Gerakan dua roda kendaraan yang
linier pun tatkala itu menjadi pemula dari tujuan yang dimaksudkan. Deretan
mobil yang tertata, tersusun rapi, nampak jelas memadati halaman depan. Celah-celah ruang
kosong diantara deretan mobil tersebut pun nampak jelas tidak akan mampu
menyelipkan kendaraan yang saya kendarai. Telah menjadi kemungkinan besar bila
halaman gedung instalasi tersebut tidak mampu lagi menampung padatnya
kendaraan, (gumam hati kecil saya setelah melihat keadaan). Akhirnya dengan
penuh kesadaran dan kesabaran saya pun harus mengarahkan alur perputaran roda
kendaraan menuju halaman parkir belakang. Di sana pun nampak jelas deskripsi deretan
kendaraan roda dua yang beraturan.
Tanpa berlama-lama, kedua langkah kaki
yang linier kompak beraturan tatkala itu menggantikan perputaran roda yang
diandalkan. Relung-relung jalan yang telah dipadati kendaraan parkir pun
menjadi alur jalan yang harus kembali ditelusuri. Perjalanan saya menuju ruang
utama instalasi pun tidak menghabiskan waktu yang begitu lama.
Tidak lama kemudian saya sampai
diruangan yang dimaksud. Di dalam ruang tersebut nampak jelas tertata dan
tersusun rapih (dekorasi yang kompleks). Mungkin secara detailnya akan nampak
jelas sekali bila kawan berkunjung ke gedung instalasi Rumah Sakit DR. Iskak.
Namun yang pasti, bila kawan jalan lurus dari pintu utama, di sana pun akan
nampak disambut hangat oleh resepsionis yang siap dan sigap menjamu.
Langkah kedua kaki saya dengan
serentak berhenti. Secara reflek saya mulai menengok ke arah kanan dan kiri,
memastikan ada celah kursi kosong untuk siap ditempati, menunggu istri paman
yang sedang antri.
Dalam keadaan menunggu tersebut,
sesekali saya pun menengadah ke arah tv yang terpasang pas di atas pintu utama.
Sesekali diri saya fokus memerhatikan mereka (para pasien) yang sedang antri, lalu-lalang,
hilir-mudik kesana-kemari, keluar masuk ruangan tersebut. Mereka (para pasien)
yang hadir diruang tersebut pun tidaklah mesti dibatasi oleh usia. Sehingga
mulai dari yang tua, muda, remaja, anak-anak dan bahkan balita nampak jelas
memadati ruangan yang ada tersedia.
Tatkala itu pun diri saya termenung
melihat keadaan yang demikian. Dalam pikiran saya, seakan-akan membuat suatu
kesimpulan yang terkonstruk dalam bentuk pertanyaan, ‘mungkinkah ini cukup
untuk menganalogikan realitas evolusi kehidupan manusia?, yang selanjutnya akan
berimbas pada kultuminasi komparasi antara tingkat mortalitas dan immortalitas
manusia?, dan telah cukupkah keadaan dirumah sakit tersebut mendekripsikan
tingkat ekuilibrium dan ekuivalensi antara usaha (ikhtiar) yang dilakukan
dengan keadaan hidup yang telah didapatkan?, dan reng-rengan pertanyaan lain
yang belum sempat tersebutkan.
Entahlah, entah apa yang sebenarnya
ada dalam benak pikiran saya. Yang pasti tatkala itu saya sadar bahwa
perjalanan hidup manusia di dunia ini sangatlah singkat, mampu terukur oleh
ruang dan waktu. Serta datangnya ajal yang tidak mampu berkompromi dengan
batasan usia (tidak terduga-duga). Tidak hanya demikian, tatkla itu pun saya
sadar bahwa saya sedang menunggu diruang tunggu instalasi rumah sakit.
Komentar
Posting Komentar