Manusia adalah makhluk sosial. Ya... betul demikian, makhluk yang tidak mampu mandiri dalam relasi memenuhi kompleksitas kebutuhannya. Entah itu kebutuhannya yang bersifat jasmaniah atau pun ruhaniah. Entah itu kebutuhannya yang terkategorikan personal polarisasi-kontinuitas atau pun komunitas makro-kompleksitas. Bukankah manusia secara pribadi haruslah menyadari tentang adanya keberagaman dalam aspek realita kehidupan? Baik itu keragaman dalam aspek sosial, agama (spiritualitas), budaya dan lain sebagainya. Adakalanya di saat-saat tertentu, intropeksi pun menjadi sesuatu hal penting yang mesti dilakukan dan diperhatikan. Dalam artian, berperan sebagai jalan untuk mencapai hal yang bersifat keposiitifan. Mencari tujuan lokus pasti, fokus-terarah dan terkendali. Tentu saja dalam rangka memahami diri sebagai subjek yang kapabel akan hadirnya kemungkinan-kemungkinan kompleksitas secara pribadi yang terus-menerus mebayang-bayangi. Sehingga dengan kehadirannya, manusia pun tidak...
Mari merawat akal sehat dengan disiplin membaca, mengambil hikmah dan menggoreskan pena.