Langsung ke konten utama

Mengamati Proses Pembelajaran Mengaji di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung

Harus ditegaskan di awal, bahwa tulisan ini adalah edisi lanjutan dari postingan sebelumnya.

***

Tahapan kedua, stretching (peregangan), olahraga mulut dan olah vokal. Dalam stretching terdapat beberapa anggota tubuh yang digerakkan. Mulai dari kepala, tangan hingga kaki. Mulanya peregangan dimulai dari kepala. Untuk urutannya: satu, mendongakkan kepala dan kedua tangan mendorong dagu. Dua, kepala dipatahkan ke samping kanan, dan tangan kanan melingkari kepala menyentuh telinga bagian kiri. 

Tiga, kepala dipatahkan ke samping kiri, dan tangan kiri melingkari kepala hingga menyentuh telinga bagian kanan. Empat, menganggukkan kepala ke bawah dan ke atas dengan irama masing-masing dua kali. Hal itu dilakukan sebanyak delapan kali. Lima, gerakan dinamis mematahkan kepala ke samping kanan dan kiri dengan hitungan masing-masing dua kali. Hal itu dilakukan sebanyak delapan kali. 

Selanjutnya perenggangan kedua tangan. Satu, tangan kanan dibentangkan ke depan dan posisi telapak tangan menghadap ke depan. Lantas tangan kiri menggenggam semua jari tangan kanan. Posisi itu ditahan sampai dengan hitungan delapan. Dua, tangan kanan masih terbentang, pergelangan tangan ditekuk ke bawah. Punggung telapak tangan digenggam oleh tangan kiri. Posisi itu ditahan sampai hitungan delapan. Hal yang sama juga berlaku untuk tangan kiri. Tiga, tangan kanan dibentangkan miring ke sebelah kiri, sementara pergelangan tangan kiri diletakkan tepat di otot bisep tangan kanan.  Begitu juga untuk tangan kiri. 

Empat, kedua tangan direkatkan dengan memasukkan masing-masing lima buah jari pada celah jari lainnya (jari tangan kanan dimasukan pada celah jari tangan kiri). Kemudian kedua tangan dibentangkan ke depan dengan posisi tubuh yang tegak. Lima, kedua tangan masih direkatkan dan dibentang ke depan, namun posisi badan condong rata ke depan. Enam, posisi badan masih condong rata ke depan sementara tangan yang masih direkatkan dibentangkan ke bawah. Sejajar dengan punggung telapak kaki. 

Tujuh, tangan masih direkatkan, lantas dibentangkan ke atas. Sehingga menyerupai bentuk huruf kapital I. Posisi tukai kaki diangkat, sehingga hanya bertumpu pada bagian depan telapak kaki. Delapan, kaki kembali normal dan tangan yang masih direkatkan dibentangkan ke samping kanan. Posisi badan condonng ke samping kanan. Sembilan, masih dalam posisi yang sama, namun selanjutnya dicondongkan ke samping kiri. 

Ganti gerakan. Sepuluh, kedua tangan dibentangkan kemudian masing-masing jemari digerakkan secara dinamis. Seperti ritmis gerakan memeras. Sebelas, kedua tangan dibentangkan ke atas dengan ritmis gerakan memeras. Dua belas, masing-masing tangan dibentangkan ke samping, lantas digerakkan dengan ritmis memeras. Semua gerakan tersebut ditahan sampai hitungan delapan. Saat melakukan gerakan tersebut, posisi kedua kaki agak dibuka lebar.

Berikutnya dilanjutkan dengan olahraga mulut. Satu, lidah diangkat sampai menyentuh langit-langit mulut. Dua, lidah ditahan pada bagian bawah mulut. Sehingga sejajar dengan gigi. Tiga, lidah diserongkan ke samping kanan hingga menyentuh bagian dalam pipi. Empat, lidah diserongkan ke samping kiri hingga menyentuh bagian dalam pipi kiri. Lima, lidah dimasukan ke dalam celah bibir bagian bawah hingga menutupi gigi bagian bawah. Enam, ujung lidah diputarkan mengitari bagian dalam dari bibir, dimulai dari arah kanan. Tujuh, lidah masih diputarkan namun dari arah sebelah kiri. Terakhir, kedua bibir digetarkan seperti keluar bunyi. Masing-masing gerakan dilakukan sampai hitungan delapan. 

Adapun untuk olah vokal hanya fokus menyebutkan tiga huruf Hijaiyah, yaitu A, I, dan U. Satu, menyebutkan huruf A, semua santri diberi kode untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Dihitung terlebih dahulu sampai tiga barulah menyebutkan huruf yang maksud dengan saksama. Dua, untuk menyebutkan huruf I, santri diminta untuk merekatkan kedua sisi gigi dan menarik bibir ke arah samping kanan dan kiri. Dalam aba-aba hitungan ketiga barulah santri memvokalkan huruf I secara bersamaan. Sedangkan untuk menyebutkan huruf U, kedua bibir santri harus mencucu. Setelah masing-masing huruf dilafalkan, barulah ketiga huruf tersebut diucapkan langsung secara bersamaan. Stretching selesai, santri dipersilakan duduk kembali di masing-masing tempat duduk mereka.

Bersambung....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal