Langsung ke konten utama

Kunjungan Studi ke Kantor Pos Tulungagung

(Dokpri kunjungan studi ke kantor pos Tulungagung)

Kantor pos merupakan salah satu tempat penyambung lidah peradaban. Tempat yang belakangan eksistensinya mengalami reduksi dan degradasi peran. Utamanya di benak generasi milenial masa kini. Yang demikian terjadi bukan tanpa alasan, melainkan efek samping (dampak) tumbuh suburnya teknologi dan informasi serta kompetitif antar perusahaan jasa ekspedisi. Alhasil, bertandang ke kantor pos untuk kepentingan bertukar informasi, menambah wawasan, sebagai media mempererat tali silaturahmi dan kepentingan yang bersifat berjarak menjadi sesuatu hal yang asing sekaligus dinegasikan sebagai cara jadul. 

Faktanya apakah dan seberapa seringkah kita melihat generasi milenial berduyun-duyun ke kantor pos? Jika pun itu ada saya kira bukan atas dasar kepentingan pribadi, melainkan terdorong karena tuntutan instansi resmi. Saat kena tilang polisi dan mengirimkan surat dari lembaga pendidikan formal misalnya. Surat-menyurat dilakukan untuk menggugurkan tugas struktural semata-mata. Bukan surat-menyurat dalam konteks menjaga komunikasi, mencukupi dahaga kegelisahan intelektual dan saling menjaga tali persaudaraan.

Hal ini berbeda jauh dengan tradisi surat-menyurat yang mendarah daging di khalayak orang yang hidup di masa lampau, jaman sebelum teknologi informasi semutakhir mengakar rumput seperti sekarang ini, di mana surat-menyurat menjadi media jitu untuk mengatasi segala bentuk jengah, banalitas dan transformasi diri. Tradisi surat-menyurat yang dilanggengkan R.A. Kartini dan Ir. Soekarno misalnya. 

R.A. Kartini menjadikan surat-menyurat sebagai media mencurahkan keluh-kesah yang mengengkang diri kepada sahabatnya di Belanda yang terdidik. Melalui tradisi itu pula beliau mendapatkan hak istimewa untuk mengenyam dunia pendidikan, bergabung sebagai sahabat bangsawan hingga akhirnya beliau melahirkan gagasan emansipasi perempuan. Sebagai postulatnya, beliau dapat mencanangkan gagasannya melalui buku Habis Gelap Terbitlah Terang. 

Sementara sang Proklamator kemerdekaan Indonesia, Ir. Soekarno menjadikan tradisi surat-menyurat untuk bertukar pandangan dan wawasan pengetahuan dengan para sahabat, kolega serta para guru spiritualnya tatkala menghadapi tantangan tertentu. Hal ini dilakukan tak lain karena, gubahan keluh- kesah yang dituangkan dalam rangkaian kalimat pada surat dapat lebih dipercaya, terjaga privasinya dan ekspresif. 

Di lain pihak, tradisi surat-menyurat nyatanya juga menuntun penulisnya untuk lanyah dalam merangkai kata. Kata yang tentunya sarat akan nilai seni dalam setiap goresan tinta. Saya kira tidak berlebihan jika mengatakan para penulis surat jaman dahulu memiliki tingkat kualitas tulisan yang apik, berbobot dan berseni. Sebab sangat tidak mungkin seseorang akan berkirim surat dalam format tulisan model sandi. Baik sandi rumput, titik dan rambu-rambu. Meski kemudian hal itu mungkin wajar--bahkan harus digunakan--dalam proses berkirim surat antar instansi pemerintahan yang bersifat rahasia. 

Tradisi berkirim surat itu pula menjadikan si penulis memerlukan pengetahuan yang baik tentang proses dan mekanisme pengiriman surat. Pengetahuan tentang hal itu penting karena, menyangkut nasib surat yang ditulisnya akan seperti apa. Sebutkan saja mulai dari pengetahuan mendasar tentang cara menulis surat secara teoretis, menaruh perangko, proses surat itu telah diterima pihak kantor pos, seleksi surat sesuai wilayah hingga durasi yang dibutuhkan untuk surat itu sampai kepada si penerima. Mekanisme pengiriman surat ini yang saya kira menjadi pengetahuan yang langka bagi generasi Z. 

Pengetahuan yang langka itu pula selaiknya kita bagikan kepada generasi Z. Maka atas dasar merawat semangat literasi dan pengetahuan mekanisme berkirim surat secara manual (offline) ini akhirnya Sabtu (11/02/2023) kedua di bulan Februari SDIT Baitul Qur'an Tulungagung menghelat kegiatan kunjungan studi ke kantor pos Tulungagung. Seperti halnya yang telah diketahui bersama, kantor pos Tulungagung terletak di Jl. RA Kartini No. 31, Hutan, Kauman, Kec. Tulungagung, Kab. Tulungagung nomor pos 66219. Tepatnya di bagian Barat dari Taman Alun-alun Tulungagung. Bagian Selatan dari masjid agung Al-Munawwar Tulungagung. 

Kegiatan dimulai dari pengantaran para siswa oleh wali siswa ke parkiran kantor pos Tulungagung. Setelah kuantitas siswa lengkap lantas acara dibuka dengan pemberitahuan mekanisme kunjungan. Pemberitahuan itu dilangsungkan tepat di depan kantor pos oleh pihak panitia dengan menggunakan microphone. 

Selapas itu para siswa dikawal menunju masjid agung Al-Munawwar Tulungagung untuk menunaikan salat duha dan melantunkan Asmaul Husna bersama. Pembiasaan yang kerap dilakukan para siswa pada hari Sabtu. Kegiatan ini didampingi langsung oleh dewan asatidz Tahfidzul Qur'an. Pelaksanaannya sendiri dilakukan di serambi masjid, tidak di dalam ruangan utama masjid.

Kegiatan pembukaan ini berlangsung sekitar 30 menitan, selanjutnya para siswa digiring untuk bermain sejenak di taman alun-alun. Selama di taman alun-alun mayoritas siswa menggandrungi wahana perosotan, sisanya ada yang menikmati keindahan bunga dan kolam serta jalan-jalan santai mengelilingi ceruk taman. Di balik itu semua tampak segelintir siswa yang dibujuk oleh siswa SMP sekolah lain untuk mengikuti lomba permainan tradisional dengan iming-iming hadiah uang tunai dan jajanan. 

Untuk mengawasi gerak-gerik (ruang gerak) para siswa di taman dewan asatidz tersebar di beberapa titik. Sementara panitia pelaksana kunjungan studi terus melakukan komunikasi dengan pihak kantor pos untuk mekanisme kegiatan. 30 menit menjelang, akhirnya panitia membagi dua kelompok besar sesuai jenjang kelas: kelas bawah dan atas. Pengelompokkan siswa itu disertai dengan guru pendamping. 

Mula-mula kelas bawah sebagai kelompok pertama yang diinstruksikan melakukan kunjungan studi ke kantor pos. Kelas bawah sendiri terdiri dari kelas 1, 2 dan 3. Masing-masing guru pendamping menyeberangkan para siswa untuk bertandang ke kantor pos. Dua tiga guru menjadi pagar hidup untuk mengamankan proses penyeberangan. Jalan raya taman alun-alun kota memang bukan jalan utama, namun hilir mudik kendaraan tidak cukup dihitung jari. 

Kelompok pertama berhasil memasuki kantor pos. Semua siswa menduduki kursi tamu yang tersedia. Sedangkan para pendamping berdiri tegak di samping mereka. Satu dua guru sibuk mendokumentasikan setiap sesi acara. Baik video atau pun foto. Setelah diamati, daya tampung ruang kantor pos memang cukup luas, sehingga mampu menampung kuantitas 60 orang lebih pengunjung.

Beberapa saat kemudian dua orang petugas pos tampil mendapuk rangkaian acara. Keduanya perempuan dalam rentang usia 30-an lebih. Satu orang berperan sebagai MC sementara seorang lainnya sibuk memegang jajan yang akan dijadikan hadiah kecil kepada para siswa. Keduanya kompak memakai seragam khas pegawai pos yang dilengkapi dengan jilbab dan warna oranye khas yang nyentrik. 

Sang MC membuka acara dengan memperkenalkan diri dan temannya. Lantas menyambut para siswa dengan penuh antusias. Dalam upaya mengakrabkan diri, beliau mengindentifikasi jejang kelas para siswa. Disambung dengan menyanyikan lagu Pak Tukang Pos, menelisik tugas pokok dan fungsi dari kantor pos. Pada sesi yang disebutkan terakhir para instruktur membuka termin tanya jawab perihal fungsi dari kantor pos. Bagi siswa yang berhasil memberikan jawab secara benar maka diganjar dengan Snack. Termin yang benar-benar ampuh memancing antusias para siswa. 

Dari termin tanya jawab itu para siswa mendapatkan pengetahuan baru, bahwa fungsi utama dari kantor pos bukan semata-mata melayani penerimaan, pengumpulan, penyortiran, transmisi, pengantaran surat dan paket pos melainkan juga menjual perlengkapan surat-menyurat sekaligus melayani jasa pembayaran transaksi lain. Apa saja perlengkapan yang dijual di kantor pos? Misalnya perangko, kartu pos, amplop, dan perlengkapan lain yang digunakan untuk membungkus paket. Dalam kunjungan kala itu saya juga melihat di salah satu pojok kantor pos menjajakan produk khas UMKM.

Adapun layanan jasa pembayaran transaksi yang dapat dilakukan di kantor pos meliputi pembayaran gaji, transfer uang, pembayaran telepon pasca bayar, rekening internet, rekening listrik dan TV langganan, rekening PDAM, kartu kredit, pembayaran pinjaman, penerimaan negara, virtual account, pembayaran biaya pendidikan, multibiller, pembayaran pajak kendaraan bermotor, e-commerce, gas GPN, BPJS hingga pembayaran pajak bumi dan bangunan. Terakhir kali yang saya tahu pembayaran tilang elektronik atas pelanggaran dalam berkendara bermotor juga melalui pos.

Perubahan demi perubahan terus dilakukan oleh kantor pos seiring tumbuh-kembangnya perusahaan jasa dan pelayanan ekspedisi publik yang kian kompetitif. Upaya adaptatif dan transformasi diri yang dilakukan oleh kantor pos tersebut tidak lain sebagai bentuk konsistensi sekaligus kontestasi kantor pos dalam memberikan pelayanan yang maksimal sesuai dengan perkembangan zaman. Di lain sisi kantor pos juga sedang menunjukkan tajinya bahwa ia merupakan fasilitas umum yang tidak ada matinya. 

Dalam kunjungan studi ini para siswa juga mendapatkan pengalaman dan gambaran bagaimana proses pengiriman surat secara nyata. Yang demikian terjadi karena dalam kegiatan ini masing-masing siswa juga menjajal mengirimkan surat secara mandiri ke alamat yang dikehendaki. Entah praktek pengiriman surat itu dikirimkan ke rumahnya sendiri, ke alamat saudara, sanak famili hingga berkirim surat pada sahabat bermainnya. 

Tahapan demi tahapan pengiriman surat di kantor pos mereka lalui. Mulai dari memastikan alamat yang dituju, menempelkan perangko, menyetempel surat, memasuki ruang sortir surat dan paket, transmisi surat dan paket hingga instruktur mengatakan bahwa surat-surat itu akan datang sesuai alamat yang dituju dengan lama durasi jarak tempuh yang berbeda-beda. Jarak tempuh alamat yang dituju itu pula yang kemudian turut menentukan besaran biaya jasa pengiriman surat yang harus dikeluarkan oleh customer.

Tepat menjelang Dzuhur kunjungan studi berakhir. Para siswa digiring untuk menuju tempat penjemputan, parkiran. Selama menunggu penjemputan oleh masing-masing wali santri itu para siswa mendapatkan jatah snack sesuai anggaran. Kendati demikian dewan asatidz juga mempersilakan jika para siswa hendak membeli jajanan di lapak-lapak yang ada di sekitar. Asalkan mereka tidak berkeliaran di jalan raya dan tidak membeli jajanan di tempat yang jauh dari area penjemputan. 

Kunjungan studi ke kantor pos sungguh menarik dan mengasyikkan. Perlu diketahui bersama bahwa kunjungan studi sendiri merupakan salah satu agenda outing class SDIT Baitul Qur'an Tulungagung yang konsistensi dihelat setiap semester. Harapannya, selain hendak memberi warna yang berbeda dalam proses pembelajaran, melalui agenda kunjungan studi ini para siswa mampu menyeimbangkan pengetahuan yang bersifat teoretis dan pengetahuan yang bersumber dari pengamatan sekaligus pengalaman langsung di lapangan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal