Dokpri Flyer Kopar SPK Tulungagung
"Tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan kecuali kemalasan. Tak ada obat yang tak berguna selain kurangnya pengetahuan", Ibnu Sina.
Salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses berkomunitas--organisasi apa pun bentuknya--adalah kopdar. Kopdar merupakan akronim dari kopi darat. Istilah populer--lintas usia generasi y sampai dengan z--yang digunakan untuk pertemuan tatap muka (offline) di antara sesama anggota komunitas di tempat tertentu.
Tak jarang pertemuan tatap muka itu memilih tempat yang strategis. Strategis jika ditinjau dari berbagai kemungkinan yang ada. Tempatnya yang nyaman, suasana yang mendukung, dekat dengan sumber daya alam dan manusia, terjangkau secara ongkos ataupun jarak dan lain sebagainya. Termasuk di dalamnya memperhatikan kapasitas tempat yang mampu menampung peserta kopdar yang berkenan hadir.
Kopdar memang sudah selaiknya menjadi momentum yang dielu-elukan oleh seluruh anggota komunitas. Tampaknya perlu dipetanyakan lagi jika ada anggota komunitas menulis tapi enggan (menolak) untuk kopdar. Mengapa demikian? Sebab ada banyak hal yang dapat dipetik melalui kopdar. Merekatkan silaturahim, berbagi pengalaman, bertukar gagasan, sharing wawasan pengetahuan, memompa kembali spirit yang sudah loyo sampai dengan melejitkan potensi diri.
Tak sedikit ide-ide brilian muncul tatkala kopdar. Tak sedikit pula tekad untuk melahirkan karya baru tercanangkan. Kopdar memang kawah candradimuka bagi penulis-kreator yang haus akan proses dan pertumbuhan. Kopdar memang obat terbaik untuk menyingkirkan kemalasan. Kopdar memang obat terbaik untuk menyembuhkan kesadaran akan pentingnya mencukupi dahaga keinginantahuan yang kadang kambuhan.
Dalam konteks inilah ghiroh kopdar SPK Tulungagung (15/10/2023) yang mengusung tema: Ruang Rindu Ruang Ilmu menemukan relevansinya dengan pandangan Ibnu Sina yang dikutip di atas. Melalui kopdar tersebut setidaknya akan mengobati rindu yang telah lama ditabung dan mengikis kemalasan dalam menulis--utamanya untuk terus berproses--yang menghegemoni diri.
Tentu saja kemalasan yang mudah terkikis tersebut adalah malas dalam kategori ringan. Bukan malas dalam level yang sudah kronis ataupun akut memeluk diri. Jika malas dalam level kronis sudah membelenggu diri, sudah barang tentu bahayanya luar biasa, saya kira tidak akan ada satu pun anggota SPK Tulungagung yang berkenan hadir dalam acara kopdar.
Kendati begitu bukan berkmasud pula melalui tulisan ini penulis hendak menghakimi anggota SPK Tulungagung yang tidak bisa hadir dalam kopdar. Melainkan hanya menegaskan, betapa pentingnya meninjau kembali niatan awal kenapa anda bergabung dengan komunitas literasi tersebut. Jika ternyata anda bergabung dengan komunitas literasi sekadar coba-coba dan hanya menitipkan nama, tampaknya yang Anda lakukan akan berujung sia-sia.
Mengapa demikian? Sebab rumus idealitas yang berlaku tatkala bergabung dalam sebuah komunitas ataupun organisasi pasti memiliki orientasi kerja, target dan cita-cita yang harus digapai. Ada harapan, melalui proses penempaan aspek kognitif dan skill dalam waktu yang berkelanjutan mampu memberdayakan dan membentuk personal branding.
Bersambung...
Tulungagung, 18 Oktober 2023
Komentar
Posting Komentar