Dokpri ilustrasi pendamping sebagai poros tengah. (Gambar diambil dari Facebook?
Tulisan ini melanjutkan postingan sebelumnya tentang Motivasi Komunal, The Secret of Creation dan Komunitas sebagai Support System. Alangkah baiknya Anda membaca postingan sebelumnya untuk mendapatkan alur pembahasan yang runtut.
**
Posisi dan keberadaan para pendamping (PJ) dalam setiap batch ini selanjutnya adalah lapisan kelompok tengah. Kelompok penghubung antara koordinator pendamping dengan para peserta; antara pemateri dan peserta; dan antara admin dengan peserta. Fakta ini menegaskan, bahwa pendamping setiap batch, dapat dipastikan secara empiris dan data statistik, telah mengikuti program kelas menulis online berjilid-jilid. Meski secara usia bisa saja mereka lebih muda daripada anggota baru.
Lantas, apalagi prasyarat baku bagi mereka yang hendak menjadi pendamping kelompok lapisan bawah? Sedangkal observasi partisipatif--terhadap beberapa kakak pendamping--yang saya lakukan di tahun 2021, tidak sembarang orang bisa menjadi pendamping kelompok. Mengapa demikian? Sebab siapa pun yang bersedia menjadi pendamping harus mengikuti kelas khusus. Sebutkan saja kelas khusus tersebut dengan kelas penggemblengan.
Dalam kelas penggemblengan ini para calon pendamping di-upgrade kualitas dirinya. Baik pengetahuan secara teoritis, skill atau pun skema kerja yang berlaku selama kelas menulis online berlangsung. Para pendamping dikelompokkan berdasarkan kesamaan minat, kemampuan dan potensi dalam dirinya. Tentu saja proses itu juga dilakukan dalam kurun waktu yang terbilang cukup. Bukan alakadarnya, semata-mata menggugurkan tugas.
Uniknya, mereka mengikuti skema kerja tanpa pamrih. Tidak ada perjanjian kontrak imbalan sepeserpun manakala ia berhasil mendampingi kelompok pada setiap batch hingga lulus. Yang jelas-jelas tampak dan menjanjikan hanya soal penambahan kuantitas followers medsos dalam setiap batch. Disamping itu, pendamping kelompok bisa mendapatkan sedikit keuntungan manakala di akhir batch menuntaskan program satu kelompok satu antologi. Selisih dari hasil penjualan buku antologi masing-masing kelompok itulah keuntungan yang diraup.
Keuntungan itu mengikuti hukum gaya Isak Newton. Seberapa besar gaya yang dikeluarkan sama dengan tekanan yang dihasilkan. Semakin besar marketing produk yang digencarkan semakin besar pula keuntungan yang masuk kantong. Segala upaya promosi produk dikerahkan. Termasuk dengan terang-terangan ia mengatakan kepada seluruh anggota, bahwa setiap satuan produk yang berhasil dipromosikan dan laku terjual akan mendapatkan sekian persen. Begitu juga seterusnya.
Tentu, upaya itu sangat menggiurkan. Saking latahnya, bahkan format promosi itu telah didesain khusus oleh pihak penerbit sedemikian rupa. Alhasil, seluruh anggota kelompok merasa terpanggil untuk mempromosikan produk. Terlebih lagi, dengan sadar mereka mafhum, bahwa dalam buku antologi tersebut memuat salah satu karya tulisan tangan mereka. Oleh sebab itu, dengan lantang mereka berani memposting flyer tersebut di media sosial masing-masing.
Persyaratan itu tidak hanya cukup dengan bersedia mengikuti kelas penggemblengan, pada kenyataannya calon para pendamping kelompok juga dituntut untuk interaktif, komunikatif dan solutif. Tiga sikap yang harus mendarah daging selama mendampingi kelompok tertentu di setiap batch. Tiga modal penting dalam suksesi pelatihan. Untuk lebih mudah dalam penyebutan, mari kita ringkas tiga sikap itu dengan istilah humble.
Hanya sosok pendamping humble yang dapat mengarahkan kelompoknya tetap rukun, disiplin dan mendorong untuk lulus secara bersamaan. Dalam konteks membangun stabilitas, mobilitas dan kontinuitas menuju arah yang baik inilah kehadiran pendamping sangat dielu-elukan. Tour guide yang lemah lembut dan serba tahu ke mana rute untuk menuju kebaikan.
Luar biasanya lagi, tidak sedikit dari para pendamping kelompok tersebut memiliki latar belakang kesibukan profesi yang berbeda-beda. Salah seorang pendamping sempat bercerita kepada saya tentang bagaimana ia jatuh bangun memanajemen waktu kesibukannya. Bagaimana ia terpontang-panting membagi waktu antara istirahat, mendapuk tugas sebagai kakak pendamping dan pola kerja sebagai akuntan di salah satu perusahaan ritel.
Pola kesibukan itu menjadi sedikit ekstrem manakala ia harus melakukan pekerjaan dari satu kota ke kota lain. Sebab, hal itu akan mengotak-atik pembagian jam dalam mengelola kesibukan yang ada. Sebagai dampaknya, maka tak ayal jika ia harus mengorbankan--sebagian; paruh atau pun terpaksa memangkas--waktu istirahatnya. Ia sempat mengeluhkan keadaannya yang tatkala bekerja kerap tertidur lelap. Akan tetapi ia mafhum betul tentang risiko yang harus dipikulnya. Sehingga berlapang hati sembari menikmati suguhan proses demi proses yang dilakukan.
Di lain waktu sempat pula ia bercerita tentang manisnya silaturahmi yang terbangun dari perannya sebagai pendamping. Begitu banyak kenalan di dunia maya yang dipertemukan di dunia nyata. Hal itu terwujud tatkala ia berkunjung dari satu kota ke kota lainnya. Entah itu dalam rangka menunaikan kewajiban kerja atau memang sekadar untuk refreshing, menikmati indahnya wisata dibdaerah tertentu.
Tidak hanya itu, bahkan dari silaturahmi di dunia maya yang menjelma di dunia nyata tersebut juga menghadirkan berbagai bingkisan di hari spesialnya. Tak jarang berbagai bingkisan silih berganti menghampiri dirinya. Isi bingkisan tersebut pun bervariatif. Mulai dari aksesoris, camilan sampai dengan nutrisi baik untuk kesehatan akal sehatnya, buku. Ya, buku gratisan tak terhitung hilir mudik menjadi cenderamata yang bermuara menghiasi rak buku pribadi miliknya.
Ia sadar betul, bahwa apa yang dipetik sekarang adalah jerih payahnya dalam mendisiplinkan diri atas menunaikan kewajiban. Pengorbanan waktu dan berbagai risiko yang harus diambil tatkala mengkhidmahkan diri untuk mendampingi kelompok di kelas menulis online kini manisnya mulai dirasakan. Padahal sebelumnya tak terbersit sedikit pun koneksi personalitas itu akan terjalin langgeng. Batch berhenti silaturahmi pun mati. Ternyata tidak demikian. Andai saja, dahulu ia tidak mengambil keputusan tersebut mungkin takdir akan berkata lain.
Tulungagung, 5 Oktober 2023.
Komentar
Posting Komentar