Langsung ke konten utama

Ajakan Menulis Antologi

Ditakdirkan hidup di belahan bumi yang tidak sama menjadikan manusia memiliki karakteristik dan watak yang berbeda-beda. Kendati demikian, setiap momen kehidupan masing-masing orang selalu menyelipkan hikmah dan pembelajaran yang berharga. Baik untuk diri sendiri ataupun bagi orang lain yang mengetahuinya.

Hal itu menunjukkan bahwa ada warna tersendiri yang menjadikan hidup masing-masing kita unik dan terasa lebih bermakna. Entah itu dalam menjalankan momen tertentu, bertumpu pada rutinitas sehari-hari atau memang karena keadaan dan situasi yang mejadikan kita untuk tampil  out of the box. Bahkan, sangat dimungkinkan keadaan yang di luar ekspektasi itu memantik potensi baru yang muncul dalam diri kita. Dan itu sangat mungkin sekali.

Oleh karena itu mari kita abadikan momen berharga dalam hidup kita yang tidak mungkin terulang kembali itu menjadi naskah utuh yang dapat dijadikan sebuah buku. Buku yang mungkin saja bisa menjadi jembatan bagi khalayak umum:  membangkitkan geliat literasi di dalam diri, memberikan spirit dan motivasi atau bahkan menjadi inspirasi untuk menjadi penulis besar seperti Buya Hamka, Chairul Anwar dan sebagainya yang masyhur namanya tak lekang oleh waktu. 

Nah, di sini kebetulan RAW Publishing mengadakan Event menulis antologi bertajuk "Memaknai Hidup" dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi. Lantas apa saja persyaratannya? Bagaimana cara dan prosedur menulisnya? Tenang, tenang saja. Tidak usah gupuh. Nanti ada sesi breafing khusus di grup WhatsApp.

Daripada penasaran dan dag-dig-dug hingga ke ubun-ubun, mendingan buruan daftar dan jangan sia-siakan kesempatan yang ada di depan mata. Momentum dan ajakan ini tidak terulang lho. Jangan lama-lama dan kebanyakan mikir deh. Lebih baik sat-set kayak Maudy Ayunda kemarin lho kak. Terlebih sebelum kuota anggotanya habis.

Untuk join bisa hubungi PJ Event ya kak. Let's Join us...


Tulungagung, 10 Juni 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal