Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Menyongsong Dua Perayaan Sekaligus

Minggu 25 Oktober 2020, Alhamdulillah, taman pendidikan Qur'an Luar Biasa (TPQLB) Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung telah menggelar dua lomba secara serentak dalam rangka memeriahkan peringatan hari santri nasional dan Maulid Nabi Muhammad Saw. Dua lomba tersebut ialah mewarnai dan menggambar kaligrafi. Kategori lomba mewarnai dikhususkan untuk santri disabilitas yang berusia lima-sepuluh tahun. Sementara santri yang berusia sebelas sampai dua puluh tahun ke atas diarahkan untuk mengikuti lomba menggambar kaligrafi. Dalam pelaksanaan lomba mewarnai, para asatidz telah menyediakan satu lembar gambar yang bernuansa islami. Deskripsi singkat dari gambar tersebut di antaranya; satu bangunan mesjid megah yang dikelilingi hijaunya alam, di mana tepat di pelataran masjid tersebut terdapat satu keluarga utuh dan bahagia.  Tampak jelas, di sana berada seorang ibu yang menentang makanan ringan, sang ayah yang membawa beberapa gelas di atas baki dan putra-putrinya yang riang gembira bermain

Bu Tejo dalam Peran Sebagai Citra Anak Zaman

Kurang lebih tiga bulan yang lalu jagat maya dihebohkan dengan boomingnya film pendek berjudul 'Tilik'. Salah satu film karya anak bangsa yang disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo, Ravacana Film yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Film Tilik sendiri sebenarnya telah diproduksi semenjak 2018. Namun entah karena alasan apa, kemudian film itu menjadi trending topik dan bahan pembicaraan yang empuk kalangan netizen di dua tahun berikutnya.  Upaya menerka-nerka alasan pun kian tumpah ruah ke permukaan. Film Tilik yang nangkring di kanal YouTube Ravacana Films akhirnya menyedot berjuta-juta pasang mata yang tercekik rasa penasaran. Jika diperhatikan, kian hari viewernya terus melesat hingga menyentuh angka 23 juta kali ditonton. (Satuan kalkulasi viewer hari ini). Belum lagi ditambah dengan jumlah viewer repost film Tilik pada akun YouTube lain yang berusaha memanen hasil keboomingan tersebut. Seperti biasanya, akan selalu ada tangan-tangan jahil

Seleksi Masa

Merebus mantra seketika Apapun itu namanya Mengenalnya atau tidak, tak apa Memahaminya maupun tak bisa Tetap saja takan pernah sama Masing-masing mengemban beban pundak nan berbeda Berpijak di bumi antara Lantas di bagian kurun waktu mana aku harus mengiba? Di langkah kaki mana aku harus berputusasa? Pada bagian kerling keberapa aku harus memutuskan berhenti memahaminya? Dalam jengkal keyakinan setebal apa aku harus bersua? Akhirnya aku leluasa, Sesekali menebar prasangka tak mengapa Tak lagi harus berlaga pilon berpura-pura Menimbang-nimbang kemerdekaan tiada tara Menghitung-hitung kebaikan kehendak tak terhingga Bahkan engkau mengkalkulasikan semuanya Entah itu segunung pun atau seujung kuku miliknya Kenyataannya? Diam-diam engkau menabuh genderang curiga Menuding-nuding setiap kepingan dosa kesalahan pena Pada malaikat pencatat amal itu dirimu telah durhaka Dan engkau sibuk mengekalkannya Mengutuk-ngutuk dengan curah caci tak terduga Senyum sinismu kini tak lebih hanyalah tanda Sump

Hujan dan Kesumpekan Manusia

 Derasnya hujan yang turun di tengah malam kemarin nyata belum benar-benar lekas berpamitan pulang, dan itu terlampiaskan sudah dalam ritme gerimis di Senin pagi sebagai tuan.  Tuan yang kehadirannya kerapkali banyak diperbincangkan, entah itu oleh para atasan pun atau khalayak kerumunan karyawan. Tuan yang kehadirannya selalu dalam persimpangan di antara dua keadaan; beranjak dari rasa malas dan ketepakasaan. Tuan yang lambat-laun menjadi tanda sukses-tidaknya satu tujuan dan tindakan. Loh, mengapa demikian? Sebagai faktanya, bukankah setiap masing-masing kita lebih suka menghabiskan waktu libur tiba bersama dengan keluarga tercinta? Bukankah, dikala waktu libur tiba, kepayahan yang acapkali kita cari adalah kebebasan dari setiap tekanan yang ada.  Alhasil sebagai bentuk realisasinya, bercengkrama, mengumbar tawa dan saling melontarkan sepenggal humor atau berbagi pengalaman dalam wujud cerita bersama pasangan dan anak-anak adalah candu yang senantiasa diidam-idamkan atas segudang kes

Tekanan Psikis sebagai Kawan Keseharian Anak

Selain mengondisikan kembali peran orangtua dan ketergantungan atas internet, pembelajaran jarak jauh juga akhir-akhir ini dipandang berakibat fatal atas keadaan psikis anak didik. Hal yang demikian diceritakan betul oleh beberapa teman yang berprofesi sebagai guru honorer ataupun guru tetap di dua-tiga sekolah. Mereka menegaskan bahwa banyak anak didiknya yang merasa rindu dengan rutinitas pembelajaran di sekolah.  Selain itu, ditemukan pula tidak sedikit di antara anak didik yang mengeluhkan capeknya proses pembelajaran dari rumah. Bagaimanapun proses pembelajaran yang sekadar mengerjakan bejibun tugas tanpa penjelasan yang gamblang membuat anak didik mudah bosan dan jenuh. Lebih lanjut, keluh-kesah tersebut bermula dari cara membimbing dan tuntutan yang dikehendaki oleh orangtua terkadang lebih kerap tampil dengan luapan emosional yang merundung mental anak didik.  Celah borok atas pengalihan proses pembelajaran dari ruang publik ke ruang domestik yang menyebabkan adanya pemangkasan

Koneksi Internet sebagai Kebutuhan Pokok

Kepemilikan dan kapabilitas atas gadget pada kenyataannya tidak dapat termaksimalkan fungsi dan manfaatnya untuk menunjang proses pembelajaran selama tidak terkoneksi dengan jaringan internet.  Koneksi gadget dengan internet dalam konteks kelangsungan pembelajaran jarak jauh di sini dapat dianalogikan layaknya ruh dan jasad yang saling melengkapi sekaligus menghidupi.  Dua komponen integral yang tak dapat dipisahkan antara satu sama lain tatkala membicarakan banyak tentang multifungsi kemutakhiran teknologi terhadap peradaban umat manusia. Bagaimanapun proses pembelajaran di masa pandemi ini sangat bergantung pada penggunaan aplikasi ruang belajar berbasis sosial media yang mengharuskan adanya koneksi internet. Entah itu koneksi internet melalui kouta data kartu perdana atau WiFi Indihome sekalipun. Atas dasar ketergantungan itu pula pada akhirnya koneksi internet pun menjadi kebutuhan pokok baru yang lambat-laun bersaing ketat dengan upaya pemenuhan kebutuhan primer dalam menjalani ke

Pentingnya Memiliki dan Kapabilitas atas Gadget di Masa PJJ

Pembelajaran jarak jauh pada kenyataannya mengharuskan setiap kepala keluarga memiliki dan menguasai betul atas smartphone, tablet dan laptop.  Kehadiran piranti-piranti kemutakhiran teknologi ini yang semula dipandang dan diposisikan sebagai kebutuhan sekunder bahkan tersier oleh khalayak ramai namun kini beranjak cepat menjadi salah satu kebutuhan primer di berbagai lapisan sosial masyarakat yang ada. Disadari ataupun tidak, dengan diberlakukan PJJ intensitas transaksi jual-beli gadget meroket tajam. Entah itu produk gadget yang benar-benar berkapasitas terupdate ataupun second (bekas) sekalipun penjualannya lebih laris di pasaran. Hal ini menunjukkan bahwa Covid-19 di satu sisi memberikan keberkahan bagi sebagian orang. Tentu dalam prakteknya tidak hanya cukup sekadar memiliki gadget, akan tetapi orangtua dan sang anak juga harus menguasai betul cara penggunaannya. Mengetahui bagaimana cara menggunakan aplikasi ruang belajar seperti WhatsApp, ruang guru, google class, google room, z

Pola dalam Mendampingi Belajar Anak

Pengalihan ruang pembelajaran vis a vis (metode klasikal) menjadi ruang virtual pada kenyataannya mengoyak kembali kemapanan tatanan peran guru dan orangtua terkait efektivitas pembelajaran anak didik.  Dalam konteks pengalihan ruang pembelajaran inilah sejatinya guru sedang menyerahkan marwah untuk menjaga dan melestarikan lima aspek yang membentuk anak didik: dimensi intelektual, dimensi kultural, dimensi nilai-nilai transendental, dimensi keterampilan fisik/jasmani dan dimensi kepribadian manusia itu sendiri pada genggaman orangtua (Saiful Mustofa, 2017: x). Jika selama ini pembelajaran teoritis dan moral secara porposional lebih terpusat dilakukan di sekolah dengan banyak melibatkan peran aktif guru maka pada pembelajaran jarak jauh adalah kebalikannya, di mana upaya itu lebih dominan mengandalkan peran orangtua. Orangtua dan anggota keluarga yang ada di lingkungan rumahnya sebagai pusat pembelajaran setiap masing-masing siswa. Entah itu dalam mengerjakan tugas sekolah via daring a