Semeliwir dinginnya pagi telah menghujam pada tubuh semua insan yang
sedang tenang. Tubuh yang benar-benar tenang terlepas dari semua kegaduhan. Tubuh
yang awalnya terasa hangat pun mulai merasa terusik dengan keadaan. Selimut
tipis pun mulai diandalkan untuk menutupi seluruh bagian tubuh yang terasa
mulai dibekukan. Situasi dingin seperti itu memang sudah tidak asing lagi, tapi
meskipun demikian tubuh yang sedang tenang tersebut tidak mau terusik dengan
situasi yang demikian. Tubuh yang terasa hangat tidak ingin langsung bersentuhan
dengan dinginnya keadaan.
Tidak lama kemudian kumandang adzan pun mulai menyerbak membelah
kesunyian. Kumandang adzan telah menyatukan jiwa kepada raga yang tenang dan
siap untuk terbangun. Setiap insan yang awalnya enggan bersentuhan langsung
dengan dinginnya keadaan, memang harus belajar memaksakan (mendisiplinkan) diri
untuk terbangun, demi menunaikan sebuah kewajiban. Jiwa polos yang baru
terbangun mulai introfeksi dengan keadaan. Akal pikirannya mendorong,
merangsang kedua kakinya untuk menuntun ia berjalan. Berjalan menyusuri dengan
susunan langkah yang berpola menuju arah
suatu tempat yang akan membuat dirinya semakin tersadar. Entah apa yang akan
dilakukan ditempat yang ia tuju tersebut, yang pasti air yang terasa dinginpun
menyentuh tangan dan membasuh muka yang tidak karuan. Dinginya air mulai menyadarkan
diri yang terbalut oleh kepolosan. Setiap bagian tubuh pun ia basuh dengan air
yang dingin.
Mengingat panggilan untuk
menunaikan kewajiban telah dikumandangkan mengharuskan ia untuk tidak boleh
berlama-lama ditempat tersebut. Dengan bersegera ia pun mulai meninggalkan
tempat yang telah menyadarkan dirinya dengan basuhan air dingin. Pakaian yang
dikenakan pun mulai diganti dengan pakaian yang rapi, sopan dan suci. Layaknya
ia akan menghadap sang pencipta yang kuasa. Ritual ibadah pun ia mulai dengan
takbiratul ihram yang disertai dengan mengangkat kedua tangan yang diiringi
niat di dalam hati, kemudian ruku’, i’tidal
hingga diakhiri dengan salam. Tidak lupa pula semua keinginan dan harapan yang diinginkan
ia panjatkan melalui rangkaian do’a. Ritual ibadah yang dilakukan bukanlah
sekadar menunaikan kewajiban tapi juga memiliki manfaat baik untuk kesehatan (sebagai
olahraga). Sembari menunggu kondisi pagi yang mulai terang, ayat-ayat suci yang
termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an pun dibacakan hingga benar-benar tiba pagi
yang sudah terang.
Allright, demikian cerita pendek yang tertuangkan dalam tulisan
yang tidak sempurna ini. Setiap orang memang mempunyai kesempatan sama dalam
melakukan sesuatu, tapi yang terpenting adalah bagimana orang tersebut berusaha
memanfaatkan kesempatan itu menjadi sesuatu yang berarti.
Komentar
Posting Komentar