Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2023

Mendaras Basmalah Syahadatain

Dokpri cover buku Nadom Sunda Syahadatain  Tradisi yang telah mengakar rumput di Madrasah dan saya kira di seluruh pondok pesantren adalah, senantiasa mulai mempelajari ilmu dibuka dengan memanjatkan (mendedah; menafsirkan) basmalah. Hal yang sama juga berlaku tatkala saya mulai mempelajari nadom Syahadatain.  بسم الله  Kalawan nyebat jenengan dzat anu ngumpulkeun sadaya sifat kasampurnaan nyaeta Gusti Allah. (Dengan menyebut nama dzat yang mengumpulkan segala sifat kesempurnaan yaitu Gusti Allah). الرحمن Anu maparinan nikmat Allah kupirang-pirang nikmat ageng di dunya sareng di akherat. (Yang memberikan nikmat Allah dengan beberapa nikmat besar di dunia dan di akhirat). الرحيم Anu maparinan nikmat Allah kupirang-pirang nikmat alit di akherat hungkul. (Yang memberikan nikmat Allah dengan beberapa nikmat kecil di akhirat saja). Pemaknaan basmalah di atas memang jauh lebih spesifik jika dibandingkan dengan pemaknaan basmalah secara umum. Baik basmalah yang kerap kita temukan di Al-Qur&

Mendaras Mukadimah Nadom Sunda Syahadatain

Dokpri cover buku Nadom Sunda Syahadatain  Nadom Syahadatain adalah salah satu materi yang sempat diajarkan ajengan kepada saya tatkala duduk bangku di madrasah. Madrasah Diniyah Ta'limiyah Awaliyah (MDTA) Al Ikhlas adalah nama yang kerap digemakan para santri untuk tempat tholabul 'ilmi itu. Mula-mula Nadom itu didiktekan ajengan sedangkan para santri menulisnya di buku tulis masing-masing.  Selain menggembol beberapa kitab kuning dan Al-Qur'an, memang para santri dianjurkan untuk membawa buku catatan. Sang ajengan dengan sabar senantiasa memberikan pengertian dengan menganalogikan ilmu sebagai hewan buruan. Ibarat hewan buruan, ilmu pengetahuan itu perlu diikat dengan kuat melalui tulisan. Sebab, ilmu itu bersifat nisbi bagi orang yang lalim atas kuasa akal pikiran.  Maksudnya apa? Bagi orang yang tidak mampu berkonsentrasi dan tidak memiliki maharah istima' ilmu yang disampaikan ajengan hanya masuk sesaat. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Artinya, bagi santri

Secarik Sejarah MDTA Al Ikhlas

Dokpri gambar hanya pemanis bukan asli Lembaga pendidikan yang berpengaruh kuat di kampung saya salah satunya adalah Madrasah. Madrasah yang berjarak 500 meteran dari rumah saya itu santer disebut Al Ikhlas oleh masyarakat sekitar. Madrasah yang belakangan--setelah saya amati akhir-akhir ini--mempertegas kedudukannya dengan tergabung sebagai bagian dari Diniyah Ta'limiyah Awaliyah (DTA). Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah no. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan pasal 21, pendidikan Madrasah Diniyah dibedakan menjadi tiga jenjang. Yakni jenjang Madrasah Diniyah Ta'limiyah Awaliyah (MDTA), Madrasah Diniyah Ta'limiyah Wustho (MDTW) dan Madrasah Diniyah Ta'limiyah Ulya (MDTU). Masing-masing jenjang pendidikan non formal tersebut memiliki muatan materi keagamaan yang berkelanjutan. Selaiknya jenjang pendidikan formal yang menjadi sistem baku yang dianut selama ini. Perbedaan mendasar itu tidak terletak pada status legalitas, mela

Menjadi Pribadi yang Berkualitas Melalui Karya

Dokpri ilustrasi siswa menulis Bahagia tak terkira tatkala saya mengetahui penyusunan naskah buku perdana siswa-siswi SDIT Baitul Qur'an rampung dan siap terbit. Rasa bahagia yang menyeruak seiring rasa syukur terpanjatkan ke haribaan pemilik Kalam dan Qolam. Tentu ini merupakan capaian baru yang selaiknya dirayakan dan dilestarikan.  Dirayakan karena siswa-siswi dapat keluar dari zona nyaman yang stagnan. Keluar dari hegemoni sistemik yang dilanggengkan dari tahun ke tahun. Paradigma sekolah sekadar menggugurkan kewajiban formalitas belaka tanpa ada out put nyata yang dapat dinikmati bersama harus segera ditinggalkan. Diubah menjadi aksi nyata yang menghasilkan pundi-pundi karya sebagai jejak peradaban. Dilestarikan karena memang hakikat dari lembaga pendidikan adalah kanalisator peradaban. Peradaban yang lekat akan tradisi literasi. Sementara sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya adalah agen of change untuk kemapanan masa depan. Maka dapat dipahami secara saksama bahwa pr

Qoutes Pamungkas

Dokpri: Cover buku solo terbaru saya Hal yang terkadang luput dari pandangan seorang penulis adalah jumlah halaman naskah. Luput dari pandangan di sini bermakna tidak menjadi bahan pertimbangan, perdebatan ataupun permasalahan yang serius dalam penulisan naskah. Terlebih, umumnya aktivitas menulis dipersepsikan cukup manakala penulis berhasil mengeksplorasi gagasan pemikiran hingga mentok.  Mentok di sini ditandai dengan rampungnya naskah dan adanya rasa plong yang timbul di dalam diri. Bukan mentok dalam makna berkonotasi negatif: kehabisan ide, terbelenggu rasa malas atau bahkan menolak aksi nyata untuk menulis karena berlindung di balik panji segala bentuk alasan. Disadari atau tidak, masing-masing kita lebih lanyah mengkambinghitamkan segenap keadaan untuk membenarkan keadaan diri yang vakum; tidak produktif. Faktanya memang penulis pemula seperti saya cenderung fokus menulis hingga dirasa cukup. Menulis untuk mencari kepuasan diri secara pribadi bukan menulis untuk kepentingan kha

Membuat Prakata Buku Antologi Perdana SDIT Baitul Qur'an

Dokpri: Ilustrasi pengetikan naskah buku Akhir-akhir ini saya fokus menyempurnakan naskah buku antologi perdana siswa-siswi SDIT Baitul Qur'an. Targetnya buku itu terbit dalam waktu dekat dan mampu launching di momentum pembagian raport semester ganjil. Target yang terbilang cukup sederhana dan mudah dilakukan jika disertai dengan tanggung jawab dan ketekunan. Kendati demikian, seiring dengan berjalannya waktu pada kenyataannya target tersebut berubah menjadi agak sedikit mengigit. Menguras waktu, tenaga dan pikiran. Terlebih jika dibenturkan dengan rundown agenda acara yang sudah mengantre panjang dan berdekatan. Saya sadar betul antara dasein dengan das solen selalu ada distingsi yang ketat. Bahkan jika ditinjau dari hasilnya terkadang jauh dari idealisme yang diekspektasikan sebelumnya.  Sedikit kecewa tentu saja. Akan tetapi tidak boleh larut di dalamnya. Jika boleh jujur, target pembuatan buku antologi tersebut sebenarnya telah dijadwalkan di awal semester namun tetap saja dal