Dokpri Anjangsana Tahfidz II 2024
Anjangsana Tahfidz adalah salah satu program semesteran SDIT Baitul Qur'an. Semester genap tahun akademik 2023/2024 ini Anjangsana Tahfidz dihelat di Minggu keempat bulan Januari (27/1/24). Sebenarnya tanggal itu telah mundur dari jadwal agenda kegiatan sebagaimana hasil rapat kerja (raker) tahunan sekolah. Jika sesuai run down, seharusnya Anjangsana Tahfidz dilaksanakan pada Minggu ketiga Januari (19/1/24), akan tetapi karena pihak panitia pelaksana bentrokan dengan ini dan itu akhirnya diundur hingga Minggu keempat.
Yang demikian itu tentu adalah opsi terbaik bagi berbagai pihak, mengingat sukses tidaknya kegiatan banyak bergantung pada kinerja panitia. Tanpa kesediaan dan tanggung jawab panitia penyelenggara, Anjangsana Tahfidz tidak akan pernah terlaksana. Disadari atau tidak, bagaimana pun sepak terjang, masalah teknis dan konsep acara dirumuskan sedemikian rupa berdasarkan kesepakatan dan kesepahaman di antara panitia. Selebihnya, kritik dan saran dimusyawarahkan bersama di dalam forum rapat.
Dalam forum rapat (24/1/24) didedah Anjangsana Tahfidz digelar di dua tempat, yakni kediaman Ananda Daffa (kelas 3) dan Ananda Alfa (kelas 6). Lokasi pertama terletak di kelurahan Jepun. Tepatnya berseberangan dengan bekas pabrik roko Rejopentung. Sedangkan lokasi kedua, terletak di Dusun Patik, Desa Batangsaren, Kecamatan Kauman. Masing-masing kedua lokasi tersebut menampung 3 kelas: Kelas bawah dan kelas. Begitu juga dengan jumlah gurunya yang dibagi secara rata.
Hari pelaksanaan tiba. Pukul 7.00 WIB semua partisipan standby di lokasi acara. Semua serempak mengenakan pakaian serba putih. Yang membedakan satu sama lain hanya soal label peci, sarung dan jilbab. Semua kendaraan guru di parkir rapi di halaman kediaman shohibul hajat.
Acara dimulai dengan mendirikan salat duha berjamaah dan melafalkan Asamaul Husna dengan serempak. Salah seorang siswa yang dipersepsikan cakap ditunjuk sebagai imam salat. Seperti tradisi biasanya, bagi kelas bawah seluruh bacaan salat dibacakan secara jahr. Ketentuan ini untuk meninjau sharih dan hafal tidaknya seluruh doa bacaan salat. Tentu tradisi ini berbeda dengan siswa kelas atas yang rata-rata telah baligh jika ditinjau dari sisi usia. Mereka mendirikan salat seperti pada umumnya.
Selepas itu baru diselipkan sambutan dari kepala sekolah atau yang mewakili. Adapun poin-poin penting wejangan yang disampaikan tidak jauh-jauh dari adab dan motivasi bagi seorang hufaz. Termasuk mewanti-wanti para siswa untuk mengikuti kegiatan dengan khusyuk, serius dan tidak bermain sendiri dengan masing-masing kelompoknya. Penyampaian wejangan itu sekitar 5-10 menit. Tidak lebih dan kurang.
Setelah dirasa cukup, barulah para siswa diarahkan untuk membentuk halaqah sesuai dengan grup tahfidz masing-masing. Setiap 1 grup dibimbing seorang asatidz. Satu grup tidak lebih menghimpun 20-25 orang siswa. Pembagian grup halaqah sesuai dengan seberapa banyak jumlah hafalan siswa. Di samping, seberapa berkualitas hafalan masing-masing siswa.
Fokus Utama Anjangsana Tahfidz
Terdapat beberapa fokus yang ditempa dalam perhelatan Anjangsana Tahfidz, di antaranya: muroja'ah, tahsin dan ziyadah hafalan serta membangun kerukunan antarsiswa, antarguru dan wali santri. Semuanya berusaha mengasah keterampilan interaksi sosial di antara sumber daya manusia yang ada di lembaga pendidikan SDIT Baitul Qur'an.
Sesuai dengan tajuk kegiatan, tiga poin di atas memang fokus utama yang terus digalakkan mengingat labelitas lembaga identik dengan tahfidz. Muroja'ah, tahsin dan ziyadah hafalan merupakan makanan setiap hari para siswa. Lantas, apa perbedaan Tahfidz di sekolah dan kegiatan Anjangsana Tahfidz? Perbedaan mendasarnya ya terletak pada poin ketiga, tentang membangun kerukunan.
Jika setiap hari para santri hanya berkutat di dalam kelas maka dalam kegiatan Anjangsana Tahfidz bertandang ke rumah salah seorang siswa. Tidak sekadar bertandang sekadar izin bertamu, melainkan membangun interaksi sosial antarsiswa. Baik sesama teman kelas atau pun lintas kelas. Momentum kebersamaan dan keharmonisan antarsiswa itu yang menjadi barang mahal.
Kenapa mahal? Sebab, momentum anjangsana ini berusaha memangkas bahkan meniadakan budaya negatif yang mengakar rumput di kalangan para siswa. Semisal, budaya bullying (baik verbal atau pun tindakan), permusuhan dan senioritas serta premanisme. Tentu budaya negatif itu sangat familiar dan kerap kita temukan dalam kehidupan sehari-hari di dunia pendidikan.
Dengan adanya kegiatan anjangsana tahfidz, budaya negatif tersebut tentu akan semakin memudar, ditinggalkan dan tergantikan dengan budaya positif yang menjanjikan perbaikan. Lokus amar makruf nahi mungkar dan fastabiqul khoirot menjadi orientasi yang berusaha diamalkan secara saksama.
Siswa yang mulanya tidak akrab akan saling mengenal dan memahami. Siswa yang mulanya berkoloni akan beranjak menjadi kolaborasi. Pun begitu juga dengan para siswa yang awalnya mengandalkan kerja personal (antisosial, kikuk dan teralienasi) akan bertransformasi menjadi kerjasama yang terafirmasi. Bukan tentang soal perjuangan personal yang bersifat egosentris karena hendak dikenal sebagai pahlawan, melainkan kerjasama untuk menuai efektivitas sebagai tim work.
Hanya dengan cara membumikan kerja cerdas sebagai tim work tali silaturahmi dan karakterisasi masing-masing siswa dapat terbentuk secara matang dan merata. Siapa kira, sikap sabar, kedewasaan dan kedisiplinan serta Kerukunan di antara mereka banyak ditempa melalui momentum seperti ini. Di samping, tasamuh dan tafahum di antara para siswa yang terus digalakkan setiap waktu oleh dewan asatidz.
Tulungagung, 12 Februari 2024
Komentar
Posting Komentar