Kampung Tani.  Kampung Tani yang terletak di desa Serabah ini merupakan opsi terakhir setelah panitia pelaksana melakukan eleminasi beberapa tempat wisata edukatif yang diusulkan. Di lain sisi kami--dewan asatidz dan para siswa--telah dua kali menjadikan Kampung Tani sebagai tempat kegiatan pada akademik tahun ini. Pertama-tama kami menjadikan Kampung Tani sebagai perhelatan acara Tahfidz Camp dan selanjutnya disusul dengan agenda outbound.  Perbedaan mendasar di antara kedua perhelatan acara di Kampung Tani itu bukan sekadar terletak pada format acara, namun juga pada para peserta yang mengikutinya. Jika kegiatan Tahfidz Camp dulu hanya diikuti oleh seluruh kelas atas: 4, 5 dan 6 maka

Ngaji Literasi Sesi 5: Bersyukur dan Temukan Keindahannya

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 5 karya Bang Woks) Alhamdulillah wasyukurillah, nafas panjang menebar spirit literasi untuk melanjutkan langkah berikutnya telah terpancangkan. Ngaji literasi edisi 4 telah rampung dihelat, siaran ulangnya dapat disaksikan di akun Instagram saya, dan kini kami berbenah dan menyiapkan diri untuk perhelatan ngaji literasi edisi 5. Terhitung, seminggu yang akan datang, SPK Tulungagung insyaallah akan kembali menghelat ngaji literasi edisi 5 dengan fokus membedah buku solo terbaru salah satu anggota SPK Tulungagung, Pak Suprianto.  Pak Suprianto merupakan kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda di Kalidawir. Selain itu beliau juga ketua RT di lingkungan Sumberdadi, Imam besar di masjid Besar Al Husna, dan aktif mengajar TPQ di masjid Al Husna setiap sore hari serta aktif dalam organisasi ke-NU-an. Yang luar biasa dan sosok representatif yang harus kita teladani adalah, beliau Istikamah menulis 5 paragraf setiap hari. Bahkan jika tilik lebih lanj