Anatomi
Buku
Judul Buku :
Filsafat Islam
Penulis :
Dr. Maftukin, M.Ag
Penerbit :
Teras
Kota Penerbit :
Yoyakarta
Tahun Terbit :
Cetakan I, 2012 Tebal : Hlm. viii + 244
Harga : Rp.3.5000
Para Mutiara Islam
Latar penyusunan buku ini
awalnya dibuat hanya untuk kepentingan tugas sebagai dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Islam, akan tetapi penulis beranggapan bahwa mata kuliah filsafat
islam ini bukan sesuatu pembahasan yang mudah dan sederhana. Untuk itu, penulis
menyusun buku ini dengan harapan dapat mempermudah dan menstrukturkan materi
perkuliahan filsafat islam, sehingga mahasiswa mampu menguasai
mata kuliah ini dengan baik.
Di dalam buku ini memuat tentang filsafat
islam. Yang pada umumnya filsafat diidentikan dengan sudut pandang dari barat,
namun dalam buku ini penulis membahas filsafat dari sudut pandang Islam. Pada bab
pertama, membahas mengenai Filsafat secara umum yang kemudian dilihat dan
dikaitkan dengan islam. Secara singkat filsafat adalah cinta akan kebijaksaan. Dalam
bahasa Arab selain kata falsafah digunakan juga kata al-hikmah, kata ini
mempunyai arti pembicaraan yang sesuai dengan kebenaran, filsafat, kebenaran
akan sesuatu, keadilan, ilmu pengetahuan, dan kebijaksanaan. Kemudian dari
definisi tersebut mulailah bermunculan definisi filsafat dari tokoh muslim diantaranya Ibn Shina dalam kitabnya Risalah
al-Tabi’iyat, Al-Kindi, Al-Farabi dalam kitabnya Al-Jam’ Bain Ra’yai
Al-Hakimain, dan Ibn Rusyd. Obyek filsafat islam yang menjadi kajian ialah
mencakup semua benda dan semua yang hidup. Adapun kaitannya ilmu filsafat
dengan ilmu-ilmu yang lain yaitu ilmu kalam, ushul fiqh, dan tasawwuf, ialah
mengenai pembahasan filasafat tersebut. Kemudian pada bab keduanya membahas
mengenai sejarah filsafat dalam tradisi
pemikiran islam, yang didahului oleh pengantar menuju filsafat islam, dalam
pengantar ini menjelaskan bahwa filsafat islam dibangun atas pondasi filsafat Yunani,
sehingga bahan-bahan yang digunakan dalam menformulasikan sistemnya adalah
sebagaimana bahan-bahan yang digunakan dalam menformulasikan filsafat yunani. Namun
bukan berarti filsafat islam sama persis dengan filsafat Yunani. Selanjutnya
membahas perjumpaan kebudayaan islam dengan kebudayaan Yunani/Persia,
perjumpaan antara kebudayaan itu (Yunani/Persia vs islam) lebih bersifat
apropriasi daripada asimilasi-resepsi. Setting kebudayaan menjelang islam
apropriasi, proses ini dimulai dengan menerjemahkan/metransmisikan karya-karya kebudayaan yunani (ilmu alam,
matematika, astronomi, geografi, kedokteran dan filsafat) yaitu dengan
mensyarahkan bahasa Yunani, yang banyak mendapat bantuan dari orang-orang Suryani
dan orang Kristen Nestoria, yang terjadi pada masa khalifah bani Abbasiyah yang
kelima yaitu Harun Al-Rosyid (786 M). Kemudian model proses naturalisasi
kebudayaan Yunani/Persia-islam, proses ini meliputi tiga tahapan, yaitu; tahap pertama,
lewat penerjemahan dari bahasa yunani dan Syria ke dalam bahasa Arab. Tahap kedua,
bermunculannya sejumlah besar pemikir muslim yang piawai dan berkomitmen penuh
terhadap pandangan hellenistik tentang alam materi dan pikiran. Terakhir tahap
ketiga, adalah aplikasi filsafat, tipe pemikiran dan wacana (discourse) yang
terdapat dalam tahap kedua kedalam konteks kalam, hingga muncul dokter, faqih,
astronom, astrolog, muwaqqit dan matematikawan. Dilajutkan dengan persiapan
berfilsafat bagi kaum muslimin, dan diakhiri dengan islam serta filsafat
yunani. Pada bab ketiga membahas tentang para filosof muslim di dunia islam di
belahan timur, diantaranya; Al-Kindi, yang mempunyai nama lengkap Abu Yusuf
Ya’qub Ibn Ishaq Al-Sabbah Ibn Isma’il Ibn Al-Asy’aits Ibn Qais al-kindi,
beliau lahir di Kufah tahun 185 H/801 M. Karya-karyanya lebih dari 230 buah ini
termuat dalam kitabnya al-Fihrits, filsafat bagi Al-kindi ialah pengetahuan
tentang yang benar, pada titik inilah terlihat persamaan antara filsafat dan
agama. Dalam menyelidiki sumber-sumber pengetahuan ia menyebutkan ada tiga
macam pengetahuan, yaitu pengetahuan inderawi, rasional, dan Isyraqi, ia juga
berfilsafat mengenai metafisika, jiwa, dan etika. Kedua Al-Farabi, yang
mempunyai nama lengkap Abu Nasr Muhammad Al-Farabi, ia lahir di Wasij, suatu
desa Farab (Transoxania)pada tahun 870 M. Ia berfilsafat mengenai Emanasi, ia
mencoba menjelaskan bagaimana yang banyak bisa timbul dari yang satu. Beliau
juga berfilsafat mengenai kenabian yang dihubungkan erat dengan teori politik. Ketiga
Abu Ali Husaein Ibn Abdillah Ibn Shina, yang lebih dikenal dengan Ibn Shina,
lahir di Afsyana pada tahun 980 H/1037 M. Ia berfilsafat mengenai jiwa,
menurutnya jiwa terbagi tiga, yaitu jiwa tumbuhan, hewan, dan jiwa manusia. Kemudian
mengenai wahyu dan nabi serta wujud. Keempat Ibn Miskawaih, lahir di Ray
(Teheran), namun mengenai tahunnya para penulis menyebutkan berbeda-berbeda,
MM. Syarif menyebutkan tahun 320 H/932 M. dan wafat pada 9 Syafar 421 H/16
Februari 1030 M. Beliau filosof yang memusatkan perhatiannya pada etika islam. Beliau
berfilsafat mengenai metafisika yang pembahasannya mencakup tentang bukti
adanya Tuhan pecipta, jiwa dan teori evolusi. Kemudian dasar-dasar etika,
kematian, dan politik. Kelima Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazali,
lahir di kota Ghazaleh pada tahun 1059 M. Beliau mempelajari filsafat untuk
menyelidiki pendapat-pendapat para filosof, yang awalnya didorong dengan
perasaan syak atas argumen-argumen yang dilontarkan para filosof, apakah itu
benar atau tidak. Sehingga pada waktu inilah ia mengarang buku Maqasid Al-Falasifah
(pemikiran kaum filosof). Namun dengan jalan tasawwuf, ia dapat menghilangkan
rasa syak yang lama mengganggu dirinya. Dalam tasawwuf, ia memperoleh keyakinan
yang dicarinya, yaitu pengetahuan mistik, yang diturunkan Tuhan kepadanya. Sehinnga
ia tidak percaya pada filsafat, bahkan memandang filosof-filosof sebagai ahl
al-bida’ yaitu tersesat dalam beberapa pendapat mereka. Dalam kitab
karangannya Tahafut Al-Falasifah, ia menyalahkan sepuluh pendapat filosof, yang
tiga dari sepuluh pendapat tersebut menurut ia membawa kepada kekufuran, yaitu;
alam kekal dalam arti tidak bermula, Tuhan tidak mengetahui perincian dari
segala yang terjadi di alam, dan pembangkitan jasmani tidak ada. Ia juga
menggolongkan manusia menjadi tiga golonan yaitu; kaum awam, kaum pilihan dan
kaum ahli debat. Keenam Syihab al-Din Suhrawadi, lahir di Suhrawad, Persia
Barat tahun 549 H/1153 M. Ia menkonstruksi
metodologi pemikirannya dengan memadukan pemikiran tradisional dengan
hermetisme serta filsafat Pythagoras, Plato, Aristoteles, Zoroaster, dan
berbagai unsur lainnya. Ia berfilsafat mengenai Isyraqiyah (iluminasi). Dan
yang terakhir Mulla Sadra, nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ibrahim bin
Yahya Al-Qawami Al-Syrazi, yang bergelar “Sadr Al-Din”, lahir di Syraz sekitar
tahun 979 H/1571 M. Ia berfilsafat mengenai kesempurnaan jiwa manusia melalui
pengetahuan terhadap realitas segala sesuatu yang ada sebagaimana adanya
(Al-Hikmah Al-Muta’aliyah), dan mengenai jiwa. Pada bab berikutnya membahas mengenai para filosof muslim di dunia
islam belahan barat (eropa), yaitu Ibn Tufail yang mempunyai nama lengkap Abu
Bakr Muhammad Ibn Abd Al-Malik Ibn Muhammad Ibn Tufail (Latin Abubacer) lahir
di Wadi Ash atau di Codix atau di Qadis, di sebelah Timur laut Granada pada
awal abad ke 12 M. Ia merupakan seorang ahli pikir kefilsafatan dari Dinasti Al-Muwahhid di Spanyol. Karyanya
yang monumental ialah Risalah Hayy Ibn Yaqzan. Ia berfilsafat tentang
Tuhan, dunia (kosmologi), akal dan wahyu, epistemologi, dan tentang derajat intelektual
manusia. Kedua Abu al-Walid Muhammad Ibn
Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd, yang lebih dikenal denagan sebutan Ibn Rusyd. Ia
lahir di Cordova pada tahun 520 H/1126 M. Ia berasumsi bahwa kebenaran agama
dan kebenaran filsafat adalah satu. Karyanya yang terpenting yang berhubungan
dengan filsafat adalah Tahafut al-Tahafut, kitab ini ditulis untuk
menyanggah kitab Tahafut al-Falasifah karyanya Al-Ghazali, dan ini
merupakan pembelaan yang dilakukan Ibnu Rusyd terhadap para filosof, jawaban
Ibn Rusyd terhadap kritikan Al-Ghazali memuat tiga hal, yaitu; ucapan mereka
tentang qadimnya alam, Tuhan tidak mengetahui juz’iyat dan membatalkan pendapat
mereka yang mengingkari adanya hari kebangkitan jasmani. Pada bab terakhir ini membahas
tentang dua filosof islam yang kontemporer, yaitu; Pertama Seyyed Hossein Nasr,
ia lahir di Iran pada tanggal 7 April 1933. Metodologi pemikirannya terdiri dari;
filsafat perenial (perennial philosophy) yang selalu membicarakan tentang
adanya “yang suci” (The Sacred) atau “yang satu” (The One) dalam seluruh
manifestasinya, seperti dalam agama, filsafat, sains, dan seni, pendekatan sejarah
dan pendekatan sufisme. Seyyed Hossein Nasr mempunyai visi dalam keemasan
perennial yaitu; problematika manusia modern, sufisme, sains, ilmu pengetahuan
dan seni. Tokoh yang terakhir ialah Jalaludin Rakhmat, ia lahir di Bandung pada
tanggal 29 Agustus 1949. Adapun pemikiran Jalaludin Rakhmat diantarannya mengenai; islam sosial dan
intelektual, islam dan transformasi struktur sosial, rekonstruksi ilmu-ilmu
keislaman, perubahan mentalitas individual dengan institusional dan islamisasi
sain serta teknologi.
Dengan membaca sekaligus
memahami isi buku ini, kita dapat mengetahui manfaat yang sebenarnya, yang
menjadi motivasi dan mutiara bagi kaum muslimin khususnya bagi para mahasiswa,
yakni bahwa umat islam juga mempunyai tokoh-tokoh yang mampu melahirkan
ilmu-ilmu yang belum terfikirkan sebelumnya. Sehingga ini membuktikan bahwa
umat islam tidak kalah pandainya dengan bangsa barat.
Setiap suatu karya pasti tidak lepas dari kata kelebihan
dan kelemahan, begitu pula dengan buku filsafat islam ini. Pertama mengenai kelebihan buku ini, diantaranya; setiap
pengutipan dari buku lain disertai dengan footnote yang lengkap, sehingga
memudahkan pembaca untuk melacak atau membuktikan kebenarannya. Tulisannya juga menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
berbahasa, meskipun ada kosa kata yang belum sesuai. Kedua mengenai kelemahan
buku ini, diantaranya; adanya penempatan kata sambung/konjungsi yang kurang
tepat dan menumpuk, serta adanya sebagian kalimat yang hilang dalam pembahasan,
sehingga membingungkan pembaca.
Komentar
Posting Komentar