Dapur-dapur mengepul deras tanpa batas
Orang-orang berjimbaku mengolah bahan di teras
Meracik jamuan cita rasa yang bermula gilingan beras
Toples-toples merengkuh hasil sesuka hati dalam dahaga lepas
Satu-persatu sudut ruang kediaman kusam, sempurna terhias
Sementara anjungan tunai mandiri melulu menjadi andalan utama dikuras
Dimana-mana, seakan-akan khalayak lebih senang berhilir-mudik meretas
Memantas, tak getir jika harus berkali-kali dilabeli pemoles alas
Toh di mata awam semua mutu dalam sampiran nilai-nilai banalitas
Tak apa berkorban waktu, menerjang hujan-mengurai panas
Tak menjadi soal jika sampai berjejal di tempat-tempat pemanja mata nan luas
Terpenting, semua tuntutan celoteh orang terlibas tuntas
Sungguh, puncak kemenangan ini bukan menyoal banyak terbungkamnya gengsi dan puas
Pula bukan ajang saling menguji taring agresivitas
Berpamer tahta, derajat pun atau jari-jemari kerlip alamas
Ah, sudahlah jangan terlalu sibuk menumpuk ampas
Membobol benteng-benteng kenuranianmu dengan beringas
Laten membodohi apa kehenedak jiwa sejati barang sepintas
Lihat, tataplah tajam mereka-mereka yang belum tentu mampu merias diri
Baik hendak berangkat maupun seusai shalat Idul Fitri
Baginya, mencicipi kehidupan sehat walafiat di hari suka cita adalah anugerah yang tak tertandingi
Nikmat Tuhan yang tak terperi
Tak perlulah ia memodel jinjit dengan pakaian baru ke sana-kemari
Susah payah berhutang membebal diri
Tuk memborong bongkahan batu permata di ruas jemari
Meraup sombong, melangit tinggi karena dipuji
Dalam rumahnya, bahkan tak ditemukan seonggok lemari
Terlebih-lebih deretan toples yang sudah berisi
Pun tak ada jamuan semangkuk rendang sapi yang siap dinikmati
Tak ada barang setetes pun warna-warni isian botol sirup didapati
Meski demikian, semua bias itu telah terkalahkan keyakinannya yang kuat
Kesadaran akan Fitri-nya hari kemenangan sudah tertelan habis bulat-bulat
Dalam benaknya kesucian lahir batin adalah puncak hakikat
Saling berlapang dada-bermurah hati menjadi pintu turunnya Rahmat
Setidaknya berbekal belas kasih, tali keakraban kian merekat
Miskin dunia bukan berarti memutus mata rantai hamba teruntuk taat
Lenyapnya hasrat bukan bermakna melarat
Menjadi fakir akan cinta-Nya tidak mesti menunggu habis riwayat
Menjelma pemaaf bukankah lantaran terbukanya pintu taubat?
Pertanda hal ihwal dalam maqamat
Memungkin terkabulnya rentetan munajat
Sejenis penawar ampuh dari segala wujud perihal jahat
Bukankah makna lebaran tersimpul erat dalam ketupat?
Berbahan janur tersusun rapat
Berani jujur atas segunung khilaf yang diperbuat
Bersih tulus tanpa adanya akal bulus muslihat
Menjunjung tinggi entitas nilai kehidupan sebagai kerabat
Lantas, selanjutnya suara parau itu saling bersahutan
"Minal Aidin walfaidzin", secara sharih disebutkan
Dan jarak pun akhirnya tertunduk dengan pertukaran pesan
Saling membasuh luka dalam khidmat keikhlasan
Tertanda, karibmu nun jauh di sana
Ciamis, 7 Juni 2020
Orang-orang berjimbaku mengolah bahan di teras
Meracik jamuan cita rasa yang bermula gilingan beras
Toples-toples merengkuh hasil sesuka hati dalam dahaga lepas
Satu-persatu sudut ruang kediaman kusam, sempurna terhias
Sementara anjungan tunai mandiri melulu menjadi andalan utama dikuras
Dimana-mana, seakan-akan khalayak lebih senang berhilir-mudik meretas
Memantas, tak getir jika harus berkali-kali dilabeli pemoles alas
Toh di mata awam semua mutu dalam sampiran nilai-nilai banalitas
Tak apa berkorban waktu, menerjang hujan-mengurai panas
Tak menjadi soal jika sampai berjejal di tempat-tempat pemanja mata nan luas
Terpenting, semua tuntutan celoteh orang terlibas tuntas
Sungguh, puncak kemenangan ini bukan menyoal banyak terbungkamnya gengsi dan puas
Pula bukan ajang saling menguji taring agresivitas
Berpamer tahta, derajat pun atau jari-jemari kerlip alamas
Ah, sudahlah jangan terlalu sibuk menumpuk ampas
Membobol benteng-benteng kenuranianmu dengan beringas
Laten membodohi apa kehenedak jiwa sejati barang sepintas
Lihat, tataplah tajam mereka-mereka yang belum tentu mampu merias diri
Baik hendak berangkat maupun seusai shalat Idul Fitri
Baginya, mencicipi kehidupan sehat walafiat di hari suka cita adalah anugerah yang tak tertandingi
Nikmat Tuhan yang tak terperi
Tak perlulah ia memodel jinjit dengan pakaian baru ke sana-kemari
Susah payah berhutang membebal diri
Tuk memborong bongkahan batu permata di ruas jemari
Meraup sombong, melangit tinggi karena dipuji
Dalam rumahnya, bahkan tak ditemukan seonggok lemari
Terlebih-lebih deretan toples yang sudah berisi
Pun tak ada jamuan semangkuk rendang sapi yang siap dinikmati
Tak ada barang setetes pun warna-warni isian botol sirup didapati
Meski demikian, semua bias itu telah terkalahkan keyakinannya yang kuat
Kesadaran akan Fitri-nya hari kemenangan sudah tertelan habis bulat-bulat
Dalam benaknya kesucian lahir batin adalah puncak hakikat
Saling berlapang dada-bermurah hati menjadi pintu turunnya Rahmat
Setidaknya berbekal belas kasih, tali keakraban kian merekat
Miskin dunia bukan berarti memutus mata rantai hamba teruntuk taat
Lenyapnya hasrat bukan bermakna melarat
Menjadi fakir akan cinta-Nya tidak mesti menunggu habis riwayat
Menjelma pemaaf bukankah lantaran terbukanya pintu taubat?
Pertanda hal ihwal dalam maqamat
Memungkin terkabulnya rentetan munajat
Sejenis penawar ampuh dari segala wujud perihal jahat
Bukankah makna lebaran tersimpul erat dalam ketupat?
Berbahan janur tersusun rapat
Berani jujur atas segunung khilaf yang diperbuat
Bersih tulus tanpa adanya akal bulus muslihat
Menjunjung tinggi entitas nilai kehidupan sebagai kerabat
Lantas, selanjutnya suara parau itu saling bersahutan
"Minal Aidin walfaidzin", secara sharih disebutkan
Dan jarak pun akhirnya tertunduk dengan pertukaran pesan
Saling membasuh luka dalam khidmat keikhlasan
Tertanda, karibmu nun jauh di sana
Ciamis, 7 Juni 2020
Komentar
Posting Komentar