Otak yang terbalut dengan segala kebingungan secara tiba-tiba
serasa terilhami oleh kesunyian pagi yang menyusup kedalam jiwa. Dinginnya pagi
menjadikan tubuh yang awalnya terasa hangat, secara spontan berubah menjadi fresh
dan secara serentak menyalurkan banyak inspirasi yang rasanya perlu dituangkan.
Tangan yang mungil ini telah terdorong untuk menuangkan inspirasi pikiran
kedalam bentuk tulisan. Tanpa berpikir panjang apakah inspirasi itu patut untuk
diwacanakan, penulis berkomitmen untuk tetap berusaha mempresentasikan apa yang menjadi hadiah
inspirasi saat menghirup udara segar dikeheningan menjelang subuh.
Secara serentak tiba-tiba saya teringat dengan kata-kata bijak yang
telah saya buat ketika mengikuti perkuliah Metodologi Penelitian Kualitatif.
Kata-kata bijak tersebut seakan-akan ilham yang tersirat dalam proses koreksi
penuh atas tugas rancangan proposal yang telah saya susun. Bentuk dari
kata-kata bijak tersebut ialah sebagai berikut: “Seseorang yang bijaksana adalah
mereka yang membuka hati secara sukarela siap untuk dikritik dan dikoreksi
tepat dihadapannya”.
Ya, betul demikian bentuk real dari kata-kata bijak yang telah saya
buat. Rasanya sudah terlalu banyak waktu luang yang telah saya habiskan dan
tersia-siakan, tanpa menuangkan ide dari semua aspek kehidupan yang sepat
terpikirkan. Entah itu waktu luang saat saya menjalani hidup sebagai seorang
mahasiswa. Entah itu waktu luang saat saya menyadari diri sebagai seorang
perantau dan waktu luang saat saya berkumpul menjadi salah satu bagian dari
keluarga.
Memang secara tidak sadar manusia terus tumbuh dan berkembang,
sehingga adakalanya manusia harus bisa adaptasi dan introfeksi bergerak sesuai
dengan keadaan yang dijalani. Entah itu gerak yang sifatnya perlahan tapi pasti
(yang sering kita sebut dengan istilah evolusi) atau gerak yang sifatnya cepat
tapi pasti (yang sering kita sebut
dengan istilah revolusi).
Sehingga disebabkan karena hal yang demikian manusia hampir selalu
lupa bahwa apa yang dibicarakan dan dipikirkan perlu ada aksi peninjauan
kembali yang serius berupa tindaklanjuti. Salah satu bentuk dari aksi
peninjauan kembali yang serius berupa tindaklanjuti ialah dengan berusaha menuangkan
(presentasikan) ide pikiran tersebut kedalam sebuah tulisan.
Ya, betul demikian. Diantara salah satu jalan yang nampak real
ialah dengan menuangkan ide tersebut dalam sebuah tulisan. Entah itu hanya sebuah
tulisan yang masih bersifat standar (masih proses belajar menulis) ataupun
tulisan yang memang benar-benar telah matang dalam berproses (tulisan yang
berkualitas). Proses menulis sendiri merupakan kegiatan yang dianggap
gampang-gampang susah. Pasalnya tindakan menulis tidak sekadar menyusun fonem
menjadi kata, menyusun kata menjadi frasa, menyusun frasa menjadi klausa,
menyusun klausa menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf dan
seterusnya. Akan tetapi melalui ide apa
yang dituangkan dalam tulisan, berarti sang penulis berusaha memberikan ruh
pemahaman kepada teks. Sehingga ruh pemahaman yang terdapat dalam teks tersebut
mewakili ide apa yang diusung oleh seorang penulis. Meskipun demikian sang
pembaca belum tentu mampu menyerap makna yang sebenarnya diberikan oleh sang
penulis tehadap teks tersebut. Nah, dengan alasan demikian rasanya sudah cukup
mendeskripsikan mengapa menulis dianggap kegiatan gampang-gampang susah.
Allright, mungkin
dicukupkan demikian inspirsi pagi yang telah memberikan motivasi hidup di masa
depan. Kemungkinan besar apa yang saya sadari ini bersesuaian dengan metode
katarsis yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Sebuah metode yang berusaha
memabngunkan kesadaran seseorang.
Komentar
Posting Komentar