Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Mengabadikan Jejak

(Dokpri Foto PAT siswa SDIT Baitul Qur'an Tulungagung) Saat berperan sebagai guru badal wali kelas 5 di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung saya sempat mencicipi momentum ANBK. Program terbaru Kemdikbudristek dalam upaya meninjau efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan para siswa. Pendek kata, ANBK ini bertujuan mengevaluasi wawasan pengetahuan yang telah dikuasai oleh para siswa.  Evaluasi itu hadir setelah dihapuskannya kebijakan ujian nasional di seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah sebagai tanda kelulusan para siswa. Kebijakan yang saya kira menjadi kabar gembira seutuhnya bagi para siswa. Begitu juga guru pun orang tua. Dengan tidak adanya UN setidaknya rasa was-was akan ketidaklulusan para siswa dapat diminimalisir. Bahkan nihil.  Di lain sisi, kebijakan itu memberi ruang kebebasan berekspresi seluruh lembaga pendidikan untuk tampil dengan penuh tanggung jawab dan bijaksana. Tanggung jawab dan bijaksana dalam hal apa? Bertanggung jawab dan bijaksana dalam menent

Pusaka Kopdar 2 RVL (Kumpulan Pantun)

(Dokpri foto peserta kopdar 2 RVL di Auditorium gedung Garuda BBPPMPV Seni dan Budaya Yogyakarta) Kopdar 2 RVL di Yogyakarta Nginap bersama-sama di asrama A PPPPTK Seni dan Budaya  Ilmu dikeruk menutup dahaga Banyak orang tak kenal jadi saudara Jalan-jalan ke Malioboro Pulangnya mampir beli Bakpia Amat senang kenal Pakde Susanto Orangnya humble penuh jenaka Lumpia goreng isinya rebon Rasanya gurih kriuk di mulut Jangan mau melulu jadi penonton Semangat aksi nyata berkarya harus disulut Bertemu Bu Panca Si ratu horor Menginap di kamar paling ujung Menulis itu jangan mau molor-molor Segera tuangkan gagasan hingga rampung  Nahkoda RVL disebut Dulgemuk Sikapnya ramah dan humoris Dengan kopdar banyak ilmu yang ditengguk Banyak kenangan manis yang harus ditulis  Minum kopi panas ditemani roti Rotinya produk UMKM daerah Pati Bu Kanjeng si ratu antologi Usia boleh lanjut semangat berkarya tak pernah mati Bakpia kukus jajanan khas Yogyakarta  Dibawa pulang ke Tulungagung naik kereta  Seronoknya

Menegakkan Tanggungjawab dan Peran

(Dokpri rapat Yayasan) Berkembang dan maju tidaknya suatu lembaga pendidikan pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Tak terkecuali salah satu faktor penentunya adalah proses pengelolaan yang dilakukan oleh pemangku kebijakan dan pelaksana program kerja yang telah dibakukan dalam kalender akademik.  Pemangku dan pelaksana kebijakan yang memiliki otoritas dominan dalam mengelola lembaga pendidikan--utamanya di Baitul Qur'an Tulungagung--mengerucut pada aktualisasi peran dan tugas empat elemen: Pengurus Yayasan, Kepala Sekolah, Guru dan Operator. Keempat elemen ini saling terkoneksi dan terintegrasi dalam mewujudkan visi-misi lembaga.  Dalam prakteknya keempat elemen tersebut harus bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Meski begitu bukan berarti pula tatkala bekerja masing-masing elemen mengandalkan pola saling bergantung tanpa adanya rasa tanggung jawab, kedisiplinan dan sadar diri namun harus berpijak pada asas kerjasama, memunculkan rasa empat

Grup Sebagai Media Ekspresi Kreativitas Diri

(Gambar Download dari kanal Facebook) Tulisan ini merupakan pamungkas dari 3 postingan sebelumnya. Jika ingin mendapatkan pemahaman yang utuh: menangkap makna, motivasi dan inspirasi secara maksimal, saran saya, silakan baca postingan yang berjudul Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi , Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi Part 2 dan Tipikal Orang yang Membutuhkan Rumah Bernaung terlebih dahulu. Sebab keempat tulisan ini merupakan satu kesatuan yang berkesinambungan. **** Ada pun tipikal ketiga merupakan lanjutan dari level sebelumnya. Sangat dimungkinkan sebagian dari penghuni grup literasi memiliki motif hendak menjadikan grup sebagai ajang mendedahkan gagasan yang butuh diluapkan. Model penghuni yang telah memiliki modal, kompetensi dan kapasitas yang mumpuni. Sebutkan saja posisinya telah menduduki level produsen karya.  Produsen karya tulis telah pasti memiliki jam terbang tersendiri. Syarat akan manajemen menghimpun asupan gizi (membaca) dan produktivitas kerja ny

Tipikal Orang yang Membutuhkan Rumah Bernaung

(Sumber Gambar: Download dari kanal Facebook) Perlu ditekankan di awal bahwa tulisan ini adalah bagian ketiga dari dua postingan Sebelumnya. Untuk mendapatkan alur pemahaman yang runtut Anda dapat membaca postingan sebelumnya: Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi dan Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi Part 2. Silakan klik tulisan yang berwarna.  *** Kedua, tipikal orang yang bergabung ke grup WhatsApp literasi karena memang membutuhkan rumah bernaung . Orang yang seperti ini memiliki motif yang melampui tipikal sebelumnya. Ia tidak hanya memiliki antusiasme yang tinggi namun juga kesadaran yang mumpuni untuk berkontribusi. Ada alasan mendasar tentang kenapa ia memutuskan untuk menempuh jalan kesunyian sebagai penulis jauh sebelum bergabung dengan grup WhatsApp literasi.  Bergabungnya ia dengan grup WhatsApp literasi bukan sekadar untuk belajar namun juga sebagai upaya menstabilkan motivasi, melejitkan kreativitas dan inovasi-inovasi baru dalam bentuk karya. Bergabungn

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Part 2

(Gambar download dari akun Facebook GNH) Tampaknya harus membuat disclaimer di awal bahwa tulisan ini merupakan lanjutan dari postingan sebelumnya. Postingan yang fokus membahas upaya Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi . Saran saya, untuk mendapatkan alur pemahaman yang runtut dan tidak mengalami distorsi sebaiknya Anda membaca postingan blog saya sebelumnya.  **** Tipikal yang pertama tatkala seseorang bergabung dengan grup WhatsApp karena adanya motif keinginan untuk belajar umumnya akan memiliki antusiasme yang tinggi. Hal itu dibuktikan dengan detailnya dalam menyimak dan mengikuti informasi yang di-share di grup. Responnya menghasilkan dua sikap yang berbeda. Berusaha adaptasi dengan nuansa yang ada atau mungkin memilih bungkam seribu kata. Opsi kedua memilih menjadi silent reader diasumsikan sudahlah cukup.  Mereka yang mengupayakan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang ada menunjukkan bahwa ia ingin terlibat sebagai bagian di dalamnya. Hal itu dilakukan dengan hara

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal

Semarak Wisuda

(Dokpri Foto Bersama dengan Wisudawan) Salah satu tahapan yang tidak dapat dipisahkan dari proses panjang pembelajaran di lembaga pendidikan--tak terkecuali sekolah--belakang ini adalah wisuda. Wisuda berarti peresmian atau pelantikan yang dilakukan dengan upacara secara khidmat. Signifikansi peresmian atau pelantikan dalam konteks ini menandakan telah terpenuhinya hak dan kewajiban peserta didik selama menempuh pembelajaran di lembaga pendidikan tertentu baik formal atau pun non formal. Satuan kredit studi (SKS) pembelajaran telah terpenuhi. Secara harfiah, wisuda dipahami sebagai bentuk kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang melibatkan dirinya sebagai bagian di dalamnya. Kiranya sudah menjadi rahasia umum jika prosesi wisuda merupakan momentum yang sakral. Sakral bagi pelakunya atau pun bagi khalayak ramai yang turut serta memeriahkannya. Khalayak ramai termasuk keluarga besar bersangkutan yang merasa bangga dan bahagia bukan kepalang karena orang dicintai--bagian dari k

Pelita Hidupku

Di antara dua pelita aku tumbuh Dipupuk penuh kasih sayang dan cinta yang utuh Aku pelipur lara hati yang membungkam jiwa-jiwa yang terbelenggu keluh dan peluh Bagai permata yang tak boleh kotor atau pun luruh Engkau genggam jemari mungilku di kala tak mampu apa-apa Bahkan yang menyehatkan dan membesarkan tubuhku lantaran jasa Merangkak, berjalan hingga ku berlari menuju tempat yang ku suka Engkau sempurnakan dahaga keingintahuanku yang terus menganga Engkau sandaran tubuhku yang ringkih dan papa Lentera hati di saat gundah gulana Di kala kecil bahkan hingga detik ini engkau tetap madrasatul ula Pengetahuan mendasar tentang hidup tertancapkan kuat ke dalam dada  Pun isian kepala Kelembutan tangan bersambut kehangatan  Menginjak usia ranum akan pengetahuan Engkau cukupi kebutuhan setiap jenjang pendidikan Dari usia dini hingga kumenginjakkan kaki di Baitul Qur'an Tempat terbaik menengguk tetesan ilmu agama dan pengetahuan  Min adzulumati ilannur Nafas-nafas kebebalan diri mulai gugu

Novel Sebagai Media Penyalur Kritik

  (Dokpri Flyer Ngaji Literasi Edisi 8) Adalah novel Anak Angkot yang didedah pada perhelatan ngaji literasi edisi 8. Novel karya habib Ludfi (sapaan akrab Muhammad Mustofa Ludfi yang merupakan dosen UIN SATU Tulungagung dan direktur Klinik Abjad) terlahir tidak jauh dari kelahiran novel Siluet. Disebutkan oleh penulis, penyusunan naskah novel itu masih dalam nuansa gejolak ide yang bersanad dengan karya sebelumnya. Statemen yang mengamini bahwa ari-ari yang mengiringi kelahiran sang bayi tidak pernah terpisahkan satu sama lain. Keduanya saling terikat dan ketergantungan. Novel ini mengambil setting tempat cerita di Malang. Di mana ketimpangan sosial dan budaya masyarakat sekitar menjadi bahan bakar gagasan alur cerita itu untuk dituangkan. Tidak cukup sampai di sana, penulis juga berusaha mendokumentasikan potret kejahatan seksual, ingar-bingar dunia perpolitikan dan wacana mafia migas yang sempat booming pada masanya menjadi amunisi utama dalam menentukan karakter dan watak tokoh.  A

Menimbang Media Komunikasi Pembelajaran

(Dokpri flyer Ngaji Literasi Edisi 7) Melompat dari fokus pembahasan Ngaji Literasi edisi sebelumnya--yang gayeng mendiskusikan buku bertemakan refleksi-- pada edisi 7 kita berusaha mencecap hiruk-pikuk dunia pendidikan. Tepatnya, buku Guru Penggerak Media Komunikasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam karya Mas Feri Fadli menjadi teras satu kamar dari ribuan objek pembahasan yang diwacanakan dalam dunia pendidikan.  Media komunikasi pembelajaran di era yang serba mutakhir menjadi kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap insan yang bertitel pendidik. Utamanya ia mendapuk peran versi terbarukan: Guru Penggerak. Satu identitas baru yang kemudian mendikotomikan kemapanan profesi guru yang telah lama mendarah daging. Meski kemudian identitas itu mulai disanksikan kembali eksistensinya seiring dengan pergantian Kemendikbudristek setelah 5 tahun sekali.  Statemen yang menggiring pertanyaan: Apakah perbedaan mendasar antara keduanya? Pertanyaan mendasar yang muncul setelah penulis men