Langsung ke konten utama

Hari Guru Nasional: Perayaan yang Belum Usai

Semarak peringatan hari guru nasional ternyata belum usai. Hal itu dibuktikan secara langsung oleh saya sendiri. Setelah Syifa kelas 5 menghadiahi souvernir, saya kira itu adalah ujung tombak dari perayaan hari guru yang jatuh kemarin. Akan tetapi Tuhan menakdirkan cerita perayaan itu untuk tetap berlanjut.

Sore tadi tepat pukul 14.43 WIB secara tiba-tiba Ibu Wahyu selaku wali murid dari Shaquilla kelas 5 melayangkan dua chat via WhatsApp kepada saya. Chat yang pertama berisikan uluk salam. Sedangkan chat yang kedua berisikan sebuah permohonan untuk membagikan lokasi rumah atau posisi saya sekarang. 

Sontak kedua chat itu saya layani dengan cepat dan baik. Mula-mula saya menjawab salam, lantas disambung dengan mengirimkan lokasi domisili saya terkini. Awalnya saya tidak ingin kepo dan bersikap sok tahu terhadap permohonan yang dilayangkan tersebut. 

Akan tetapi, lama-kelamaan rasa penasaran saya kian membuncah hingga ke ubun. Sampailah pada akhirnya dengan percaya diri dan penuh keberanian saya berinisiatif menanyakan langsung maksud beliau meminta share location mendadak kepada saya.

Konfirmasi ini penting karena menyangkut pencapaian target dan efektivitas dua belah pihak dalam menjalin interaksi-interkoneksi. Tidak menutup kemungkinan, suatu hubungan silaturahmi antara guru dan wali murid akan mengalami ketegangan, degradasi dan salah paham bahkan perpecahan tatkala tidak didasari oleh sikap yang transparan dan kejujuran. 

"Mohon maaf Bu, kalau boleh tahu share location itu untuk apa nggeh?" Saya melontarkan pertanyaan kepada beliau dengan perasaan harap-harap cemas. "Ada sedikit bingkisan Ustadz. Semoga berkenan 🙏", beliau menimpali chat saya.

Mengetahui hal itu, lantas saya menimpali beliau dengan penuh rasa sungkan, "Waduh. Kok repot-repot Bu". Beliau memungkas percakapan dengan dua chat langsung. "Mboten ustadz, namung bingkisan kecil saja. Bisa buat camilan untuk menemani nonton piala dunia 🤭🙏".  "Semoga berkenan nggeh".

Ohya, beberapa saat sebelum beliau menimpali, tepatnya pukul 15.09 WIB nomor asing melayangkan sebuah chat kepada saya. "Selamat siang, saya dari zendo mau antar kue dari kak Julz". Semenit kemudian, nomor asing itu mengirimkan PAP keberadaanya kepada saya. Foto tersebut menegaskan bahwa Mas paket itu berada persis di seberang jalan gang masuk arah indekos saya. "Saya di depan sini kak", celetuk Mas paket itu. 

Di sini harus digaris bawahi, bahwa nama lain dari Bu Wahyu dalam WhatsApp miliknya adalah Mbak Julz. Entah nama apa itu. Nama panggilan, nama pendek, nama samaran atau mungkin yang lainnya. Jelasnya yang saya tahu Bu Wahyu atau Mbak Julz itu ya Ibunya dari Shaquilla kelas 5. 

Satu menit kemudian saya baru bisa menimpalinya, "Owh... Iya. Sebentar ya kak. Nanti saya keluar gang dulu". Kebetulan cuaca di luar sedang gerimis, sehingga saya harus menyiapkan payung terlebih dahulu. Setelah itu baru saya menuju depan gang. Belum juga sampai ke depan gang, tiba-tiba ada motor Vario series terbaru berwarna hitam yang berhenti persis beberapa meter di hadapan saya. 

Seakan-akan Mas paket sudah mengetahui bahwa yang datang memakai payung itu adalah orang yang dicari, dengan seketika ia mengeluarkan bingkisan dari dalam bagasi motor miliknya. "Ini mas titip dari kak Julz. Tapi sebelumnya saya mau minta fotonya dulu nggih", tukasnya sembari menyodorkan bingkisan. "Owh. Nggih monggo", jawab saya.

Dengan sat-set Mas paket merogoh smartphone di saku celananya. Secepat kilat saya yang sedang memegang payung dengan tangan kanan dan menentang bingkisan di tangan kiri langsung difoto. Tampaknya foto itu ia kirimkan ke Bu Wahyu sebagai bukti transaksi paket yang telah sampai sesuai instruksi dan orderan. 

Setelah itu, saya langsung pamit balik kanan. Sementara Mas paket saya lihat masih sibuk memainkan gawainya. Mungkin proses konfirmasi melalui aplikasi itu sedikit rumit dan loading sehingga tejadi agak alot. Makanya Mas paket balik kanan agak sedikit lama. 

Dua menit kemudian saya memasuki indekos kembali. Dengan serentak saya mengambil foto paketan itu dengan maksud hendak mengkonfirmasi telah diterimanya bingkisan yang dikirim. Sesaat kemudian foto itu saya kirimkan via WhatsApp kepada Bu Wahyu sembari mengimbuhkan ucapan terima kasih dan do'a harapan yang terbaik untuk keluarga beliau. 

Saya sadar betul, dalam menyikapi hal ini saya hanya bisa membalas kebaikan beliau dengan rapalan do'a, bukan dengan entitas materil kembali. Kendati demikian, saya berharap: apa yang disemogakan beliau lekas tersemogakan berkali lipat.

Sebelum tulisan ini dipungkas, tampaknya saya harus kembali menegaskan dan menggaris bawahi secara tebal, bahwa catatan ini dibuat bukan untuk pamer atau pun riya'. Terlebih-lebih bukan dalam rangka berharap mendapatkan souvernir atau bingkisan lebih dari wali murid yang lain. 

Justru tulisan ini dibuat semata-mata hendak menegaskan bahwa kebahagiaan dan perayaan hari guru nasional yang sesungguhnya terlaksana manakala melihat para siswa-siswi yang dididik tumbuh-kembang menjadi generasi yang lebih baik daripada gurunya sekarang. 

Jika dalam kartu ucapan yang dikirimkan Bu Wahyu menyebutkan, "Thank you Teacher for guiding us. For inspiring us. For making us. What we are to day". Maka di masa yang akan datang semua para siswa-siswi yang kami didik akan meneruskan estafet perjuangan untuk generasi berikutnya. 

Di sisi lain, ucapan tersebut terasa menampar pipi saya berkali-kali. Bagaimana pun saya yang papa ini belumlah bisa dikatakan sebagai guru yang baik. Mampu menjadi pembimbing, teladan dan membentuk karakter para siswa-siswi lebih baik lagi. Kendati demikian, saya akan terus berusaha keras menjadi dan memberikan yang terbaik dalam melintasi perpindahan waktu. 

Tulungagung, 26 November 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal