Dalam hidup di dunia selalu ada rencana yang terus-menerus berusaha digugurkan. Tergugurkan satu, namun tak mengurangi populasi rencana yang terus-menerus dicanangkan dalam angan. Pun atau sekalipun terabadikan dalam lembar catatan.
Satu-persatu harapan-harapan itu mulai bermunculan, seiring tergugurkannya rencana yang telah tertunaikan. Hingga akhirnya tidak terasa, entah sudah seberapa panjang catatan harapan itu terukir dalam klise kehidupan.
Satu-persatu harapan yang awalnya tidak mungkin itu menjadi tumpukkan memori kenangan. Bahkan, harapan yang awalnya belum terpikirkan sama sekalipun telah terlampau jauh terlupakan.
Deretan; harapan, rencana, angan-angan dan fase keberhasilan pun atau kegagalan pada akhirnya hanya menjadikan manusia semakin jauh dari kesadaran.
Semakin kalap akan kenikmatan dunia yang menjadi candu, yang kian mengurunkan keengganan untuk kembali pulang. Sementara pulang adalah ladang pelampiasan atas luapan rindu yang tak tertahan.
Karena tak tertahan itu pula, manusia menemukan sekat waktu dan ruang yang selalu layak "dijadikan kambing hitam". Setidaknya, itu cukup memuaskan hasratnya. Bahwa dalam keadaan apapun dirinya sebagai manusia selalu menjadi tuan yang dengan leluasa menggenggam kemenangan.
Kemenangan yang menggiring segala sesuatu di luar dirinya harus tunduk dan mengitari kehendaknya sebagai tuan. Semua hal di luar dirinya terus dijadikan target yang harus dikeruk. Diopresi habis-habisan tanpa kata ampun sembari mengabaikan sikap keterlaluan.
Apa boleh buat, pikiran yang merupakan anugerah Tuhan telah jauh melahap semua angannya di masa depan. Masa depan yang dipandang jauh lebih menjanjikan.
Sementara semua hal telah jauh dari kesadaran, bahwa segala sesuatu yang ada selalu menyangkut tentang Tuhan. Namun, terkadang kejahatan akal sendiri mampu membenamkan (melupakan) segala sesuatu tentang Tuhan.
Tarik ulur kehendak pribadi dan takdir Tuhan terus-menerus menjadi kenyataan yang terkadang sangat akut untuk dinapikan.
Pergulatan panjang itu akan selalu ada dalam setiap jengkal tawaran proses kehidupan. Setiap jengkal tawaran yang selalu disambut kehadirannya oleh kondisi dan kejadian.
Wallahu A'lamu bisshawwab...
Tertanda tukang parkir hati.
Tulungagung, 04 Maret 2020.
-Catatan ini ditulis di akun Instagram saya pribadi tatkala ngopi di daerah Desa Majan bersama teman kos dan salah seorang sahabat saya.
-Kurang lebih tatkala itu berangkat dari kosan saya sekitar pukul 18.15 wib, dan berhasil ngopi di warkop Dewi Sri kurang lebihlsampai dengan pukul 22.30 wib. Kami pun pulang menyusuri jalan yang berada tepat di pinggir kali Ngrowo.
Diedit kembali pada Minggu, 14 Juni 2020.
Komentar
Posting Komentar