Langsung ke konten utama

Menyongsong Kopdar RVL ke-2: Membayar Tuntas Rencana Kopdar yang Kandas

 

(Dokumentasi pribadi: flyer undangan kopdar RVL ke-2)

Salah satu upaya menjaga eksistensi  organisasi--tak terkecuali komunitas literasi--agar tetap bernyawa adalah dengan menghelat kopi darat (kopdar). Kopi darat atau yang familiar kita kenal dengan akronim kopdar memiliki arti pertemuan; perjamuan; cangkrukan dan pengertian lainnya yang menegaskan adanya interaksi sosial internal satu kelompok.

Perhelatan kopdar yang kerapkali dilakukan secara berkala dan intensitas yang terjadwalkan pada umumnya menghimpun semua anggota komunitas dalam suatu tempat. Hal ini dilakukan bukan tanpa tujuan, melainkan dengan maksud hendak mengimplementasikan beberapa tujuan. Adapun tujuan utama dari dihelatnya kopdar ialah menyambung silaturahmi, bertukar informasi, menampilkan capaian hingga membicarakan banyak tentang orientasi komunitas yang menampung mereka di dalamnya. 

Dalam kerangka berpikir saling memberdayakan itulah, hemat saya, yang menjadi alasan mengapa punggawa RVL pada Sabtu (14/01/2023) kedua di bulan pembuka tahun baru Flyer menyongsong Kopdar RVL ke-2 tahun 2023 dipublikasikan Master Emcho di grup WhatsApp RVL. Melalui flyer tersebut seluruh anggota RVL diajak untuk menyambut Kopdar ke-2 dengan menorehkan sejarah: bersepakat dan berkontribusi dalam menulis buku antologi. 

Buku antologi pada dasarnya dirancang untuk melecutkan semangat semua anggota komunitas RVL untuk sesegera mungkin berinisiatif melahirkan buku solo. Buku solo yang disusun dengan berbagai genre dan pendekatan sesuai minat  masing-masing penulisnya. Tidak ada paksaan dalam merancangnya, yang terjadi justru sebaliknya, para penulis itu secara sadar benar-benar merasa "kebelet" untuk menelurkan karya demi karya dari inisiatif dan tangan dinginnya. 

Sikap "kebelet" para penggiat literasi yang bernaung di grup RVL itu berusaha diasah dengan baik dengan cara senantiasa menunaikan kewajiban sebagai anggota grup. Mulai dari mengirimkan link tulisan harian di blog yang bersifat sunnah, mengirimkan hasil resensi atau review suatu buku (Sabusakel) setiap bulan, meningkatkan pengetahuan dan menambah ilmu dengan mengikuti sesi pelatihan, serta lain sebagainya. 

Secara implisit, sejatinya seluruh rangkaian kewajiban yang ditegakkan RVL tersebut tidak lain adalah suatu proses pemberdayaan yang terdisiplinkan. Pemberdayaan yang mendisiplinkan diri tersebut menegaskan bahwa esensi seorang penulis ya harus mau untuk terus berproses. Terus berproses dari waktu ke waktu. Berproses untuk mau terus belajar dan belajar. Hingga akhirnya suatu saat nanti kita tersadar bahwa kemampuan dan keterampilan yang kita miliki tidak lepas dari tumpuan hakikat hidup sebagai pembelajar sejati. 

Maka beruntung orang-orang yang bergabung dengan RVL karena setiap waktu terus dibimbing, diarahkan dan selalu  terkoneksi dengan "WiFi" yang dipancarkan para pakar literasi untuk menjadi long live learner. Penempaan itu mungkin akan melewati proses yang lama, namun saya kira durasi itu akan seimbang dengan manfaat yang akan dituai suatu saat kelak. 

Buya Syafii Maarif berpesan, bahwa aktivitas yang penting dilakukan sepanjang hayat adalah membaca, berpikir, meneliti dan menulis. Hanya dengan kerangka ilmiah yang demikian manusia mampu memberi kemanfaatan jangka panjang. Kendati penuangan gagasan pemikiran itu akan sangat mungkin disalahpahami dan multi tafsir. Akan tetapi, karena hidup di dunia hanya sekali, maka alangkah baiknya yang sekali itu diberi makna yang berarti. 

Makna yang berarti dalam hidup yang sekali itulah saya kira akan menjadi tantangan sekaligus bahan pertimbangan kenapa khalayak orang bergabung dengan grup RVL. Mungkin dalam menorehkan makna yang berarti dalam hidup itu akan sangat tidak mudah, namun bukan pula sesuatu hal yang mustahil untuk diwujudkan jika kita benar-benar menghibahkan hidup atas nama peradaban ilmu. Melalui nasabiah para pakar yang menjadi guru teladan dan wasilah semoga proses itu akan dimudahkan. Amin.


Ekspektasi Saya di Kopdar RVL ke-2

Dalam kerangka berpikir saling memberdayakan potensi dan mendisiplinkan diri saya memiliki beberapa ekspektasi yang akan dituai manakala mengikuti agenda kopdar RVL ke-2 di Jogjakarta. Beberapa ekspektasi itu di antaranya: Mampu menyambung silaturahmi dengan sesama anggota RVL, bertukar informasi (baca: gagasan, pandangan dan pengalaman) mengenai jatuh bangun berproses menggeluti dunia literasi hingga mampu menunaikan dahaga untuk turut meramaikan bazar buku di sana. 

