Langsung ke konten utama

Curhatan Forling 2

Sebelum saya menuangkan ide pikiran saya ke dalam tulisan ini, saya sempat berpikir terlebih dahulu tentang pengalaman apa yang seharusnya saya tuliskan. Hemm..., mungkin sebaiknya saya menuangkan pengalaman saya tentang refreshing di pantai Prigi kemarin (minggu, 31 mei 2015), sekaligus meneruskan tulisan kemarin yang berjudul “Curhatan Forling”.
Entah apa yang kami pikirkan, yang terpenting pada hari minggu kemarin kami bisa pergi refreshing. Kami pun tidak menghiraukan kondisi hujan yang sempat mengguyur kondisi jalan dan cuaca dingin yang masih membalut keadaan. Tapi kondisi hujan tersebut sedikit banyak telah berperan penting dalam memutuskan kemana tempat pilihan kami berkunjung. Yang secara eksplisit kondisi yang demikian telah menghurunkan niat kami menuju tempat wisata yang berjalan terjal dan licin.
Setelah kami (mahasiswa Filsafat Agama atau orang-orang yang mengikuti acara forling) selesai sarapan, membersihkan diri, dan berkemas barang bawaan yang sifatnya personal. Kami pun terlebih dahulu berkumpul (bermusyawarah) dalam rangka menentukan tempat wisata yang menjadi tujuan. Mengingat kondisi cuaca yang tidak baik, akhirnya kami memutuskan untuk menuju tempat wisata yang sekiranya tidak berbahaya. Baik itu kondisi jalan yang kami lalui ataupun tempat wisata itu yang kami kunjungi.
Akhirnya kurang lebih pada sekitar jam setengah sepuluhan kami pun mulai berpamitan dengan kedua orang tua Arwani Ilyas dalam rangka berangkat memulai adventure perjalanan. Satu-persatu orang diantara kami mulai menghidupkan motor yang akan menjadi kawan dalam perjalanan. Tidak lama kemudian kami pun berangkat mengendarai motor dengan bergandengan. Tapi sebelum menuju tempat tujuan, alangkah baiknya kami memastikan bahan bakar (bensin) telah cukup untuk menyusuri relung jalan.
Beberapa menit kemudian akhirnya kami berangkat menuju tempat tujuan dengan bersamaan. Kondisi cuaca hujan yang awalnya telah reda, ternyata kembali menetes dan menerpa keringnya helm dan pakaian yang kami kenakan. Awalnya hanya gerimis yang tidak seberapa, sehingga tidak mempengaruhi sopir yang mengendari motor. Tapi ketika kami semakin mendekati puncak, hujan pun mulai deras mengguyur badan. Akhirnya kami pun memutuskan untuk berhenti sejenak menunggu hujan berubah menjadi reda.
Sembari menunggu hujan reda di sebuah warung yang tutup, kami pun tidak sungkan untuk senda gurau dan berbincang-bincang. Beberapa menit kemudian akhirnya hujan pun reda dan kami pun melanjutkan perjalanan. Di sepanjang jalan kami pun disuguhi pemandangan alam yang menampakan keasriannya. Baik itu hutan, kebun dan ladang lahan pertanian.  
Tapi beberapa saat kemudian, lagi-lagi hujan mengentikan perputaran roda kendaran motor yang kami kendarai. Di pemberhentian yang kedua ini kami pun tidak lagi mengumpul,  melainkan berhenti ditempat terdekat yang sekiranya mampu melindungi diri masing-masing.
Hujan pun sempat menaikan tikat curahnya, hingga kami harus memutuskan untuk sabar menunggu. Menuggu kondisi hujan benar-benar aman untuk melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian kami pun melanjutkan perjalanan hingga sampai digerbang pembelian karcis untuk tempat wisata tujuan. Tapi karena ada seseorang yang memang sudah standby di gerbang dengan maksud siap menjemput kami (seorang kerabat saudara Ilyas), akhirnya kami pun tidak dikenakan (membayar) karcis untuk wisata ke tempat tersebut.
Kami pun dituntun oleh orang tersebut menuju kediaman saudara Ilyas tersebut. Di sana kami disambut dengan baik, dan bahkan diberi suguhan air minum teh kemasan gelas. Kami pun sejenak mengistirahatkan tubuh yang nampak mulai lelah. Tapi beberapa saat kemudian kami pun langsung menuju pantai. Awalnya hanya ke bibir pantai yang tidak ramai dikunjungi banyak orang. Sehingga yang nampak hanya keluasan dan beberapa perahu yang tidak dioperasikan. Dengan mengambil sebuah kesepakatan kami akhirnya berpindah tempat menuju pasir putih yang banyak diminati oleh wisatawan. Kami pun tidak terlalu lama mengendari motor untuk menuju tempat tersebut. Setelah sampai di sana kami pun mulai menikamtai keadaan. Keseruan pun dimulai dengan menjeburkan salah seorang teman. Kemudian dilanjutkan dengan mengabadikan moment tersebut melalui kamera smartphone. Entah itu berfoto bersama atau hanya selfie sendirian. Beberapa foto pun telah memenuhi  dan tersimpan di memori smartphone. Kami sangat menikmati moment yang demikian, hingga kami lupa tidak lagi kumpul bersama, tapi berpencar hanyut dalam keindahan pantai.
Beberapa saat kemudian satu-persatu teman kami mulai teringat dengan kewajiban dan menuju tempat beribadah. Tapi syukur alhamdulillah saya bersama anam telah lebih awal menunaikan kewajiban, jadi kami bisa terakhir untuk menyusul pulang kembali menuju kediamaan saudara Ilyas yang menjadi tempat standby.
Saya, anam, kicon dan bebe (sapaan akrab) akhirnya memutuskan untuk pulang kembali menuju kediamaan saudara Ilyas yang menjadi tempat standby. Tapi ketika kami telah sampai ditengah perjalanan kami dikejutkan dengan kedua teman kami yang sedang mendorong motornya menuju tambal ban. Ternyata ban motor yang dikendarai kedua teman kami tersebut bocor, yang tentu harus ditambal. Akhirnya kami pun menunggu proses penambalan, sedangkan kedua teman kami yang mengendarai motor tersebut pergi menuju mesjid terdekat untuk menunaikan kewajiban (ibadah shalat).
Tidak lama kemudian kami pun kembali kembali melanjutkan perjalanan menuju tempt tujuan. Eh..., ternyata ketika kami sampai di kediaman saudara Ilyas yang menjadi tempat standby, teman-teman yang lain sudah menikmati hidangan yang telah disediakan. Kami pun langsung menyusul mengisi perut. Tapi beberapa kemudian kami pun mulai merapihkan semua peralatan, berkemas dalam rangka untuk kembali pulang menuju rumah masing-masing. Kami pun mulai berpamitan dengan kerabat saudara Ilyas tersebut. Satu-persatu diantara kami mulai menyalakan motor yang siap dikendarai. Kami pun mulai kembali menikmati perjalan yang disertai sugguhan alam. Dalam perjalan pulang ini saya bertukar posisi sebentar, yakni menjadi  sopir. Pengalaman yang luar biasa saya mengendarai motor, dalam rangka pulang dari tempat wisata. Hehe 
Beberapa saat kemudian kami sampai dikediaman saudara Ilyas, dan kami pun menyempatkan diri terlebih dahulu untuk menunaikan shalat ashar. Ada juga sebagian teman yang menikmati hidangan makan yang telah siap untuk dimakan. Tidak lama kemudian kami pun memutuskan untuk pulang. Dan lagi-lagi saya harus mengendarai motor dari Bandung menuju Tulungagung dengan menggandeng seorang teman. Hal ini disebabkan karena teman yang telah direncanakan untuk mengendarai (menjadi sopir) ada sebuah urusan. Yah, mau tidak mau saya pun harus memaksakan diri untuk mengendarai motor tersebut. Padahal sebelumnya (semenjak bermukim di Tulungagung) saya belum pernah mengendarai motor dalam jarak yang lumayan jauh. Hehe
Maka pengalaman yang demikian menjadi pengalaman pertama saya dalam mengendarai motor dalam jarak yang lumayan jauh. \
Selain itu dalam perspektif saya ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari liburan ini. Diantaranya ialah:
Pertama, jagalah hubungan kekerabatan sebaik mungkin dengan jalan silaturrahmi, karena dengan adanya hubungan baik tersebut akan membawa keberkahan tertentu.  
Kedua, apa yang telah difirman oleh Allah swt. tentang  ta’aruf ialah sebagai berikut:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Al-Huujraat:13 )
Hal yang demikian tentu sangatlah baik untuk diimplementasikan dalam realita kehidupan.  
Ketiga, manfaatkanlah waktu sebaik mungkin, karena waktu terus berputar (bukan berjalan) tanpa henti. Dan bahkan tidak dapat berhenti walaupun hanya sedetik, semenit apalagi sejam.
Keempat, refreshing ya boleh asalkan jangan jadikan refreshing tersebut menjadi kendala dan ketergantungan. Dalam artian ketergantungan sebagai patokan dalam mengerjakan sesuatu ataupun mengharuskan refreshing terlebih dahulu sebelum mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Karena bisa jadi kita hanyut dalam menikmati refreshing tersebut, hingga lupa dengan tugas lain yang harus dikerjakan.       
                            

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal