Sebuah komitmen yang tertanam kuat dalam diri telah menghegemoni
pikiran. Kedua tangan sebagai sarana pun tidak bisa menolak apa yang telah
terinstruksikan oleh akal pikiran. Seseorang menyebutkan bahwa saya telah
terinfeksi virus yang memetikan. Virus yang mampu merekonstruksi peradaban dunia
literatur. Ya... mungkin benar demikian.
Saya memang mengakui bahwa saya telah terinfeksi semangat menulis dari tokoh
inspirator dalam rutinitas kehidupan perkuliahan. Eeet dah bang, tenan yo? He
Jika kemarin-kemarin saya selalu menuliskan pengalaman rutinitas perkuliahan
saya. Khususnya lagi pada saat aktifnya perkuliahan. Maka pada pagi hari ini
saya akan membuat sedikit formula yang berbeda. Di sini saya akan memaparkan
wacana yang memang benar-benar telah
merekonstruksi sebuah pandangan banyak orang terhadap realita yang ada.
Suatu wacana sosial yang pernah
menjadikan umat islam merasa gerah dengan keadaan global, yang bertujuan
berusaha memarjinalkan umat islam, yakni adanya isu tentang Radikalisme,
terorisme hingga islam phobia. Di satu pihak yang kontra dengan agama islam
tentu hal yang demikian merupakan celah atau ruang yang perlu dimanfaatkan.
Suatu bentuk pemanfaatan tersebut diantaranya dengan merekonstruksi sebuah
paham yang membenarkan adanya suatu ajaran dalam islam yang menyuruh untuk
berperang atau yang sering disebut dengan istilah jihad. Tentu hal yang
demikian pada akhirnya berdampak pada
bagaimana perspektif masyarakat umum memposisikan umat islam menjadi inferior.
Sedangkan dipihak lawan hal yang demikian tentu menjadi suatu keuntungan
tersendiri, yakni dengan menerima dan memposisikan diri sebagai superior.
Selain itu pihak yang kontra dengan agama islam juga merasa terpanggil untuk
semakin gencar berusaha membentuk ideologi dalam rangka memecahkan dan
melemahkan agama islam.
Selain pihak yang kontra terhadap
islam, juga ada pihak yang beruhasa menempatkan diri secara netral. Tugas dari
pihak netral ini diantaranya dengan mencetuskan suatu paham yang berusaha
memaknai suatu ajaran yang awalnya bersifat Theosentris menjadi suatu paham yang
lebih bersifat Antroposentris. Sehingga perpindahan paham tersebut
mengakibatkan beralihnya suatu pandangan yang berusaha meredefinisikan tentang
seruan perang suci (jihad) di zaman sekarang. Suatu contoh langkah peredefinisian
yang demikian diantaranya dilakukan oleh Charles Kimball.
Pada faktanya setelah diteliti,
diamati dan dianalisis oleh beberapa ahli ternyata yang demikian tentu tidak
lepas dari adanya kepentingan politik. Suatu kepentingan yang berusaha
memalingkan problem yang sesungguhnya sedang terjadi. Baik itu problem yang
bersangkutan dengan perdagangan dunia, hak azasi manusia (HAM) dan lain
sebagainya.
Sesungguhnya persoalan tentang jihad
sangat erat kaitannya dengan pembahasan tentang terorisme. Pasalnya pihak yang
kontra dengan agama islam selalu berasumsi bahwa yang menjadi motif utama
terjadinya suatu tindakan terorisme ialah karena adanya suatu ajaran agama yang
membenarkan tindakan tersebut.
Komentar
Posting Komentar