Langsung ke konten utama

Ngaji Literasi Sesi Kedua

 

(Dokpri: flayer ngaji literasi edisi 2)

Alhamdulillah, perhelatan ngaji literasi perdana (12/02/2023) telah terlaksana dan berjalan lancar. Dan kini saatnya kami melanjutkan langkah berikutnya, sesi yang kedua. 

Seperti halnya diketahui bersama dan termuat pada flayer yang telah dishare ke publik sebelumnya, bahwa ngaji literasi perdana membedah buku Kaca Benggala Manifestasi Diri dan Upaya Menemukan Esensi. Buku itu telah diulas oleh penulisnya secara langsung. (Untuk mengetahui seperti apa pelaksanaannya silakan mampir di postingan berikutnya).

Tak lupa, Prof. Nginun Naim selaku pembina Sahabat Pena Kita (SPK) Tulungagung tampil membuka acara. Beberapa motivasi, support dan nasehat beliau sampaikan dalam kata pengantarnya. 

Sedangkan Mas Woko Utoro yang merupakan mahasiswa jurusan Studi Islam Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (SATU) berperan ganda: MC sekaligus moderator mengatur jalannya acara. 

Nah, jika teman-teman penasaran seperti apa ngaji literasi edisi perdana itu berlangsung, alangkah baiknya langsung cek aja deh di kolom serial video reel akun Instagram akun dewar_alhafiz.

Berbeda halnya dengan ngaji literasi edisi kedua ini, saya dan Mas Woko bertukar peran. Untuk memberikan kesan "menggigit dan lebih berdaging" di edisi kedua ini kami juga menghadirkan salah satu Dosen kami: Dr. Rizqa Ahmadi, Lc., M. A. Kebetulan beliau juga memberikan kata pengantar mengenai buku Diskursus Kerinduan yang ditulis Mas Woko Utoro. 

Untuk itu, melalui tulisan ini kami mengundang seluruh netizen semoga berkenan berpartisipasi dan memeriahkan perhelatan ngaji literasi dalam setiap edisi yang kami helat. 

Pun jangan lupa pula, acara ngaji literasi yang digagas oleh komunitas literasi Sahabat Pena Kita (SPK) Tulungagung ini insya Allah Istikamah dihelat setiap dua minggu sekali. Tepatnya dihelat pada hari Minggu. 

Adapun waktu baku live streaming via Instagram pukul 06.00-07.00 WIB tet. Kendati begitu waktu itu menjadi fleksibilitas, menyesuaikan dengan permintaan dan kesediaan dari narasumber yang telah ditetapkan panitia pelaksana.

#salamliterasi

#ngajiliterasi

#spktulungagung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Koleksi Buku sebagai Pemantik

Dokpri buku solo ke-10 Saya kira transaksi literasi saya dengan Qadira akan usai seiring tuntasnya koleksi komik yang dibaca namun ternyata tidak. Di luar prediksi, transaksi literasi itu terus berlangsung hingga kini. Kini dalam konteks ini berarti berlangsung hingga detik-detik akhir pelaksanaan Sumatif Akhir Semester genap.  Keberlangsungan ini, jika boleh menerka, hemat saya tak lain karena provokasi dan motivasi yang saya berikan. Tepatnya saat mengembalikan buku terakhir yang saya pinjam. "Besok, koleksi komiknya ditambah ya. Nanti ustadz pinjam lagi. Bilang sama ibu, mau beli komik lagi supaya bisa dipinjamkan ke teman-teman sekolah", seloroh saya setelah menyerahkan komik. Qadira menganggukan kepala pertanda memahami apa yang saya katakan.  Motivasi itu saya berikan bukan karena saya ketagihan membaca komik gratisan, sungguh bukan seperti itu, melainkan dalam rangka memantik geliat memiliki koleksi buku mandiri. Motifnya sederhana, dengan memiliki koleksi buku mandiri...