Dokpri: Ilustrasi pengetikan naskah buku
Akhir-akhir ini saya fokus menyempurnakan naskah buku antologi perdana siswa-siswi SDIT Baitul Qur'an. Targetnya buku itu terbit dalam waktu dekat dan mampu launching di momentum pembagian raport semester ganjil. Target yang terbilang cukup sederhana dan mudah dilakukan jika disertai dengan tanggung jawab dan ketekunan.
Kendati demikian, seiring dengan berjalannya waktu pada kenyataannya target tersebut berubah menjadi agak sedikit mengigit. Menguras waktu, tenaga dan pikiran. Terlebih jika dibenturkan dengan rundown agenda acara yang sudah mengantre panjang dan berdekatan. Saya sadar betul antara dasein dengan das solen selalu ada distingsi yang ketat. Bahkan jika ditinjau dari hasilnya terkadang jauh dari idealisme yang diekspektasikan sebelumnya.
Sedikit kecewa tentu saja. Akan tetapi tidak boleh larut di dalamnya. Jika boleh jujur, target pembuatan buku antologi tersebut sebenarnya telah dijadwalkan di awal semester namun tetap saja dalam pelaksanaannya terbilang molor. Molor karena kendala koordinasi dan pengondisian yang alot dilakukan oleh masing-masing wali kelas.
Tentu saja akan tampak egois, arogansi dan otoriter jika saya fokus menyudutkan kesalahan terletak pada masing-masing wali kelas semata, akan tetapi jauh lebih bijaksana jika saya mengatakan memang hal ini disebabkan kurangnya koordinasi secara struktural. Ada pula persepsi liar yang memandang sinis dan menilai unfaedah dengan program yang dicanangkan tersebut.
Tentu yang demikian adalah sesuatu hal yang wajar. Sewajar orang berbuat baik namun tidak dihargai dan ditolak. Sewajar orang mencintai tapi ditolak. Sewajar bersikap nyentrik dengan menentang budaya mainstream yang telah menjadi konstruksi sosial namun dianggap asing dan dipandang tidak normal. Serta kewajaran-kewajaran lain yang mungkin sedikit menyesakkan dada.
Beranjak dari kewajaran tersebut, pelan-pelan tapi pasti hari ini saya sudah sampai pada pembuatan prakata untuk buku tersebut. Prakata ini saya ketik sembari mendengarkan ceramah Gus Iqdam pada haul akbar kedua orangtuanya Soimah di Pendapa Tulungo Bantul. Tentu saja saya mendengarkan sembari sesekali diselingi menonton riuh jamaahnya di kanal YouTube.
Supaya tidak penasaran dengan prakata yang saya buat, naskah prakata tersebut saya lampirkan di bawah ini. Silakan dibaca dengan khidmat.
*********
Prakata
Selamat datang di taman karya, sebuah karya persembahan dari siswa-siswi SDIT Baitul Quran. Buku yang dengan sadar dirancang untuk membuat satu gebrakan baru di lingkungan sekolah. Satu target yang sekonyong-konyong “diupayakan” terealisasi di penghujung semester ganjil. Jika dianalogikan upaya itu laiknya manusia yang berlari kencang dan tidak betah dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang; Min adzulumati ilannur. Satu keniscayaan yang senantiasa dikejar manusia.
Terbitnya buku ini merupakan bukti nyata adanya perubahan sekaligus beranjak dari keadaan awam yang monoton dan tidak menghasilkan jejak-jejak peradaban. Padahal khalayak umum menemukan penulis berkubang dalam dunia pendidikan yang lekat dengan budaya literasi: membaca, memahami dan menulis. Satu budaya yang tidak dapat dipisahkan dalam realisasi kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah namun masih saja “mandul”. Mandul dalam artian tidak mencapai kultuminasi dari proses menggeluti dunia literasi: nihil akan publikasi karya dan tidak produktif. Jika pun menulis, yang demikian itu hanya ditunaikan dalam rangka menggugurkan tugas sebagai siswa. Tidak kurang dan lebih.
Tersodornya buku antologi perdana siswa-siswi SDIT Baitul Quran kehadapan segenap pembaca sejatinya tidak lepas dari komponen penting yang bersifat esensial: Pertama, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt., berkat rahmat dan nikmat-Nya buku antologi Simponi Kata ini dapat terselesaikan sesuai target. Tanpa rahmat dan nikmat kesempatan yang telah dianugerahkan tersebut kiranya buku ini sukar bahkan tak akan pernah terwujud. Terbit dan dapat dinikmati oleh segenap pembaca.
Kedua, menunjukkan validitas support system yang akurat. Tak dapat dipungkiri bahwa projek penulisan buku antologi ini bersifat instruktif-struktural. Ide kreatif muasal (the first creator) dicanangkan oleh kepala sekolah. Lantas ide itu ditawarkan sekaligus direspon baik dewan guru, sehingga dalam implementasi proses penulisan dan penyusunan buku ini banyak berlambar pada tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing wali kelas. Wali kelas memberi contoh, mengarahkan dan mengawal lahirnya karya demi karya siswa hingga dikumpulkan ke atas meja kepala sekolah. Selanjutnya seluruh karya siswa yang terkumpul dipilah secara selektif, diketik dan disunting mandiri hingga mewujud naskah utuh. Semua proses yang telah dilalui tersebut tentu membutuhkan gotong royong dan sinergi yang baik.
Sementara poin pamungkas yang tak kalah penting adalah terbitnya buku ini menujukkan adanya potensi dan kemauan literasi dalam diri siswa. Potensi dan kemauan adalah modal penting untuk menapaki proses selanjutnya. Tanpa modal tersebut tampaknya akan musykil karya puisi dan pantun siswa dapat terkumpul menjadi naskah utuh dan dapat diterbitkan menjadi buku yang layak dibaca. Buku yang berisikan 23 puisi dan 32 pantun ini merupakan produk nyata dari ghirah penerapan melek literasi dalam kebijakan kurikulum merdeka di lembaga. Tentu harapannya, penerapan kebijakan itu akan kian menemukan momentumnya yang terbaik sehingga benar-benar melejitkan tingkat kecintaan literasi siswa dan membuahkan karya yang tidak terhingga.
Akhirnya, selamat menikmati dan berwisata ke taman karya yang penulis persembahkan. Mudah-mudahan Anda menemukan secercah mutiara hikmah dan inspirasi yang berharga sehingga dapat mengetuk hati, mencerahkan pikiran sekaligus menggerakan jari-jemari Anda. Bergerak, berdampak dan memberikan perubahan positif yang signifikan untuk peradaban pengetahuan adalah impian penulis. Mari menjadi bagian rantai peradaban pengetahuan melalui karya yang dipersembahkan. Terlebih, menanamkan kecintaan terhadap literasi ke masing-masing generasi adalah tugas mulia seorang pendidik dan yang terdidik.
Tulungagung, 2 Desember 2023
Penulis
*****
Secara sengaja prakata itu saya buat universal. Tidak begitu concern terhadap bagaimana isi dan kualitas satu demi satu karya yang termuat di dalamnya. Adalah sesuatu hal yang wajar saya kira jika memulai berkarya dari sesuatu hal yang dipersepsikan mudah. Mudah ditulis, dikerjakan dan jadi. Meski kemudian label mudah itu pun sekadar terkonfirmasi sempurna dalam dunia ide, sukar dalam aksi nyata.
Yang demikian dibuktikan dari bagaimana puisi dan pantun yang diciptakan oleh siswa-siswi. Bahkan jikalau ditilik lebih lanjut hasil karyanya ya begitu. Begitu-begitu saja yang harus banyak dikoreksi, diedit dan diapresiasi tinggi. Bagaimana pun kecintaan terhadap literasi ini harus digalakkan secara dini. Salah satu cara yang ampuh bagi saya ya dengan memicu kesadaran, potensi dan kemampuan literasi dengan menerbitkan buku antologi.
Siapa tahu setelah dilaunching buku antologi ini ghiroh berliterasi siswa-siswi akan semakin menyala, melejit dan produktif dalam melahirkan karya demi karya selanjutnya.
Tulungagung, 2 Desember 2023
Komentar
Posting Komentar