Langsung ke konten utama

Saran Pengawas Dinas Pendidikan Kecamatan Kedungwaru

(Dokpri: Dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung dan tim pengawas perhelatan upacara bendera)

Seakan-akan tidak cukup puas dengan upaya korektor (evaluasi) yang dilakukan oleh Pak Tentara perwakilan dari Koramil Kedungwaru, Ibu Sutikah, S. Pd. Selaku pengawas Dinas Pendidikan Kecamatan Kedungwaru juga setelah upacara bendera selesai digelar juga memberikan beberapa masukan kepada dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung.

Setelah upacara bendera digelar memang tim pengawas perhelatan upacara bendera dipersilakan untuk rehat sejenak di ruangan yang sebelumnya telah kami persiapkan. Ruang kelas 1 disetting sedemikian rupa untuk menjamu tamu istimewa. Enam meja dengan dua belas bangku dibentuk melingkar, sehingga masing-masing kami dapat saling bertatap muka.

Sekitar 20 menitan tim pengawas terlibat percakapan santai dengan kepala sekolah, pelatih upacara bendera dan bendahara sekolah. Sesaat tawa gelitik melimpah ruah memenuhi ruangan. Bahkan gema itu sampai terdengar ke kantor yang memang ruangannya berdampingan. Tak lama dari itu dua Pak tentara perwakilan dari Koramil Kedungwaru tampak pamit pulang terlebih dahulu. 

Barulah sesaat kemudian dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung yang ada di kantor diinstruksikan untuk memasuki ruang jamuan tamu untuk mendengarkan beberapa pencerahan dan arahan dari Ibu Sutikah. Pencerahan dan arahan yang diberikan tidak berbeda jauh dengan kritik dan saran yang telah diberikan Pak Tentara perwakilan Koramil Kedungwaru sebelumnya. Kendati demikian terdapat juga poin penting dan berbeda. 

Beliau menegaskan tiga hal penting yang wajib dilakukan oleh dewan asatidz secara kontinuitas, yakni bagaimana cara untuk regenerasi petugas protokoler upacara, latihan baris-berbaris yang dimaksimalkan dan penyisipan lagu nasional wajib dalam upacara bendera. 

Pertama, perihal pentingnya regenerasi petugas protokoler upacara bendera. Jika merujuk pada pengamatan dan pengalaman yang ada terdapat dua cara untuk regenerasi petugas protokoler upacara bendera, yakni dengan sistem bergiliran dan sulam tambal. 

Regenerasi petugas protokoler upacara bendera dengan sistem bergiliran dewan asatidz dapat membuat jadwal petugas protokoler sesuai dengan jenjang kelas. Meski begitu jenjang kelas yang diutamakan (direkomendasikan) menjadi petugas protokoler upacara bendera adalah kelas atas yang dipandang lebih mudah diatur dan dikondisikan dengan baik. 

Melalui sistem bergiliran sesuai dengan jenjang kelas ini, setidaknya petugas protokoler upacara bendera memiliki cadangan jika sebagian yang lain berhalangan hadir. Di samping itu para siswa juga akan mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang baik tentang perhelatan upacara bendera karena kerap dilatih dengan porsi yang sama. 

Sedangkan regenerasi petugas protokoler upacara bendera dengan sistem sulam tambal, pelatih upacara bisa mengombinasikan petugas protokoler dari jenjang kelas yang berbeda. Sebagai contohnya, pimpinan upacara diambil dari kelas 6, petugas pembaca Undang-undang Dasar 1945 dan doa dari kelas 5, petugas pembaca teks Pancasila, Drijen, dan pimpinan pasukan dari kelas 4. 

Melalui sistem sulam tambal ini para petugas protokoler upacara bendera akan jauh lebih efektif, disiplin dan bertanggung jawab. Hal ini disebabkan masing-masing petugas protokoler adalah representatif dari jenjang kelas mereka. Orang-orang pilihan yang dipandang mumpuni dan berkesempatan banyak berkolaborasi dengan kakak tingkatnya. Alhasil, sistem sulam tambal ini memberikan keuntungan personal dari segi pengalaman bagi para pengampunya. 

Lain halnya dengan latihan baris-berbaris (LBB). Latihan baris-berbaris menurut Ibu Sutikah dapat disiasati dan dimaksimalkan proses latihannya, salah satunya, dengan cara disisipkan dalam materi pelajaran PJOK. Keuntungan itu ditinjau dari mata pelajaran PJOK yang memang termasuk mata pelajaran untuk semua jenjang kelas. 

Status mata pelajaran PJOK yang demikian memudahkan proses latihan baris-berbaris yang mungkin dapat dilakukan oleh semua jenjang kelas secara merata. Alhasil, proses latihan baris-berbaris yang digalakkan dalam pelajaran PJOK dapat disempurnakan lebih lanjut melalui latihan persiapan upacara bendera. Penempaan merata yang berskala itu dipandang jauh lebih efektif. 

Sedangkan untuk upaya persiapan lagu nasional wajib dalam upacara bendera dapat disisipkan dalam mata pelajaran SBdP. Dalam mempelajari materi nada dan lagu, para siswa dapat difokuskan untuk mempelajari lagu-lagu nasional wajib. Lagu-lagu nasional itu lantas ditulis dan dinyanyikan bersama-sama hingga para siswa benar-benar hafal. 

Penyisipan lagu nasional ini sebenarnya tidak hanya bisa disisipkan pada mata pelajaran SBdP, namun juga dapat diaplikasikan ke dalam mata pelajaran umum lainnya. Misalnya saja dapat dijadikan sebagai apresiasi sebelum atau pun sesudah proses pembelajaran dihelat. 

Dengan mengimplementasikan tiga poin penting tersebut ke dalam sesi pelajaran, menurut Ibu Sutikah, proses perhelatan upacara bendera selanjutnya akan jauh lebih berkualitas, efektivitas dan efisiensi. Tidak hanya berkutat pada level mengugurkan tugas: terlaksana atau tidak, melainkan semua petugas protokoler upacara bendera juga akan mengalami peningkatan kualitas. Baik dalam hal regenerasi petugas, kedisiplinan dan penghayatan dalam prosesi upacara bendera. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal