Langsung ke konten utama

Mengenal Grafologi Yuk

Dokpri ilustrasi tulisan tangan bersandi 

Secara terminologi, kata grafologi berasal dari dua kata dasar, yakni graf dan logos. Graf berarti huruf, sedangkan logos (bahasa Yunani) bermakna ilmu. Seperti halnya makna istilah yang melekat pada beberapa ilmu yang berakhiran logi; sosiologi, biologi, psikologi dan lain sebagainya. Dari pengertian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa grafologi adalah ilmu tentang huruf atau aksara. 

Erika M. Karohs selaku pendiri KAROHS Internasional School of Handwriting Analysis (salah satu sekolah grafologi di dunia) mendefinisikan grafologi sebagai ilmu hasil dari proses penelitian tulisan tangan melalui sistem operasi yang tervalidasi sehingga mampu menggambarkan kepribadian seseorang. Dari pengertian itu pula beliau menyebutkan analisis tulisan tangan sebagai nama lain dari grafologi. 

Lantas manfaat apa saja yang akan kita tuai dari mempelajari grafologi? Dengan mempelajari grafologi setidaknya kita dapat memahami kepribadian seseorang termasuk karakter diri sendiri, dapat memposisikan orang lain dengan benar dan lebih baik tatkala membangun interaksi, serta lain sebagainya yang mencerminkan banyak manfaat untuk kebaikan pribadi dan khalayak umum. 

Mungkin sudah menjadi rahasia umum saat anda hendak melamar lowongan pekerjaan di instansi tertentu salah satu syaratnya adalah harus membuat surat dengan ditulis tangan. Begitu juga tatkala anda konsultasi diri kepada psikiater atau psikolog sesekali mungkin anda pernah disuruh menuliskan sesuatu di secarik kertas kosong. Mengapa harus ditulis tangan? Tidakkah cukup hanya dengan pembicaraan yang tegas dan meyakinkan? Jawabannya saya kira, sebab melalui tulisan itulah orang lain dapat membaca karakter dan sifat anda. 

Meski kemudian, di lain sisi, tulisan tangan juga dapat diakali sehingga mengelabui. Misalnya dengan membuat kalimat yang lebih condong ke depan, miring ke belakang, tinggi pendeknya huruf, besar kecil huruf, konsistensi tidaknya dalam menuliskan huruf yang sama dan lain sebagainya. Intinya, di saat yang genting--dengan tidak mempertimbangkan dampak dan motifnya--bisa saja seseorang memalsukan gaya tulisan dan tanda tangan. 

Lantas, bagaimana cara membedakan (membuktikan) tulisan yang dibuat-buat (sengaja dipalsukan) dengan tulisan tangan yang asli? Hemat saya, pola pembuktian atas itu akan terungkap manakala membandingkan di antara kedua temuan tulisan yang ada. Tulisan yang dipersepsikan palsu dengan tulisan tangan lain yang terserak di buku tulis yang bersangkutan. Jika ternyata yang bersangkutan hanya menulis di aplikasi note, MS. Word atau di media sosial, tidak pernah menulis tangan di secarik kertas, apakah masih bisa dianalisis? Mungkin saja bisa. Hal itu dapat diidentifikasi dari pola kata atau pun kalimat yang dibuat. 

Bagaimana dengan nasib tulisan dokter yang terbiasa membuat resep obat namun penuh dengan kode dan sandi yang sedikit memusingkan kepala sang pasien? Atau mungkin komentar sang profesor tatkala bimbingan ujian tugas akhir yang kebanyakan menulis dengan sandi rumput. Apakah keduanya termasuk upaya memalsukan tulisan? Karena tidak sedikit bagi orang yang membacanya akan menunjukkan makna yang multi tafsir. O, tentu tidak. Yang demikian beda kasus. Karena tulisan keduanya dibuat atas dasar tuntutan profesi, layanan dan kerja cepat tatkala menghadapi klien yang bejibun antre. 

Pertanyaan selanjutnya, apakah mungkin ada dengan sengaja seseorang memalsukan tulisan tangan? Ya mungkin saja. Misalnya tatkala seseorang yang memiliki akal bulus untuk menguasai warisan keluarga dengan cara membuat surat wasiat palsu. Membuat pengakuan tertulis palsu demi kepentingan pribadi. Hingga membuat pernyataan tertulis palsu demi kepentingan memenangkan satu perkara. Tentu yang demikian itu hanya contoh kecil lain yang mungkin terjadi di sekitar kita. Selebihnya bisa saja kasusnya lebih vital, semisal mengganti atau menyelipkan redaksi kebijakan timpang di saat sidang paripurna. 

Saya kira, grafologi sendiri bukan lagi ilmu pengetahuan yang baru sekaligus asing bagi para mahasiswa yang mengambil jurusan psikologi. Begitu pula dengan jurusan lain yang fokus mengkaji tentang kepribadian atau karakter seseorang. Biasanya ilmu ini menjadi pengantar wajib bagi anda yang berkuliah untuk kepentingan jenjang profesi tertentu. Utamanya yang berhubungan dengan analis sumber daya manusia. 

Tulungagung, 3 Oktober 2023

Komentar

  1. Saya ikut terapi tulisan melalui grup jurnal bersyukur yg diasuh Coach Afif...saya sedikit paham tentang huruf2...Matur nuwun ...sdh menulis tentang grafology...Mantabs...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Owalah... iya itu Bu. Saya setiap hari dikirimi email oleh tim pak Afif

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal