Langsung ke konten utama

Jejak Kunjungan Produksi di Pabrik Tempe Murni Surya

 

Dokpri siswa sedang menata kacang kedelai ke dalam cetakan

Kunjungan produksi adalah salah satu program outing class yang dimiliki SDIT Baitul Qur'an Mangunsari Tulungagung selain kunjungan studi, outbound, perkemahan Jumat Sabtu (Perjusa) dan class meeting. Dalam kunjungan produksi para siswa diarahkan untuk mempelajari dan memahami--melalui observasi partisipatif--sesuatu secara langsung. Langsung sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Praktisi pendidikan menyebutkan  model itu dengan belajar berbasis learning by doing.

Belajar berbasis learning by doing di satu sisi menjadi penting. Mengapa demikian? Sebab melalui pembelajaran model ini para siswa berusaha untuk keluar dari zona nyaman. Mendobrak persepsi bahwa belajar tidak sekadar soal berdiam diri di dalam kelas. Seakan-akan ruangan kelas adalah tempurung yang tak dapat terkelupas. Bahkan, bisa jadi, bagi anak yang memiliki kecerdasan kinestetik ruang kelas hanya menjadi tembok penghalang untuk melakukan eksplorasi dan melukiskan ekspresi diri yang tidak terbatas.

Lain halnya dengan siswa yang memiliki kecerdasan literasi dan visual, mereka akan lebih nyaman menjadikan kelas sebagai laboratorium pembelajaran. Bagi mereka kelas adalah ruang sakral transaksi ilmu pengetahuan. Rumah di mana siswa-siswi berlindung dari ganasnya kebodohan. Tempat semua siswa menaruh kerinduan atas tetes ilmu pengetahuan. Menimbanya, lantas berlabuh dalam hati dan akal pikiran.

Berbeda dengan kunjungan produksi di tahun sebelumnya yang berkunjung ke CV. Intan Jaya selaku sentra produksi kerupuk rambak, Selasa (27/1/24) penghujung bulan Januari, siswa SDIT Baitul Qur'an bertandang ke pabrik Tempe Murni Surya. Pabrik tempe ini terletak di Jl. KH. Abu Manshur RT 05/RW 02 Mangunsari, Kedungwaru, Tulungagung. Sekitar 400 meter dari sekolah. Jika merujuk pada alokasi waktu yang ditampilkan google maps maka cukup 5 menit untuk jalan kaki sampai di sana.

Mulanya, satu Minggu sebelumnya kami (panitia penanggungjawab dan saya) sowan terlebih dahulu untuk memastikan kesediaan tempat, hari dan pengondisian siswa. Sowan ini penting dilakukan untuk koordinasi di antara kedua belah pihak sehingga menuai kesepahaman dan kesepakatan bersama. Termasuk berapa akomodasi yang dibutuhkan, durasi dan alur kegiatan serta seperti apa teknis di hari H. Sedetail mungkin informasi kami korek guna menghindari fatalitas dalam perhelatan kegiatan.

Dari sowan tersebut dituai beberapa kesepakatan, di antaranya: pelaksanaan  Selasa, 30 Januari 2024, kegiatan dimulai pukul 8.30 WIB, dan siswa-siswi akan dibagi menjadi 3 sesi mengingat kuantitas ruangan yang terbilang terbatas. Sebagai penyempurna, kami memesan 115 buah tempe setengah jadi. Rencananya, setelah kunjungan produksi berakhir, sebagai cendera mata masing-masing siswa akan memperoleh satu tempe. Tentu saja, yang demikian itu adalah lebih baik dan menyenangkan.

Pelaksanaan Kegiatan 

Hari pelaksanaan kunjungan produksi tiba. Para siswa mula-mula melaksanakan pembiasaan pagi: salat Duha dan melantunkan Asamaul Husna. Selebihnya mereka dikumpulkan di halaman sekolah untuk melakukan pengarahan dan perenggangan otot. Terpantau, Ustadz Fadil bertugas sebagai pemberi komando dengan setelan pakaian necisnya. Lengkap dengan topi hitam yang menutupi kepala. Momentum itu sempat diabadikan melalui foto yang di-share di WhatsApp Group (WAG) sekolah.

Tak lama dari itu, para siswa mulai menuju pabrik Tempe Murni Surya dengan berjalan kaki. Para siswa menyusuri jalan raya dengan didampingi oleh wali kelas (umum dan Tahfidz) masing-masing. Kurang 20 meter dari pabrik riuh suara para siswa begitu jelas mewarnai sepanjang jalan. Riuh itu semakin keras seiring tampak batang hidungnya ke muka.

Sesampainya di depan pabrik, Ustadz Lazim memberikan arahan terkait pembagian sesi kelas kunjungan ke dalam pabrik. Ditegaskan, kunjungan produksi kali ini dibagi 3 sesi: sesi pertama gabungan dari kelas 5 dan 6, sesi kedua terdiri dari kelas 4 dan 2, sementara sesi ketiga melibatkan kelas 3 dan 1. Pembagian sesi ini berdasarkan kuantitas siswa masing-masing kelas. Di samping penugasan kelas 5 dan 6 untuk mencatat tahapan dan alur dalam pembuatan tempe secara tuntas.

Masing-masing sesi kunjungan berjalan dengan lancar. Selama kunjungan, para siswa didampingi oleh salah seorang karyawan pabrik. Karyawan itu menjelaskan tentang bahan, proses dan alur serta media pembuatan tempe secara gamblang. Di saat kunjungan produksi berlangsung, para karyawan pabrik lain tetap fokus dengan tugasnya masing-masing. Keadaan yang demikian tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para siswa. Bahkan beberapa perwakilan dari siswa juga sempat menjajal langsung pembukusan tempe melalui media yang telah disediakan. 

Setelah sesi kunjungan usai, tak lupa para siswa diarahkan untuk berkumpul di depan halaman pabrik. Di depan halaman pabrik itulah para siswa dan guru pendamping berusaha mengabadikan jejak. Mereka berjejer, mengambil posisi foto sesuai dengan tinggi pendeknya badan. Satu dua panitia lapangan sempat sibuk menata posisi. Pabrik sebagai latar belakang utama foto, sementara banner berukuran 1,5 meter x  1 meter terbentang di bagian depan.

Sesi foto selesai, para siswa diarahkan kembali ke sekolah. Di sekolah inilah masing-masing siswa mendapatkan jatah snack dan sepotong tempe setengah jadi. Tempe dengan ukuran seharga Rp. 4.000/potong. Mungkin bisa bayangkan, seperti apa besar dan bentuknya.

Hikmah Kunjungan Produksi ke Pabrik Tempe

Lantas, apa tujuan dan hikmah dari kunjungan produksi di tahun ajar 2023/2024 ini? Ada banyak pembelajaran yang dapat dipetik dari kegiatan kunjungan produksi. Dari sekian banyak pembelajaran itu di antaranya ialah sebagai berikut:

Pertama, mengetahui proses pembuatan tempe secara langsung. Melalui kunjungan produksi ke pabrik tempe ini setidaknya para siswa memahami secara tuntas apa saja bahan pokok dan alur produksi produk. Keterlibatan para siswa langsung di pabrik tentu akan mengurangi tingkat kesenjangan antara teori dan praktik. Walhasil, para siswa akan lebih cepat memahami-tanggap cara pembuatan tempe tanpa terdistorsi atau pun mengalami gagal paham.

Pengalaman keterlibatan langsung tentang cara pengolahan bahan pokok menjadi produk jadi tempe tentu akan menjadi pengetahuan yang jauh lebih kompleks. Kompleks dalam artian jauh lebih berkesan, mengena di hati dan pikiran, serta melekat kuat menjadi kenangan. Berbeda halnya tatkala mereka hanya sekadar belajar memahami cara pembuatan tempe hanya mengandalkan teori di dalam kelas, tentu secara pengalaman, kesan dan sensasi yang didapatkan tidak akan semenarik terjun langsung ke lapangan.

Kedua, mengajarkan peluang bisnis. Di lain pihak, kunjungan produksi ini tidak sekadar menggugurkan agenda kegiatan dan just to know, melainkan turut menyisipkan harapan. Harapan besar kegiatan ini mampu menjadi inspirasi (bekal ide) untuk para siswa belajar berbisnis di masa mendatang. Dengan pengetahuan dan pengalaman detail tentang produk, tidak menutup kemungkinan menginisiasi siswa untuk melakukan eksplorasi dan inovasi mengolah produk tempe yang jauh lebih menarik.

Apakah mungkin? Ya mungkin-mungkin saja. Di masa sekarang mereka menabung berbagai ide dan inovasi mengolah produk tempe tersebut lantas akan mewujudkannya di masa mendatang kelak. Tentu yang demikian itu akan terwujud nyata manakala mereka memiliki kesempatan, kedewasaan dan modal yang cukup. Siapa yang mengira, 20 tahun mendatang akan ada alumni SDIT Baitul Qur'an yang sukses sebagai bisnisman.

Ketiga, mengajarkan cara bekerja. Yang tak kalah penting dari dua poin sebelumnya, kunjungan produksi di semester genap ini hakikatnya hendak meneladani bagaimana orang dewasa bekerja keras. Bekerja keras untuk menafkahi diri sendiri dan keluarga. Mungkin iya hal ini tidak digamblangkan secara eksplisit akan tetapi sepanjang kunjungan produksi para siswa mengamati  bagaimana para karyawan pabrik tempe bekerja.

Melalui pengamatan dan penghayatan yang bersifat mujmal-personal tersebut setidaknya akan menumbuhkan pemahaman bahwa masing-masing mereka tatkala tumbuh dewasa kelak juga harus bekerja. Bekerja apa pun itu, sesuai dengan soft skill dan kemampuannya. Bisa juga berdasarkan hobi yang digemarinya. Kendati sekarang ini mereka belum bekerja dan masih bergantug di ketiak ibu-bapak, namun waktu akan memaksa mereka untuk menjadi dewasa pada waktunya.

Satu waktu masing-masing mereka akan menemukan gunungan jawaban kenapa orang dewasa harus bekerja keras. Bahkan banting tulang siang malam. Menerobos sekat ruang dan waktu. Melampaui jarak dan perpindahan tempat. Termasuk menemukan sisi kenikmatan dalam hiruk-pikuk bekerja keras. Sementara memanjatkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan adalah jalan terbaik menghayati proses hidup.

Adapun hikmah yang terakhir adalah belajar tentang urgensi kedisiplinan. Selain mengajarkan tentang cara bekerja, para karyawan pabrik tempe tersebut sejatinya sedang mengajarkan betapa pentingnya berkehidupan disiplin. Tatkala berperan sebagai seorang dewasa yang sudah bekerja di suatu perusahaan (instansi, institusi atau pabrik) ia harus pandai mendisiplinkan diri. Disiplin dalam mengatur waktu. Mafhum kapan waktu untuk ngopeni urusan domestik, kapan waktunya bekerja.

Sangat tidak elok jika kemudian tatkala mereka bekerja sebagai seorang karyawan di suatu perusahaan namun tidak mengenal waktu secara proporsional. Mencampuradukkan antara urusan domestik di waktu bekerja adalah bentuk kelaliman yang harus ditinggalkan. Mengapa demikian? Sebab sebagai seorang karyawan kita harus menjunjung etika kerja. Harus mafhum perbedaan peran dan keadaan. 

Tulungagung, 6 Februari 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal