Langsung ke konten utama

Inspirasi Qurban

Aktivitas yang telah terjadi dihari raya dan pasca hari raya masih terngiang jelas dalam benak pikiran saya. Hal yang demikian pun telah menstimulus jari-jemari saya yang kaku untuk bergerak secara dinamis, efektif dan efisien. Berusaha untuk mengabadikannya dalam sebuah karya tulisan yang penuh dengan kekurangan. Selain itu, di sini saya juga berusaha memangkas rasa malas yang kian lama semakin mengganas. Berusaha menundukan ego malas berpikir yang semakin bringas.  
Seakan-akan diguyur hujan dalam kekeringan. Mungkin kata itulah yang dapat mewakili keadaan yang telah terjadi di nuansa Ied al-Adha yang masih hangat, nyata menyelimuti keadaan. Relung-relung permukaan bumi yang gersang dan tandus seakan-akan bersorak riang, tatkala rintik air hujan mulai membasahi permukaan. Makhluk hidup yang nampak kering kerontang, akibat keadaan miskin yang telah lama menjadi kawan. Akhirnya mereka pun merasa senang dan tenang, tatkala do’a-do’anya telah dikabulkan. Hal yang demikian nampak jelas terdeskripsikan tatkala mimik wajah mereka sumringah menebarkan senyum keceriaan, (kesengsaraan dan kegelisahan pun dengan serentak tercerabut, mulai tergantikan dengan kebahagian yang ketara jelas membanjiri keadaan).
Demikianlah sebuah penganalogian yang saya berikan. Sebuah penganalogian yang menurut saya tepat untuk merepresentasikan bagaimana keadaan pangan yang terjadi sekarang.  Pasalnya, bila kita menengok kembali pemberitaan tentang realita yang terjadi di bulan-bulan sebelumnya, tentu di sana kita akan paham tentang melambungnya harga daging yang diikuti oleh kebutuhan primer lainnya. Dan hal itu menjadikan masyarakat kelas bawah tidak mampu lagi untuk menikmati hidangan sepotong daging ditempat makannya. Akibatnya neraca keseimbangan pangan pun menandakan adanya keberpihakan. Hal yang demikian pun nampak jelas mendeskripsikan adanya ketimpangan ekonomi yang tidak bisa terbantahkan.
Dalam keadaan yang demikian, bak super hero yang memberi pertolongan, konsep dan amaliah qurban yang terdapat dalam agama islam pun menjadi solusi yang membawa kebarokahan, yang berusaha menyejahtrakan, mendamaikan dan mengintegrasikan semua kalangan dari problematika ketimpangan. Dalam hal ini pun agama islam bak angin yang sejuk dan menyegarkan, yang membawa pada keteduhan. Sehingga tidak salah lagi bila agama islam mengusung sebuah konsepsi Rahmatal Lil A’lamin.       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal