Langsung ke konten utama

Pentingnya Meluruskan Niat Sebelum Melakukan Satu Perkara

 

Foto dokumentasi pribadi: Ustadzah Balqis sedang mengisi apel pagi

"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya  jalan menuju surga", (HR. Muslim)

Senin (02/01/2023) SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali menghelat apel pagi sebagai kegiatan perdana di semester genap tahun akademik 2022/2023. Pada apel perdana ini ustadzah Balqis Jazillatul Habib (selaku guru Tahfidzul Qur'an yang selanjutnya dipanggil Balqis) tampil sebagai motivator dan fasilitator dalam apel ini.

Apel pagi ini diluar sekema awal yang menginisiasi pembukaan semester genap dengan menghelat upacara bendera. Akan tetapi karena cuaca tidak mendukung, yang sedari Subuh mendung bahkan di beberapa wilayah kecamatan Kedungwaru telah mengalami hujan deras maka rencana upacara bendera pun diurungkan.

Karena terkendala cuaca hujan ini pula tidak sedikit siswa-siswi dan dewan asatidz yang izin datang terlambat, bahkan ada pula siswa-siswi yang izin tidak bisa masuk. Entah itu izin karena sakit, terkendala acara keluarga dan lain sebagainya. Ironisnya, ketidakhadiran siswa-siswi itu terjadi secara merata, hampir ada di semua jenjang kelas.

Kendati demikian, fakta itu tidak menyurutkan niat semua elemen yang hadir pada pagi ini di sekolah untuk tetap menghelat apel pagi. Apel pagi di hari perdana masuk sekolah setelah libur panjang semester ganjil ini penting untuk dilakukan mengingat percaturannya sebagai gerbang yang akan menentukan semangat, motivasi dan kedisiplinan belajar siswa-siswi ke depannya.

Titik tekan itu pula yang kemudian menjadi pembahasan ustadzah Balqis dalam menyampaikan motivasi paginya. Ustadzah Balqis menegaskan bahwa memiliki niat sebelum memulai suatu perkara itu penting. Tak terkecuali niat yang lurus, tulus dan semata-mata mengharapkan rida Allah SWT akan memengaruhi proses dan capaian suatu perkara yang akan dikerjakan tersebut. Utamanya niat yang harus dimiliki oleh seorang pelajar tatkala menuntut ilmu.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah disebutkan:
"Dari Abi Darda r.a. berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Bagi siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya (memayungkan sayapnya) kepada penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut."

Dari hadits tersebut kita semua menjadi tahu bahwa Islam mengajarkan (mewajibkan) seluruh umatnya untuk menuntut ilmu yang tidak terbatas. Kapan dan dimana pun. Satu keharusan yang dilakukan seluruh umat manusia mulai sejak lahir hingga tutup usia. Atas dasar itu pula maka tidak heran jika kemudian manusia dilekatkan dengan titel mahalul khatha' wa nisyan. Makhluk yang tidak pernah luput dari kesalahan dan lupa.

Titel itu menegaskan bahwa manusia senantiasa berada pada tahapan peran "pembelajaran sejati". Maka dapat dikatakan wajar jika kemudian dalam tindak-tanduknya selalu tidak sempurna. Selaiknya anak kecil yang sedang belajar berjalan dengan tertatih, maka ia akan banyak terjatuh namun terus bangkit dan mencoba lagi.

Begitupun penuntut ilmu, mungkin di hadapannya akan banyak rintangan yang menghalaunya dan terkadang membuatnya putus asa, akan tetapi jangan sampai yang demikian menjadikannya pantang arah dalam mewujudkan niat dan tekad kebaikannya.

Bukankah dalam surat Al Insyirah Allah SWT telah mengingatkan umatnya, bahwa setelah kesulitan terdapat kemudahan. Di balik kemusykilan suatu persoalan senantiasa tersodor jalan keluar terbaik yang mencerahkan.

Begitupun posisi penuntut ilmu, jika sebelumnya ia akan mengalami kegelapan, kekacaubalauan dan gelisah tatkala menatap setumpuk masalah dalam hidup, maka dengan ilmu yang mempelajari dan dipahami ia akan menjadi lentera penerang jalan menuju kebenaran yang membuatnya hidupnya sakinah.

Berlambar pada pandangan itu pula maka selaiknya seorang pelajar meluruskan niatnya dalam menuntut ilmu sehingga rasa ikhlas duduk (bersemayam kuat) di dalam hatinya. Tanpa upaya itu, bisa jadi niatnya akan goyah dan terkoyak oleh segala hal khas yang berbau hawa nafsunya. Alhasil, seluruh amal perbuatannya akan sia-sia belaka.

Jangan sampai terhujam di dalam hati seorang penuntut ilmu tatkala berangkat ke sekolah sekadar untuk bermain, hiha hihi (ngobrol ngalor-ngidul dengan teman) dan semata-mata mendapatkan uang saku untuk jajan di kantin ketika waktu istirahat tiba. Terlebih-lebih berangkat ke sekolah hanya untuk asyik bermain lato-lato. Permainan yang booming akhir-akhir ini.

Tentunya seorang penuntut ilmu telah dzolim sekaligus mencederai peran dan status "pelajar" jika kemudian ia tidak menempatkan sesuatu hal tidak sesuai dengan tujuan pokok dan fungsi dari lembaga pendidikan yang menuntutnya untuk fokus menengguk ilmu.

Foto dokumentasi pribadi: Situasi apel pagi tampak dari belakang 

Sebagai pamungkas, ustadzah Balqis membakar semangat seluruh peserta apel pagi dengan memekikkan sepenggal dua penggal kalimat motivasi belajar. Tidak ketinggalan, beliau memberikan peringatan kepada seluruh siswa-siswi bahwa siapa pun yang kedapatan membawa dan memainkan lato-lato ataupun permainan lainnya di lingkungan sekitar sekolah maka  akan permainannya dirampas dan ia mendapatkan sanksi.

Bukankah menjadi siswa-siswi yang disiplin dan bertanggung jawab itu lebih baik? Oleh karena itu mari menjadi pembelajar sejati yang beretika, merawat kesadaran dan kerapkali membelalakkan kedua mata.

Tulungagung, 02 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal