Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

Risalah Ramadhan

  (Dokpri: flyer Risalah Ramadhan karya tangan kreatif Bang Woks) Selepas ngaji literasi edisi 3 (12/03/2023) saya dan Bang Woks terlibat obrolan gayeng mengenai evaluasi perhelatan acara Dwi mingguan itu. Beberapa koreksi berhasil dicatat. Tak ketinggalan, kami juga memastikan tanggal dan siapa narasumber untuk perhelatan ngaji literasi edisi 4 selanjutnya.  Di sela-sela obrolan gayeng itu pula saya sempat mengajukan program terbaru SPK Tulungagung edisi khusus bulan suci Ramadan. Konsep acara, kontributor, pembagian tugas dan di akun media sosial apa akan diposting program terbaru tersebut dibahas tuntas. Meski kemudian kami sedikit kesusahan dalam menentukan bentuk sajian program terbaru itu akan disodorkan seperti apa.  Kami terkatung-katung dalam dua opsi yang muncul. Antara menyajikan program dengan konsep kultum versi video dengan durasi 3-5 menit atau kultum dalam bentuk tulisan. Kultum dalam bentuk tulisan kurang lebih memiliki panjang sekitar 3-5 paragraf. Deskripsi itu pun s

Esensi Ngaji Pasan

(Dokpri: flyer ngaji online yang diinisiasi Gus Ulil Abshar Abdalla) Ngaji Pasan atau Pasaran adalah tradisi mengkaji dan mengkhatamkan kitab kuning tertentu selama bulan suci Ramadan. Tradisi yang menjadi budaya akar rumput eksklusif kalangan santri di pondok pesantren.  Berbagai jenis kitab kuning--meski terbatas dalam pilihan dan tergantung siapa pengampunya--dikaji dalam ngaji Pasan. Mulai dari kitab fiqih, tauhid, tafsir, akhlak, hadits dan tasawuf menjadi sajian yang ditawarkan. Kitab-kitab kuning pilihan dikaji dengan takaran lebih mudah untuk dicerna dan diamalkan.  Tatkala pademi covid-19 mendekonstruksi tatanan berbasis yang sudah ada, budaya ngaji Pasan di pesantren-pesantren mengalami imbasnya. Ngaji Pasan yang awalnya disetting secara klasikal (face to face) mulai dihelat via online. KH. Ulil Abshar Abdalla merupakan contoh representatif ulama yang gayeng melanggengkan tradisi ngaji online berbasis kitab tasawuf. Menyeruaknya ngaji online di media sosial tentu memberikan d

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera.

Pawai Ta'aruf

(Dokpri: Pawai Ta'aruf) "Barang siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka", Riwayat dalam kitab Darrut an-Nasihin. Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Salah satu bulan yang kedatangannya senantiasa ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Keagungannya: diwajibkannya puasa dalam rangka menunaikan rukun Islam yang keempat, bulan turunnya kitab suci Al-Qur'an, tempat amal ibadah dilipatgandakan hingga turunnya malam Lailatul Qadar menjadi pesona yang tak pernah lekang dinantikan.   Berpijak pada rentetan momentum sakral itulah maka tak heran jika kemudian khalayak umat Islam selalu dalam keadaan terpana untuk menyambut kehadiran bulan yang mulia dan penuh berkah itu. Penyambutan tamu agung satu tahun sekali itu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya yakni dengan pawai ta'aruf. Pawai ta'aruf adalah agenda kegiatan tahunan LPIT Baitul Qur'an Tulungagung dalam menyambut kehadiran bulan

Saran Pengawas Dinas Pendidikan Kecamatan Kedungwaru

(Dokpri: Dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung dan tim pengawas perhelatan upacara bendera) Seakan-akan tidak cukup puas dengan upaya korektor (evaluasi) yang dilakukan oleh Pak Tentara perwakilan dari Koramil Kedungwaru, Ibu Sutikah, S. Pd. Selaku pengawas Dinas Pendidikan Kecamatan Kedungwaru juga setelah upacara bendera selesai digelar juga memberikan beberapa masukan kepada dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung. Setelah upacara bendera digelar memang tim pengawas perhelatan upacara bendera dipersilakan untuk rehat sejenak di ruangan yang sebelumnya telah kami persiapkan. Ruang kelas 1 disetting sedemikian rupa untuk menjamu tamu istimewa. Enam meja dengan dua belas bangku dibentuk melingkar, sehingga masing-masing kami dapat saling bertatap muka. Sekitar 20 menitan tim pengawas terlibat percakapan santai dengan kepala sekolah, pelatih upacara bendera dan bendahara sekolah. Sesaat tawa gelitik melimpah ruah memenuhi ruangan. Bahkan gema itu sampai terdengar ke

Evaluasi Perhelatan Upacara Bendera

(Dokpri: Pak Tentara perwakilan Koramil Kedungwaru sedang memberikan evaluasi Upacara Bendera) Perhelatan upacara bendera selesai dilaksanakan. Siswa-siswi diistirahatkan. Semua siswa diinstruksikan untuk jongkok dan duduk santai di tempat semula mereka berdiri. Santai namun tetap terkondisikan dengan baik: Tetap rapi, tidak celometan dan membuat gaduh. Pak tentara perwakilan dari Koramil Kedungwaru selaku pengawas upacara bendera di setiap sekolah kecamatan Kedungwaru mulai menyampaikan hasil evaluasi dari perhelatan upacara bendera yang telah digelar. Hasil evaluasi tersebut bersifat mata pisau: Terdapat kelebihan dan kekurangan; positif dan negatif.  Terdapat sisi positif yang dinilai telah bagus dari perhelatan upacara bendera di Baitul Qur'an, di antaranya petugas pembaca Undang-undang Dasar 1945 dan pengibar bendera. Kategori bagus yang disematkan bagi pembaca teks UUD 1945 dipandang dari aspek pelafalan, tegas dan intonasi suara. Begitu halnya dengan petugas pengibar bendera

Ngaji Literasi Sesi Kedua

  (Dokpri: flayer ngaji literasi edisi 2) Alhamdulillah, perhelatan ngaji literasi perdana (12/02/2023) telah terlaksana dan berjalan lancar. Dan kini saatnya kami melanjutkan langkah berikutnya, sesi yang kedua.  Seperti halnya diketahui bersama dan termuat pada flayer yang telah dishare ke publik sebelumnya, bahwa ngaji literasi perdana membedah buku Kaca Benggala Manifestasi Diri dan Upaya Menemukan Esensi . Buku itu telah diulas oleh penulisnya secara langsung. (Untuk mengetahui seperti apa pelaksanaannya silakan mampir di postingan berikutnya). Tak lupa, Prof. Nginun Naim selaku pembina Sahabat Pena Kita (SPK) Tulungagung tampil membuka acara. Beberapa motivasi, support dan nasehat beliau sampaikan dalam kata pengantarnya.  Sedangkan Mas Woko Utoro yang merupakan mahasiswa jurusan Studi Islam Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (SATU) berperan ganda: MC sekaligus moderator mengatur jalannya acara.  Nah, jika teman-teman penasaran seperti apa ngaji literasi edisi pe

Ngaji Literasi Sesi 3: Literasi Para Kiai

  (Dokpri: flayer ngaji literasi edisi 3) Meneruskan sesi sebelumnya, ngaji literasi sesi 3 yang akan dihelat ini membedah buku solo perdana Ketua SPK Tulungagung yang kece badai, Mas Thoriqul Aziz.  Buku Literasi Para Kiai yang bergenre non fiksi ini saya kira tidak semata-mata terlahir di ruang yang hampa, melainkan ada kaitannya dengan latar belakang pendidikan yang ditempuh oleh penulisnya.  Tafsir Hadits. Ya, jurusan yang ditempuh oleh penulisnya. Saking seriusnya, bahkan Mas Thoriq (sapaan akrab) mengambil jurusan yang linier guna menggeluti bidang studi yang sama di jenjang Pascasarjana UIN SATU Tulungagung.  Signifikansi bidang studi Tafsir Hadits yang digelutinya tersebut, asumsi saya, menjadi modal utama dalam menyusun buku perdananya tersebut. Nah, seperti apakah Mas Thoriqul Aziz mendedahkan khazanah literasi para kiai? Siapa saja Kiai yang diulas dalam buku tersebut? Dalam rentang tahun berapakah karya Kiai yang dimuat? Dan masih banyak pertanyaan lainnya akan dibahas pada

