Langsung ke konten utama

Takbiran

Tepat di penghujung Ramadan engkau tenggak air suci zam-zam
Entah dengan alibi apa semuanya terkuras habis dalam suram
Berterus-terang di muka tanpa peduli dengan  semrawut diam
Barang setetes pun tak bersisakan melekat di geraham

Dahaga sebulan telah sempurna engkau lumpuhkan
Kawanan sebangsa nafsu berhasil sudah terjinakan
Luapan malas tunduk ditekan
Mata rantai amalan ibadah melonjak terdisiplinkan

Semuanya tertunai di atas kewarasan
Tegak berpijak pada lambar kesadaran
Apa-apa jelmaan ketergantungan terlucuti secara perlahan
Sementara segelintir insan dibuat kepayang dalam penghambaan
Terikat dalam candu mahabah yang memabukkan

Alhasil, didapatinya sebongkah awak dalam perundungan
Mereka terkurung takut akan perpisahan
Dalam benaknya meluap-luap penuh cipta kegetiran
Di wajahnya terlukis jelas kesatruan
Antara dua kutub yang saling berkelindanan
Mengibar bendera sukacita pun atau memikul-mikul tenda perkabungan

Kecamuk rasa lantas menuntunnya pada tempat-tempat sakral pengaduan
Dimana lantai yang berbalut karpet menjadi saksi bisu persembahan
Di sanalah suara-suara hati yang sayup dikumandangkan
Kalimat takbir, tahlil dan tahmid dengan laten terpekikan

Aroma kopi berhamburan
Mengisi celah-celah sempit di antara persinggahan 
Orang-orang sedang terbuai dalam kekhusyukan
Sementara toak-toak yang mulai usang itu kian gencar membelah kesunyian

Tua-muda bersepakat menjadi tamu perjamuan
Tidak ada kata terselubung saling mengandalkan
Satu sama lain tenggelam dalam riuh lantunan
Mengiba-iba berkah dan mengidam kembali mencicipi perjumpaan

Namun, di tahun ini, semuanya tidak luput dalam kewas-wasan
Pawai-pawai perayaan ditiadakan
Gemuruh bedug di masing-masing mesjid dikarantinakan
Tukasnya; "Daerah zona merah  membahayakan!"
Pandemi itu harus mampu diberhanguskan

Ah, beruntunglah siapa-siapa di zona aman
Ada pelampiasan hasrat iman dalam kenikmatan
Pun Tuhan, semoga Engkau lekas menuntaskan ujian hidup yang ditimpakan
Dan di antara kami,  sedang sibuk memanjat pohon harapan 

Tertanda,
Hamba yang dibuai rindu di punggung pertemuan
Ciamis, 1 Juni 2020

Komentar

  1. Puisi luar biasa. Indah. Dalam. Menyentuh.

    BalasHapus
  2. Puisi luar biasa. Indah. Dalam. Menyentuh.

    BalasHapus
  3. Nggeh Niki tasek belajar, bapak. Bimbingan dari panjenengan sangat dibutuhkan. 🙏. Terimakasi banyak atas komentar dan kunjungannya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal