Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Nostalgia Nasyid

            Kontinuitas rutinitas perkuliahan tidak berjalan lancar sebagaimana mestinya. Diadakannya acara penutupan Pekan Santri yang bertempat di Aula Utama IAIN Tulungagung pun menjadi suatu alibi pasti yang menyebabkannya. Proses lobying antara mahasiswa dengan dosen pun tidak dapat dipungkiri akan kejadiannya, (mahasiswa bijak selalu bermusyawarah, mengambil mufakat dengan dosennya, hehe).          Gelaran karpet merah yang terhampar pun mulai mengkontruk distance antara kosong dan kepadatannya, antara keluasan dan kesempitan ruangan di dalamnya.  Koaran persuasif yang dilontarkan pun menjadi isyarat terhadap jamuan yang dipersembahkannya. Gerombolan dua kaki yang melangkah linier pun, seakan-akan tersihir untuk menuju tempat yang telah tercepaki, terdekorasi rapi, menarik perhatian lalu lalang para pejalan kaki. Tatkala memasuki halaman tempat acara tersebut, sekotak konsumsi yang ditawarkan pun tidak luput dari hidangan yang disediakannya. Meskipun sederhana demikian, s

Inspirasi Menunggu Berobat

Gerakan dua roda kendaraan yang linier pun tatkala itu menjadi pemula dari tujuan yang dimaksudkan. Deretan mobil yang tertata, tersusun rapi, nampak jelas  memadati halaman depan. Celah-celah ruang kosong diantara deretan mobil tersebut pun nampak jelas tidak akan mampu menyelipkan kendaraan yang saya kendarai. Telah menjadi kemungkinan besar bila halaman gedung instalasi tersebut tidak mampu lagi menampung padatnya kendaraan, (gumam hati kecil saya setelah melihat keadaan). Akhirnya dengan penuh kesadaran dan kesabaran saya pun harus mengarahkan alur perputaran roda kendaraan menuju halaman parkir belakang. Di sana pun nampak jelas deskripsi deretan kendaraan roda dua yang beraturan. Tanpa berlama-lama, kedua langkah kaki yang linier kompak beraturan tatkala itu menggantikan perputaran roda yang diandalkan. Relung-relung jalan yang telah dipadati kendaraan parkir pun menjadi alur jalan yang harus kembali ditelusuri. Perjalanan saya menuju ruang utama instalasi pun tidak menghabisk

Ekspedisi Malam

Aktivitas malam minggu yang belum terbayangkan, terngiang-ngiang dan terdeskripsikan kini telah menjadi torehan kenangan dalam memorian. Mengukir sejarah dalam literasi perjalanan hidup yang menakjubkan. Menambah pengalaman hidup yang perlu didokumentasikan. Tanpa basa-basi, bertele-tele dan mulek dalam alur tulisan, saya pun dengan spontan ingin terang-terang mengatakan bahwa aktivitas yang dimaksud yakni pendakian. Ya... benar suatu pendakian gunung telah saya lakukan. Gunung yang menjadi tujuan pendakian pun, selayaknya telah menjadi suatu objek wisata pendakian yang lumrah dalam isu, pencitraan pembicaraan dan pendengaran. Sehingga telah menjadi kemungkinan besar pengetahuan bahwa gunung yang dimaksud yakni gunung budeg. Prepare Menuju Tempat Tujuan             Tanpa melirik, risau dan resah akan kondisi malam yang menyelimuti keadaan. Setiap diri insan yang ingin (berniat dan berminat) ikut berpartisipasi dalam pendakian pun harus menyiapkan semua perlengkapan. Entah

Forling Ta'arufan

Suatu agenda besar di malam weekend telah terlaksanakan. Ya, betul demikian. Rasa-rasanya tidak dapat tersembunyikan dan terelakkan, bahwa pada malam minggu (03/10) suasana diri pribadi tidak lagi terselimuti rona rutinitas seperti biasanya. Pasalnya, pada malam itu suatu agenda besar yang telah terjadwalkan harus menghanyutkan diri saya menuju muara tempat yang telah ditentukan. (*demi mengikuti pergaulan wawasan pengetahuan. Meskipun tatkala itu saya datangnya telat, hehe). Yang lebih tepatnya lagi, yakni agenda Forling (Forum Keliling) HMJ FA (Himpunan Mahasiswa Jurusan Filsafat Agama) yang diikuti oleh Mahasiswa jurusan FA dan KPI (Komunikasi Penyiaran Islam), (*jurusan KPI merupakan salah satu jurusan yang terkategorikan baru, dalam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah). Tema dan tujuan yang diusung pada acara Forling kali ini pun berasaskan pada tali silaturahmi demi menjalin keakraban dalam kekeluargaan. Atau mungkin yang lebih tepatnya lagi, yakni acara Forling kali ini seb

Inspirasi Setumpuk Tugas

Tatkala setumpuk tugas mulai antri menghampiri diri, dengan serentak tuntutan akan beban, tanggungjawab dan kepercayaan pun mulai merongrong rutinitas yang dijalani. Dengan sadar, diri ini pun harus segera memiliki manajemen waktu dan proporsi keprofesionalan dalam menuntaskan setumpuk tugas yang telah antri menanti. Mengingat dan mempertimbangkan hal yang demikian, rasa-rasanya diri ini pun harus bersikap fokus dan loyal terhadap apa yang sedang dijalani. Meskipun pada awalnya tidak pernah terbayangkan, entah sejauh mana kefokusan dan keloyalan yang saya miliki. Namun yang saya ketahui selama ini adalah standarisasi, batasan kemampuan yang saya miliki. Mengingat dan mempertimbangkan hal yang demikian, rasa-rasanya diri ini pun tidaklah pantas bila harus terus mengumbar keadaan diri dalam ketidak jelasan, membiarkan diri terus terjamah oleh rasa malas yang menghanyutkan, dan menaruh perhatian besar pada hal yang tidak begitu dipentingkan. Sehingga dengan sadar, diri ini pun harus