Tiga Budaya Baik yang Wajib Dilestarikan di Sekolah

(Dokpri: Para siswi sedang berkerjasama mengidentifikasi lingkungan sekitar) "Orang yang sinis adalah orang yang tahu harga dari apa pun dan nilai dari ketidakadaan" , Oscar Wilde. Senin (13/03/2023) kedua dalam suasana Penilaian Tengah Semester (PTS) genap apel pagi kembali dihelat. Semenjak PTS genap dihelat memang sudah dua kali sekolah tidak melaksanakan upacara bendera.  Tidak dilaksanakannya upacara bendera Senin tersebut bukan berarti menghilangkan budaya upacara bendera di lembaga; bukan berarti lembaga tidak menghormati perjuangan para pahlawan; bukan pula menandakan lunturnya nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme sumber daya manusia lembaga melainkan karena pertimbangan jadwal yang tidak efektif.  Tidak efektif seperti apa? Akan sangat tidak efektif jika kemudian melaksanakan upacara bendera dalam keadaan yang terburu-buru, kurang persiapan; tidak khidmat dan harus merombak jadwal perhelatan PTS. Tentu saja hal yang demikian itu sangatlah tidak elok.  Atas dasar

Mengokohkan Karakter Siswa melalui Upacara Bendera

(Dokumentasi pribadi: Perhelatan Upacara Bendera dengan jajaran tamu pengawas upacara bendera sekolah) Senin (13/2/2023) adalah salah satu hari yang berkesan bagi seluruh sumber daya manusia lembaga yang ada di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung. Pasalnya pada hari itu kami menghelat upacara bendera dengan dihadiri oleh jajaran tamu istimewa: Koramil Kedungwaru, pengawas sekolah dan perwakilan dari kecamatan Kedungwaru. Sayangnya, perwakilan dari Polsek Kedungwaru berhalangan untuk hadir di hari itu.  Segala perlengkapan upacara bendera disiapkan. Sound sistem, tiga microphone, satu stand mic, bendera hingga beberapa naskah protokol yang akan dibacakan tatkala upacara dihelat. Sedangkan para peserta telah berbaris sesuai tinggi badan masing-masing. Siswa-siswi yang badan tinggi berdiri paling depan, sedangkan yang pendek berada di barisan paling belakang. Para petugas upacara bendera Senin ini adalah kelas 6. Sementara pembina upacara diemban oleh perwakilan dari Koramil. Hal itu terja

Karya Kelas Literasi: Kreativitas Tanpa Batas

  (Dokumentasi pribadi: Anak-anak kelas literasi) Sabtu (25/02/2023) kelas ekstra kurikuler telah dihelat kembali setelah tiga Sabtu berturut-turut libur. Pada pertemuan sesi ini para siswa kelas literasi mengumpulkan masing-masing karyanya. Kebetulan pada sesi pertemuan sebelumnya, Sabtu penghujung bulan Januari, mereka diinstruksikan untuk menuangkan ide dan kreativitasnya di atas kertas HVS A4.  Di atas kertas HVS A4 itu mereka bebas menuangkan kreativitas sesuai kehendaknya. Tidak ada paksaan bagi mereka, yang jelas tidak ada batasan tema, genre dan bentuk karya yang hendak dibuat.  Sebagai hasilnya, ternyata dari mereka semua, sebagian siswa ada yang membuat puisi. Ada pula yang memilih membuat pantun dan satu orang memutuskan untuk menggambar. Sebagai bentuk konkritnya berikut karyanya kami lampirkan di bawah ini.  Pantun Nasihat _Aishah_ Makan gorengan di pinggir kali Sambil menikmati indahnya sore hari Walaupun jarak memisahkan diri Tapi doaku akan selalu menyertai Pantun Karya

Mengubah Hidup dengan Menulis

(Dokumentasi pribadi: gambar buku yang diresensi) Judul: The Power of Writing Mengasah Keterampilan Menulis untuk Kemajuan Hidup Penulis: Nginun Naim Penerbit: Lentera Kreasindo Tahun Terbit: 2015 Tebal Halaman: xiv+230 lembar ISBN: 978-602-1090-14-5 Harga: Rp. 50.000 "Inspiratif, sarat motivasi dan provokatif" adalah kesan yang saya tangkap setelah menyelami buku The Power of Writing Mengasah Keterampilan Menulis untuk Kemajuan Hidup. Salah satu dari tiga buku yang saya beli langsung dari penulisnya bersamaan dengan buku The Power of Reading Menggali Kekuatan Membaca untuk Melejitkan Potensi Diri (2013) dan Islam dan Pluralisme Agama Dinamika Perebutan Makna (2014). Masih terlintas jelas dalam ingatan saya, buku ini saya beli pada 7 Maret 2017 di kantor LP2M IAIN Tulungagung--sekarang bertransformasi menjadi UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung--tempat Prof. Nginun Naim (sapaan akrab penulis: Prof. Niam) mengabdi dan bekerja. Prof. Naim kala itu belum menjadi gu