Langsung ke konten utama

Inspirasi Setumpuk Tugas

Tatkala setumpuk tugas mulai antri menghampiri diri, dengan serentak tuntutan akan beban, tanggungjawab dan kepercayaan pun mulai merongrong rutinitas yang dijalani. Dengan sadar, diri ini pun harus segera memiliki manajemen waktu dan proporsi keprofesionalan dalam menuntaskan setumpuk tugas yang telah antri menanti.
Mengingat dan mempertimbangkan hal yang demikian, rasa-rasanya diri ini pun harus bersikap fokus dan loyal terhadap apa yang sedang dijalani. Meskipun pada awalnya tidak pernah terbayangkan, entah sejauh mana kefokusan dan keloyalan yang saya miliki. Namun yang saya ketahui selama ini adalah standarisasi, batasan kemampuan yang saya miliki.
Mengingat dan mempertimbangkan hal yang demikian, rasa-rasanya diri ini pun tidaklah pantas bila harus terus mengumbar keadaan diri dalam ketidak jelasan, membiarkan diri terus terjamah oleh rasa malas yang menghanyutkan, dan menaruh perhatian besar pada hal yang tidak begitu dipentingkan. Sehingga dengan sadar, diri ini pun harus segera memangkas rasa malas yang menyelimuti diri. Mulai merangkak, bangit menuju relung dunia tugas yang harus ditelusuri.
Hari demi hari, diri ini pun selalu saya usahakan untuk tetap fokus dan loyal pada tumpukan tugas yang belum tersentuhi. Satu-persatu tugas pun mulai saya jamahi, pelajari, analisis dan ditelusuri. Dengan harapan semua tugas dapat terselesaikan, dimengerti dan dipahami.
Tatkala itu sebuah laptop menjadi andalan yang dipercayai. Di sana pun tidak jarang saya mendapati diri harus berjam-jam menatap layar laptop, (entah mengetik atau sekadar membaca referensi) tanpa peduli akan adanya rule of distance yang perlu dipatuhi.
Tatkala itu beberapa buku yang memadai menjadi andalan referensi. Di sana pun tidak jarang saya mendapati diri harus terbata-bata membaca, dengan penuh kesabaran besimbaku keras mengerti dan memahami penjelasan materi yang tersaji.
Dalam keadaan yang demikian, di satu sisi terkadang diri saya pun menyadari bahwa saya sedang tercerabut, teralienasi dari kehidupan nyata yang sedang saya jalani. Sedangkan di sisi lain, saya pun menyadari akan pentingnya wawasan pengetahuan yang harus dimiliki dalam pergaulan hidup yang harus saya jalani. Dalam kekontradiksian tersebut saya pun masih menyadari bahwa sesungguhnya diri saya sedang mengerjakan setumpuk tugas yang belum terselesaikan dan tersusun rapi.              

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal