(Dokpri Para siswa sedang bermain flying fox)
Jum'at-Sabtu, (2-3/12/2022) SDIT Baitul Qur'an Tulungagung berhasil menghelat kegiatan Tahfidz Camp perdana di Kampung Tani. Salah satu destinasi wisata edukatif yang terletak di jalan Serabah, Serabah RT 01 RW 05, Karanganom, Kauman, Tulungagung Jawa Timur.
Tahfidz Camp merupakan salah satu program rintisan yang baru digelar di penghujung tahun ini. Tepatnya, kegiatan yang digelar satu mingguan menjelang pelaksanaan penilaian akhir semester (PAS) ganjil tahun akademik 2022/2023.
Schedule kegiatan yang berdekatan dengan pelaksanaan PAS ganjil ini beberapa saat sempat memantik kekhawatiran yang terbenam di benak wali santri. Kendati demikian, Alhamdulillah, semua kekhawatiran itu dapat diredam dan mendapat solusi, sehingga kegiatan terlaksana dengan lancar tanpa halangan yang berarti.
Konsep kegiatan Tahfidz Camp sendiri diusung sesuai dengan format namanya. Perpaduan antara pembelajaran Tahfidz dan Pramuka. Pembelajaran Tahfidz fokus menambah dan memuroja'ah hafalan serta dimeriahkan dengan berbagai lomba edukatif. Menyambung dan menebak ayat serta menyebutkan nama surat. Baik sebelum atau pun sesudah dari bagian ayat dan surat tertentu.
Jikalau dikalkulasikan secara proporsional fokus pembelajaran Tahfidz hanya berkisar 40% dari keseluruhan rangkaian kegiatan. 40% lainnya para siswa menghayati peran sebagai anak Pramuka. Berbagai teori yang selama ekstra kurikuler Pramuka dipelajari di dalam kelas diaplikasikan dan diperkuat dalam acara ini. Dari mulai teknik tali temali, kerjasama dan kedisiplinan sebagai sebuah tim sampai dengan belajar adaptasi (belajar mempertahankan diri) selama hidup di alam terbuka.
Ada pun 20% sisanya para siswa melakukan pembelajaran merdeka. Di mana para siswa belajar dari dan sesuai dengan kondisi sekitar yang ada. Masing-masing wali kelas siswa kelas atas: 4, 5 & 6 memiliki model pembelajaran merdeka secara mandiri. Sebagai contoh representatif, pada hari pertama kelas 4 berusaha mengobservasi jenis tumbuhan (tanaman obat, bunga, sayur dan pohon buah) yang tumbuh subur di sekitar destinasi wisata edukatif Kampung Tani.
Sedangkan pembelajaran merdeka pada hari kemah kedua para siswa diintruksikan untuk membuat montase yang berbahan dasar dari beragam bagian tumbuhan yang ada. Tentu saja, bagian tumbuhan yang dimaksud adalah ranting, bunga, daun, buah atau pun pohon yang telah kering. Berbagai anatomi tumbuhan yang sekira dapat dimanfaatkan sebagai bahan karya seni rupa dua dimensi.
Semua bahan montase itu dihimpun dari sumber daya alam yang tersedia di sekitar destinasi wisata Kampung Tani. Kebun, taman, kali hingga sawah. Butuh waktu sekitar satu jam untuk para siswa mendesain, mengumpulkan bahan hingga membentuk karya montase yang sesuai dengan keinginan.
Tema montase yang diusung pun beragam, mulai dari tumbuhan, rumah, istana, buah hingga bentuk dedaunan. Semua rangkaian proses itu didesain menggunakan pensil dan penggaris, dipotong menggunakan gunting, direkatkan dengan lem dan ditempelkan pada kertas HVS A4 yang sebelumnya telah disediakan.
Semua anggota kelompok bekerjasama dan berbagi tugas. Ada bagian yang mendesain, mencari berbagai bahan, memotong dan menempel. Masing-masing anggota kelompok bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. Secara tidak sadar pembelajaran merdeka sesi kedua ini mengajarkan sikap tanggung jawab, kedisiplinan dan kerjasama di antara mereka.
Di lain pihak, hemat saya secara general, dari acara Tahfidz Camp para siswa juga mempelajari secara langsung segala sesuatu dari pengalaman nyata di lapangan. Tidak melulu terpusat pada penerawangan dan mengandalkan kekuatan imajinasi yang umumnya dikembangkan tatkala belajar di ruangan kelas yang terbatas dan tertutup.
Dalam konteks Tahfidz, para siswa diajarkan untuk menghayati peran seorang hufaz, bahwa di mana pun ia berada harus mampu istikamah melanggengkan dan mengimplementasikan Al-Qur'an. Di sini fungsi Al-Qur'an sebagai Hudan kuat-kuat dipancangkan. Bukan sekadar Al-Qur'an yang hanya dihafalkan, melainkan Al-Qur'an sebagai petunjuk atas segala macam problematika hidup. Al-Qur'an sebagai Syifa--obat; tempat pelarian--dari segala bentuk kejengahan hiruk-pikuk duniawi.
Istikamah dan kesetiaan atas Al-Qur'an merupakan salah satu indikator dari seorang hufaz yang baik. Hufaz yang baik akan senantiasa melibatkan Allah SWT dan firman-Nya dalam setiap gerak-gerik. Sehingga aktualisasi dirinya tidak lain adalah representatif dari ayat-ayat Al-Qur'an. Akhlakul Karimah yang terbenam dalam dirinya tidak lain merupakan intisari makna dari Al-Qur'an dan mengikuti Sunnah Rasulullah Saw. Sebutkan saja yang demikian itu dengan manusia Qur'ani.
Manusia Qur'ani sudah barang tentu tidak tumbuh kembang di ruang yang hampa dan serampangan, melainkan harus diselaraskan dengan ruang lingkup keilmuan tentang Al-Qur'an itu sendiri. Mengapa demikian? Sebab ruang lingkup keilmuan tentang Al-Qur'an merupakan tumpuan yang kemudian menjadi rambu-rambu dalam mendekati dan mengakrabi Al-Qur'an. Rambu-rambu yang mendikte seberapa besar kita memahami Al-Qur'an. Al-Qur'an sebagai muara kebenaran yang dapat ditinjau dari berbagai pendekatan dan sudut pandang keilmuan yang mumpuni.
Misalnya saja, kita menafsirkan satu ayat Al-Qur'an tertentu dengan menggunakan pendekatan sosiologi dan sudut pandang hermeneutika tentu akan memiliki tafsiran yang berbeda manakala membedah makna ayat tertentu dengan menjadikan tasawuf sebagai pendekatan dan psikologis sebagai sudut pandang. Belum lagi jika kita memahami Al-Qur'an melalui 'Ulumul Qur'an itu sendiri. Nasih-mansukh, rijalul Qur'an, matan Al-Qur'an, dan lain sebagainya.
Penguasaan dan pemahaman atas ruang lingkup keilmuan tentang Al-Qur'an sangatlah penting dalam diskursus menjadi manusia yang Qur'ani. Sebab yang demikian adalah benteng yang kokoh, bahwa dalam menafsirkan kandungan ayat Al-Qur'an tidak bisa dengan sesuka hati, mengikuti hawa nafsu dan menunggangi kepentingan; terlebih-lebih memonopoli kepentingan golongan tertentu.
Sedangkan dalam konteks Pramuka, Tahfidz Camp bermanfaat untuk melatih perkembangan mental, kreativitas dan kemandirian survival tatkala bertahan hidup di alam sekitar. Pembelajaran itu dimulai dari mendirikan tenda masing-masing kelompok yang dipandu oleh asatidz pendamping, menata barang di dalam tenda, mengerjakan tugas mandiri dan kelompok, ketertiban hingga membangun rasa kebersamaan-persaudaraan sebagai satu regu.
Rasa kebersamaan-persaudaraan sebagai satu regu banyak diuji dalam hal menjalankan tugas harian, tantangan dan mengikuti perlombaan. Tatkala menjalankan salat fardhu berjamaah, mandi, makan bersama hingga menjelang tidur sesama anggota regu harus saling peduli dan memperhatikan. Apakah semua anggota keluarga telah lengkap atau belum. Apakah semua anggota keluarga ada yang mengalami kendala atau tetap dalam kondisi prima.
Begitu pula tatkala menghadapi tantangan dan perlombaan, semua anggota regu saling meyakinkan, menguatkan dan gotong royong dalam berbagai bentuk beban, bahwa dengan bersatu berbagai macam problematika dapat ditaklukkan. Tidak ada yang sulit dan tidak mungkin jika semuanya dikerjakan secara bersamaan dan satu kesatuan. Rasa kebersamaan itu pula yang kemudian menyingsingkan ketakutan, egoistis dan malas yang mendera diri. Semuanya tergantikan dengan sikap berani yang me Hal yang demikian tampak dari sumringah yang melukis wajah mereka.
Tidak hanya itu, di sebagian kegiatan lain Tahfidz Camp juga melatih sikap sabar dan syukur. Misalnya tatkala hendak mandi dan berwudhu untuk menunaikan salat fardhu para siswa harus antre dengan penuh rasa sabar. Sedangkan sikap syukur terindikasikan tatkala mereka mampu menerima setiap menu yang dihidangkan oleh pihak panitia. Apa pun yang disuguhkan mereka santap tanpa pilih-pilih.
Sikap kemandirian juga kental diterapkan dalam acara ini. Jika umumnya siswa harus melipat, memilih dan membedakan antara baju kotor dan bersih oleh orang tua, mandi, makan dan salat harus diingatkan oleh orang tua maka selama perhelatan acara ini para siswa harus mencukupi kebutuhan dasar mereka secara sadar dan mandiri. Apabila di rumah mereka harus tidur dengan kasur yang empuk dan berselimut tebal maka selama kemah mereka harus tidur dengan alakadarnya, itu pun harus berbagi ruang dengan semua temannya.
Terakhir saya harus menegaskan, jika ditinjau dari tugas pokok dan fungsi dari kepramukaan, keberlangsungan kegiatan Tahfidz Camp selama dua hari di Kampung Tani benar-benar berkesan dan mengena. Utamanya dalam membingkai pembelajaran dengan nuansa yang menyenangkan, belajar dari pengalaman hingga membangun kepribadian siswa yang penuh antusias: aktif-partisipatif. Berjalan dengan lancar tanpa adanya keluh-kesah sepanjang kegiatan dan penuh antusias adalah salah satu indikator perhelatan kegiatan ini berhasil.
Komentar
Posting Komentar