Langsung ke konten utama

Apakah Saya Seorang Guru?

Satu hari yang lalu, Jum'at, 25 November 2022 semua lembaga pendidikan saya kira sibuk merayakan peringatan hari guru nasional. Tak terkecuali lembaga pendidikan Islam swasta yang melibatkan saya di dalamnya: SDIT Baitul Qur'an Tulungagung. 

Tepat di hari Jumat kemarin tampak beberapa story WhatsApp asatidz yang memosting beberapa buah tangan yang diberikan para siswa-siswi. Husnudzan saya, buah tangan tersebut diberikan tidak lain atas dasar bentuk kasih sayang, perhatian dan cinta seorang murid terhadap guru yang mendidiknya.

Tidak hanya itu, di story WhatsApp dan kanal media sosial tertentu bahkan tampak siswa-siswi merayakan peringatan hari guru nasional itu dengan beragam bentuk. Mulai dari memberikan: sekuntum bunga mawar, kue perayaan yang dihiasi lilin secara diam-diam diberikan, menghadiahi souvernir sampai dengan mengadakan acara lomba peringatan hari guru secara terang-terangan. 

Berbagai perayaan itu sudah barang tentu dipertimbangkan atas dasar kemampuan sumber daya lembaga yang bersangkutan. Tidak ada paksaan dan modus operandi yang terselip antara satu sama lain. Semua terjadi atas dasar ketulusan hati, pengakuan dan penghormatan. Terjadi berlandaskan pertautan hati yang begitu mendalam dan tak dapat dinafikan. 

Kendati kemudian, dalam prakteknya perayaan itu dapat dikategorikan menjadi 3 bentuk. Murni atas inisiatif para siswa-siswi, inisiatif wali murid sampai dengan pihak ketiga lembaga yang berperan aktif sebagai inisiator utama. Kolaborasi antara komite sekolah dan ketua yayasan misalnya. 

Semarak perayaan hari guru nasional itu tampak membanjiri berbagai kanal media sosial. Mulai dari foto, twibbon, poster, pamflet, short video sampai dengan berbagai tradisi para siswa-siswi yang memberikan surprise kepada dewan guru di lembaga masing-masing. 

Sementara perayaan hari guru nasional di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung diwarnai dengan lomba baca puisi kolaborasi antara siswa-siswi dengan masing-masing orang tuanya. Lomba baca puisi kolaborasi itu kurang lebih diikuti oleh 7 peserta yang berasal dari berbagai jenjang kelas. 

Adapun yang menjadi pemenang dari lomba baca puisi kolaborasi tersebut yakni kelas atas. Tepatnya semua pemenang berasal dari kelas atas. Kelas 6 berhasil menyabet semua juara. Dua orang siswi dan seorang siswa. Dalam dokumentasi foto yang dishare di grup dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung tampak para juara menaiki panggung sembari mengangkat piala. Senyum mereka--para siswa-siswi juara yang didampingi orangtuanya--merekah melukis hari yang penuh bahagia.

Setelah itu, perayaan dilanjutkan dengan agenda makan bersama di antara dewan asatidz yang dihelat di kantor. Lagi-lagi saya hanya mampu mernalan ludah menyaksikan foto yang dishare di grup tersebut. Maklum saja hari itu saya masih ada acara rapat koordinasi di Surakarta. Jadi belum bisa bergabung dengan dewan asatidz SDIT Baitul Qur'an Tulungagung.

Hari ini, Sabtu, 26 November 2022 setelah melakukan agenda kunjungan produksi ekonomi kreatif di pabrik kerupuk rambak  CV. Intan Jaya, saya mendapatkan satu buah bingkisan dari salah seorang siswi kelas 5. Siswi itu bernama Syifa. "Ini buat Saman tadz", celetuknya kepada saya sambil memberikan souvernir. Bingkisan itu terbungkus kertas kado batik coklat. 

Setelah saya sampai indekos, souvernir itu saya buka. Dan ternyata souvernir itu berisikan baju batik model hem berukuran M. Ukuran yang sangat cocok dan sesuai dengan tubuh saya yang ramping. Satu pemberian yang sangat berharga bagi saya.  Meskipun pemberian ucapan selamat saja menurut saya sudah lebih dari cukup. Sementara pemberian barang itu sudah termasuk sesuatu hal yang "wah" bagi saya.

Selain baju batik, ada pula secarik kertas putih yang berisikan ucapan selamat yang sangat menyentuh. "Orang tua kami memberikan kami hidup dan engkau mengajari kami cara menjalaninya. Jasamu akan selalu kekal abadi wahai guru. Selamat hari guru. 🙂 Syifa". "Terima kasih Syifa, semoga menjadi anak yang shalihah dan sukses dunia sampai akhirat. Tambah barokah belajarnya", celetuk saya dalam hati.

Dua hal yang saya amati nyentrik dari perayaan hari guru nasional tersebut, yakni para guru serempak menggunakan seragam batik korpri dan para siswa-siswi carut-marut berusaha menunjukkan cinta kasihnya secara ekspresif. Kendati telat, izinkan saya mengucapkan selamat kepada seluruh guru, utamanya kepada guru-guru yang telah membimbing saya menjadi sosok yang sekarang. Meski sampai detik ini saya tidak menyadari kalau saya sendiri ternyata berperan sebagai seorang guru.

"Selamat hari guru nasional. Pengabdianmu takan pernah mampu diukur dengan materi. Jasa dan namamu akan abadi dalam setiap kebaikan langkah kami".

Tertanda yang papa tanpa seorang guru.

Tulungagung, 26 November 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal