Langsung ke konten utama

Subuh yang Menginspirasi


Semeliwir dinginnya pagi telah menghujam pada tubuh semua insan yang sedang tenang. Tubuh yang benar-benar tenang terlepas dari semua kegaduhan. Tubuh yang awalnya terasa hangat pun mulai merasa terusik dengan keadaan. Selimut tipis pun mulai diandalkan untuk menutupi seluruh bagian tubuh yang terasa mulai dibekukan. Situasi dingin seperti itu memang sudah tidak asing lagi, tapi meskipun demikian tubuh yang sedang tenang tersebut tidak mau terusik dengan situasi yang demikian. Tubuh yang terasa hangat tidak ingin langsung bersentuhan dengan dinginnya keadaan.
Tidak lama kemudian kumandang adzan pun mulai menyerbak membelah kesunyian. Kumandang adzan telah menyatukan jiwa kepada raga yang tenang dan siap untuk terbangun. Setiap insan yang awalnya enggan bersentuhan langsung dengan dinginnya keadaan, memang harus belajar memaksakan (mendisiplinkan) diri untuk terbangun, demi menunaikan sebuah kewajiban. Jiwa polos yang baru terbangun mulai introfeksi dengan keadaan. Akal pikirannya mendorong, merangsang kedua kakinya untuk menuntun ia berjalan. Berjalan menyusuri dengan susunan langkah yang berpola  menuju arah suatu tempat yang akan membuat dirinya semakin tersadar. Entah apa yang akan dilakukan ditempat yang ia tuju tersebut, yang pasti air yang terasa dinginpun menyentuh tangan dan membasuh muka yang tidak karuan. Dinginya air mulai menyadarkan diri yang terbalut oleh kepolosan. Setiap bagian tubuh pun ia basuh dengan air yang dingin.
 Mengingat panggilan untuk menunaikan kewajiban telah dikumandangkan mengharuskan ia untuk tidak boleh berlama-lama ditempat tersebut. Dengan bersegera ia pun mulai meninggalkan tempat yang telah menyadarkan dirinya dengan basuhan air dingin. Pakaian yang dikenakan pun mulai diganti dengan pakaian yang rapi, sopan dan suci. Layaknya ia akan menghadap sang pencipta yang kuasa. Ritual ibadah pun ia mulai dengan takbiratul ihram yang disertai dengan mengangkat kedua tangan yang diiringi niat di dalam hati, kemudian ruku’,  i’tidal hingga diakhiri dengan salam. Tidak lupa pula semua keinginan dan harapan yang diinginkan ia panjatkan melalui rangkaian do’a. Ritual ibadah yang dilakukan bukanlah sekadar menunaikan kewajiban tapi juga memiliki manfaat baik untuk kesehatan (sebagai olahraga). Sembari menunggu kondisi pagi yang mulai terang, ayat-ayat suci yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an pun dibacakan hingga benar-benar tiba pagi yang sudah terang.

Allright, demikian cerita pendek yang tertuangkan dalam tulisan yang tidak sempurna ini. Setiap orang memang mempunyai kesempatan sama dalam melakukan sesuatu, tapi yang terpenting adalah bagimana orang tersebut berusaha memanfaatkan kesempatan itu menjadi sesuatu yang berarti. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal