Langsung ke konten utama

Menyadari Waktu dan Kehidupan

Tidak terasa waktu telah berputar cepat dalam porosnya. Sampai-sampai apa yang telah terngiang ditelinga, telah nampak didepan mata dan terlaksana dalam realita tidak dapat terulang kembali. Yang tersisa kini hanya suatu kenangan indah yang tersimpan rapat dalam  memori. Entahlah, entah sampai kapan kenangan itu akan terus tersimpan kuat dalam memori akal pikiran diri pribadi. Yang pasti bayangan tentang semua hal yang telah terjadi akan selalu mengalami distorsi  dan mengikut pada diri yang mulai susut dan rentang karena faktor usia.
Warna hitam rambut yang mulai berpadu dengan uban yang mengkilau, tumbuhnya jenggot didagu dan di daerah-daerah tertentu, telah menjadi saksi bahwa dimensi ruang dan waktu telah berganti.
Ya... memang benar demikian. Dimensi ruang dan waktu selalu tidak dapat terulang, berhenti dan kompromi akan keadaan yang sedang terjadi. Baik itu hanya terulang karena sekadar untuk meluruskan suatu niat akan tujuan, terhenti hanya sekadar unuk menghirup nafas dan mengganti hentakan kaki serta kompromi dengan keadaan fisik yang tidak sanggup lagi untuk menghadapi realita kehidupan ini.  
Mungkin selayaknya juga kita menyadari bahwa sesungguhnya kehidupan di dunia ini tidaklah kekal, pasti akan dan telah dibatasi dengan dimensi ruang dan waktu. Tapi sayang kita tidak pernah tahu dan diberi tahu entah kapan waktu kita untuk menghadap kembali pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang pasti kita harus ingat bahwa semua usaha kita di dunia ini janganlah kita sia-siakan hanya untuk kenikmatan duniawi semata, tapi jadikan juga sebagai bekal untuk kehidupan akhirat.
Andaikan diri kita pribadi tahu kapan kita akan menghadap kembali pada Tuhan Yang Maha Kuasa, mungkin kita akan mengatur siasat dan master plan untuk mengatur kehidupan kita. Baik itu tentang waktu di mana kita menikmati kehidupan duniawi dan waktu di mana kita mengatur, mengontrol dan menempatkan diri untuk menikmati usaha kita dalam mencari bekal kehidupan di akhirat nanti.
Memang sungguh konyol bila kita tahu dan diberi tahu tentang kapan kita akan menghadap kembali pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Mungkin dengan senang hati kita akan mengatur kapan kita berbuat maksiat dan menumpuk dosa serta kapan kita bertaubat, taubatan Nasuha.       
 Memang, memang benar sungguh luar biasa rencana Tuhan dalam mengatur kehidupan dan merahasiakan kapan ajal menjeput setiap mahkluknya yang ada di muka bumi.


    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal