Tepat di minggu ketiga bulan Maret ustadz Ali selaku ketua yayasan LPIT Baitul Qur'an Tulungagung sempat melayangkan chat pribadi via WhatsApp. Chat itu berisikan permohonan beliau kepada saya untuk mengeditkan format iklan penerimaan peserta didik baru di lembaga--yang kebetulan juga saya berkhidmat di sana--yang beliau pimpin. Iklan tersebut dibuat sebagai bentuk timbal balik dari kerjasama program tadarus Al-Qur'an selama bulan Ramadan antara radio Liur FM dengan LPIT Baitul Qur'an Tulungagung.
Program ini melibatkan semua dewan asatidz Tahfidzul Qur'an dan beberapa siswa--TK dan SDIT yang berada di bawah naungan--LPIT Baitul Qur'an Tulungagung. Program sajian khusus selama bulan suci Ramadan yang dihelat Liur FM ini sebenarnya bukan acara baru melainkan hanya meneruskan kerjasama di tahun-tahun sebelumnya. Fakta ini saya temukan terdokumentasikan jelas di dalam postingan blog LPIT Baitul Qur'an Tulungagung. Blog yang pada tahun sebelumnya hanya fokus memosting foto-foto kegiatan.
Saya kira permohonan beliau itu tidak datang secara ujug-ujug dan tanpa alasan yang mengena. Mengapa saya yang dituju? Bukankah sumber daya manusia (dewan asatidz) lembaga itu banyak? Dari sekian banyak, mengapa harus saya? Hemat dan praduga saya, permohonan itu menghampiri saya karena beliau paham betul belakangan saya berusaha menghidupkan geliat literasi di lembaga yang berada di bawah naungannya.
Tidak satu dua kali memang saya menjadi tumpuan beliau dalam mencurahkan berbagai bentuk cita-cita beliau yang menghendaki lembaganya semakin besar dan memiliki kualitas yang terus membaik. Termasuk tatkala beliau memasrahkan blog SDIT Baitul Qur'an Tulungagung untuk saya kelola dan belakangan mem-push saya untuk sesegera mungkin mengubah blog itu menjadi website resmi lembaga. Program pengubahan blog menjadi website itu pun masih saja terbengkalai karena terkendala pengetahuan yang masih minim.
Permintaan itu belum juga terlaksana, namun beliau dengan "ngegas" (semangat yang meluap-luap) kembali melimpahkan tugas baru kepada saya untuk mengurus izin pendirian lembaga baru taraf sekolah menengah pertama. Tentu saja, tugas yang kedua itu pun belum selesai. Karena faktanya masih saja terkatung-katung sebatas selesai membuat akun lembaga.
Tugas yang pertama dan kedua berhenti pada level banalitas pengetahuan dan pengalaman yang minim. Hal itu memberi pengalaman yang berarti bagi saya akan pentingnya penyelerasan antara pengetahuan dan aksi nyata. Di lain sisi, sebagai orang baru di lembaga tersebut saya juga mulai belajar, bahwa tidak semua tugas harus saya sanggupi. Terlebih lagi tugas itu di luar kemampuan dan tidak disertai dengan pengetahuan yang mumpuni.
Terbaru beliau kembali meminta saya untuk mengeditkan dialog untuk iklan PPDB yang akan diputar di channel radio Liur FM. Mula-mula beliau mengirimkan format tulisan dialog yang masih mentahan. Mengapa saya sebut masih mentahan? Karena memang tulisan beliau dapat dikatakan masih ranum dan banyak yang tidak sesuai dengan PUEBI dan KBBI. Hal itu beliau sadari dan tegaskan sendiri dengan meminta saya untuk memperbaiki dan melengkapi format dialog yang ada.
Dengan sigap--bukan karena sedang mencari muka atau pun apa--saya menyanggupinya. 5 sampai 15 menitan saya berusaha mengedit format dialog iklan penerimaan peserta didik baru sesuai permintaan beliau. Masih ingat betul, kala itu saya mengedit pada aplikasi andalan mengetik di smartphone. Google Workspace atau catatan keep sudah sejak lama memang menjadi andalan saya untuk menulis. Setidaknya saya tidak harus repot-repot buka laptop yang sudah mulai usang karena usianya yang memang sudah bau tanah. Kadang kambuhan nge-blank dan nge-lag.
Supaya tidak penasaran, dan dengan ujug-ujug menjadikan Anda sebagai seorang stalker berikut dialog iklan penerimaan peserta didik baru yang telah berhasil saya edit.
*****
Iklan PPDB
Di Liur FM
Dialog Suami istri:
Suami: Mi, tahu siapa Imam barusan?
Istri: Syaikh Abdurrahman Sudais. Masyallah suaranya ya Bi, mumtaz.
Suami: Betul. Umi tahu gak kisahnya beliau di masa kecil?
Istri: Hmmm... Gak tahu. Gimana tuh Bi?
Suami: Kisah ini masyhur kok. Konon ketika beliau masih kecil, Syaikh Sudais termasuk anak yang top.
Istri: Wahhh.... Luar biasa ya Bi.
Suami: Ketika Abinya syaikh Sudais mengadakan acara besar, uminya siap menghidangkan makanan jamuan, namun Syaikh Sudais kecil lari-lari membawa pasir disebar ke seluruh hidangan.
Istri: haaaa???
Suami: Ya namanya juga anak -anak. Di situ uminya marah. Matanya merah. Tapi bibirnya bisa menahan makian dan umpatan. Yang keluar dari mulutnya justru menyuruh Syaikh Sudais kecil pergi ke Haram (Masjidil Haram) dan menjadi imam di sana. Namun siapa sangka, berkat ucapan tersebut Syaikh Sudais benar-benar menjadi Imam salat di Masjidil Haram hingga sekarang.
Istri: Masyallah..... Abi ingin tidak, anak kita jadi seperti beliau?
Suami: Ya jelas ingin lah Mi.
Istri: Ayo kita cari sekolahan yang pas, supaya anak kita bisa seperti Syaikh Sudais.
Suami: Wah, ide bagus itu Mi. Dari kabar yang beredar, Abi dengar LPIT Baitul Qur'an adalah sekolahan Al Qur'an. Ayo kita ke sana tanya bagaimana cara dan syaratnya masuk ke sekolahan itu.
Istri: Ayo Bi.
(Setelah konsultasi dan konfirmasi ke sekolahan)
Istri: Wah ternyata benar kata Abi.
Lembaga Pendidikan Islam dan Tahfidz Baitul Qur'an adalah sekolah Al Qur'an yang mencetak siswa siswi belajar Al-Qur'an sebagai kurikulum wajib di bawah naungan Departemen pendidikan dan kebudayaan.
Banyak santri yang sudah bisa membaca dan menghafal Al-Qur'an. Bahkan mayoritas alumninya memiliki hafalan 2-6 Juz. Ayo kita sekolahkan anak kita ke Paud, TK & SD Baitul Qur'an di Mangunsari Kedungwaru Tulungagung.
Hubungi telpon 0812 3410 4444.
(Keterangan: Sebelum dialog, harap tilawah Syaikh Abdurrahman Sudais diputarkan)
***
Sedangkal pengamatan saya, iklan PPDB yang diputar di radio Liur FM selama bulan Ramadan ini merupakan tindak lanjut yang ketiga dari serangkaian upaya penjaringan penerimaan peserta didik baru di lembaga. Langkah lanjutan setelah sebelumnya yayasan habis-habisan menge-share poster dan pamflet di berbagai kanal media sosial dan menghelat kegiatan Lomba Cerita tingkat PAUD dan TK sekabupaten Tulungagung. Satu acara besar yang benar-benar menguras tenaga dan menjadikan dewan asatidz merasa kewalahan di sana-sini.
Upaya-upaya dalam rangka memaksimalkan hasil PPDB belakangan memang gencar dilakukan oleh yayasan. Yang demikian terjadi karena memang lembaga menaruh harapan besar mendapatkan kuantitas peserta didik baru yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Minimalnya, peserta didik baru itu jumlahnya sama banyak dengan tahun sebelumnya. Syukur-syukur, jika ternyata jumlahnya membludak. Memiliki kuantitas peserta didik baru yang lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Dalam kompetitif dunia pendidikan, kuantitas peserta didik memang menjadi salah satu tolok ukur yang dipandang dapat mencerminkan kualitas dari lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tak jarang khalayak ramai-ramai memvonis tidak berkualitas tinggi suatu lembaga pendidikan manakala memiliki siswa yang minim. Utamanya tatkala tak sukses dalam melakukan penjaringan peserta didik baru.
Komentar
Posting Komentar