Pertama, kopdar RVL ke-2 mampu menyambung silaturahmi dengan sesama anggota RVL. Setelah diobservasi lebih lanjut, satu fakta yang menarik yang saya temukan dari RVL selama ini, grup WhatsApp RVL yang berperan sebagai rumah singgah tidak pernah sepi. Setiap harinya pasti selalu ada tulisan yang diunggah, perbincangan hangat di antara sesama penghuni grup sampai dengan berdiskusi menyoal tentang sesuatu hal yang baru bagi saya. 

Intensitas interaksi sosial di dalam grup WhatsApp menunjukkan betapa besarnya antusias para penghuni. Di satu sisi mungkin iya sebagian besar dari penghuni grup RVL belum pernah bertatap muka langsung. Akan tetapi fakta itu tidak pernah menjadi benteng dan tembok penghalang untuk membuat satu sama lain menjadi kikuk. Yang terjadi dalam interaksi di dalam grup WhatsApp justru menunjukkan sikap keakraban dan ikatan kekeluargaan yang erat.  

Terlebih lagi RVL kerapkali menghelat agenda bincang hangat; diskusi; sharing mengenai perkembangan genre yang berlaku dalam gelanggang dunia literasi. Misalnya saja menengok beberapa pelatihan dan bincang buku yang telah terjadi: pelatihan menulis batch-1 dengan tajuk Jurus Jitu Menulis Buku yang dinarasumberi oleh Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M. Pd.; Bincang buku batch-1 yang menghadirkan Ibu Tri Wulaning Purnami penulis buku Kumpulan Cerpen Matahari Tak Terbit Lagi di Matamu.

Tidak hanya berhenti sampai di sana. Selanjutnya pelatihan menulis batch-2 digelar. Pelatih menulis batch-2 perdana mengusung tajuk Menguak Puisi Telelet yang diisi oleh Dr. Marjuki, M. Pd.; Disusul dengan bincang buku batch-2 yang menghadirkan Mas Bangkit Prayoga dengan membedah buku antologi puisi Pada Suatu Mimpi Aku Abadi. Adapun agenda pelatihan menulis batch-3 terdekat akan menghadirkan Dra. Haryanto dengan topik pembahasan Mengenal dan Menikmati Puisi 2.0.

Kontestasi pengetahuan, keakraban dan kehangatan yang telah terbangun via daring di dalam grup WhatsApp itu sangatlah baik, akan tetapi tampaknya hal itu sangat kurang afdhol manakala tidak disertai dengan pertemuan hangat di antara semua anggota RVL secara face to face langsung di satu tempat. Tentu saja, jika itu terwujudkan akan menjadi satu pertemuan yang sangat berkesan dan tak dapat terlupakan. 

Kedua, kopdar RVL ke-2 semoga mampu menjadi jembatan penghubung untuk bertukar informasi (baca: gagasan, pandangan dan pengalaman) mengenai jatuh bangun berproses menggeluti dunia literasi. Haqqul Yaqin pertemuan secara offline melalui kopdar RVL ke-2 itu saya kira tidak semata-mata merekatkan tali silaturahmi di antara sesama anggota RVL, namun juga akan menjadi media ampuh dalam konteks meng-update dan meng-upgrade masing-masing diri partisipan.

Melalui kopdar RVL ke-2 ini masing-masing partisipan dapat melakukan proses identifikasi, simpati, introspeksi hingga evaluasi diri mengenai proses menggeluti dunia literasi. Misalnya saja seorang guru penggerak literasi di lembaga pendidikan tertentu mampu menjadi inspirasi bagi anggota lainnya. Hal itu memaou menjadi bekal untuk melakukan sharing mengenai tips dan trik memajukan tradisi literasi di lembaga pendidikan yang melibatkannya.

Hal yang sama juga berlaku tatkala seseorang menemukan rumus jitu memecahkan kasus jatuh bangun melewati setiap rintangan dalam menulis. Melalui pengalaman yang inspiratif, mengena dan utamanya disampaikan langsung oleh pelakunya tentu akan menjadi energi tersendiri bagi setiap orang yang mendengarnya. 

Sementara ekspektasi terakhir saya, dengan menghadiri kopdar RVL ke-2 semoga saya mampu menunaikan dahaga untuk turut meramaikan bazar buku di sana.   Jika boleh jujur, jauh-jauh hari saya sudah membayangkan betapa bahagia dan merasa menjadi orang yang beruntung jika saya mampu menjadi salah seorang dari sekian banyak penulis yang mampu memasarkan buku solo saat dihelatnya bazar kopdar RVL ke-2 di Jogjakarta.

Harapan terbesar saya dalam kopdar RVL ke-2 ini benar-benar nyata, bahkan untuk mewujudkan mimpi itu kini saya sedang berusaha menuntaskan dua naskah buku solo. Besar harapan saya, kedua naskah buku solo ini semoga segera tertuntaskan. Sehingga dapat terlahir dan dipublikasikan sebelum tanggal kopdar RVL ke-2 jatuh tempo. Jika mimpi ini terwujud, tampaknya rencana kopdar pertama yang kandas itu akan benar-benar terbayarkan tuntas. 

Tulungagung, 30 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal