Langsung ke konten utama

Hati-hati Rentan Penculikan Anak

 

(Foto dokumentasi pribadi: Ustadz Ali sedang menyampaikan amanat)

Santernya pemberitaan tentang penculikan anak di media sosial menjadi kekhawatiran dan kegetiran tersendiri bagi para orang tua dan masyarakat sekitar. Tak terkecuali lembaga pendidikan sebagai tempat berkumpulnya anak-anak dalam menimba ilmu. Utamanya lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah dasar negeri ataupun swasta; umum ataupun berbasis agama.

Dilansir dari laman resmi tirto.id (27/01/2023) per Januari 2023 telah terjadi 4 kasus penculikan anak di berbagai wilayah. Empat kasus tersebut yakni penculikan Malika di Jakarta Pusat, penculikan Fitria di Cilegon, penculikan dan pembunuhan anak di Makassar dan penculikan anak di Semarang.

Keempat kasus penculikan anak tersebut dilakukan dengan berbagai cara dan modus. Dari sekian banyak cara penculikan tersebut di antaranya yakni dengan diiming-imingi makanan, uang, berpura-pura menanyakan alamat, dibius dan lain sebagainya. Adapun modus utama penculikan anak tersebut di antaranya hendak dijadikan pengemis, trafficing anak hingga tergiur menjual organ tubuh--utamanya ginjal--sang anak.

Terupdate, kasus dugaan penculikan anak yang terjadi di SDN 1 Mekarjadi, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang diberitakan detik.com (02/02/2023). Berita dengan tajuk Aksi Heroik Kepsek Gagalkan Penculikan Anak SD di Ciamis tersebut memaparkan bahwa terduga pelaku yang berhasil lolos itu menyatroni ruang kelas dengan modus menanyakan alamat rumah kepada seorang siswa kelas 4.

Tidak hanya itu, bahkan untuk melancarkan niatnya pelaku mengaku sebagai kerabat jauh dari keluarga siswa. Lantas pelaku memaksa sang korban untuk mengantarkan pulang ke rumahnya. Namun, korban menolak karena tidak mengenalinya.  Mendapati yang demikian beberapa teman kelasnya melaporkan kejadian tersebut kepada kepala sekolah dengan bergegas.

Kepala sekolah SDN 1 Mekarjadi pun segera menghampiri pelaku dan korban. Kepala sekolah menanyakan maksud dan tujuan kedatangannya. Sebagai orang yang bertanggung jawab atas keselamatan siswa selama berada di sekolah, beliau pun menegaskan kepada sang siswa untuk memberitahukan alamat yang diminta pelaku. Namun siswa tidak diperbolehkan untuk ikut dengan pelaku, terlebih akhir-akhir ini marak pemberitaan tentang penculikan.

Disebutkan pelaku sempat bersikukuh memaksa korban yang telah menggendong tas untuk pulang dengan menarik tangannya, namun dengan sigap kepala sekolah menegurnya. Pelaku sendiri adalah seorang perempuan dengan ciri-ciri memakai baju biru, memakai masker dan berpostur pendek.

Kepala sekolah langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang. Tak ketinggalan pihak sekolah juga berusaha mengkonfirmasi kejadian tersebut kepada pihak keluarga korban. Ada asumsi bahwa mungkin keluarga korban memiliki urusan utang-piutang dan lain sebagai sehingga dicari-cari oleh orang asing. Namun setelah dikonfirmasi pihak keluarga tidak merasa mengutus orang untuk menjemput anaknya, terlebih memiliki masalah utang-piutang.

Menyikapi hal itu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) Republik Indonesia menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk lebih waspada dan terlibat langsung dalam melindungi anak-anak. Orang tua, guru, pemerintahan, masyarakat dan penegak hukum saling bersinergi melindungi anak-anak, sehingga anak-anak dijauhkan dari berbagai dampak buruk yang senantiasa mengintainya.

Upaya yang sama juga dilakukan oleh LPIT Baitul Qur'an Tulungagung. Sebagai lembaga pendidikan Islam, Baitul Qur'an memiliki tanggung jawab penuh terhadap keselamatan dan kenyamanan siswa-siswi yang bernaung di dalamnya. Senin (31/01/2023) Ustadz Ali sebagai ketua yayasan memberikan wejangan kepada seluruh siswa-siswi untuk senantiasa menjaga keselamatan dan kesehatan diri.

Isu penculikan anak dengan berbagai modus hendaknya membuat diri sang anak harus lebih berhati-hati dan mawas diri. Jika didatangi oleh orang yang tidak dikenal 'asing' hendaknya berlari (menghindar). Apabila dikasih makanan oleh orang 'asing' sebaiknya ditolak. Apabila digendong orang asing dengan tiba-tiba maka sebaiknya berteriak dan memberontak semampunya. Dan antisipasi lain yang sekiranya dapat membebaskan diri dari segala bentuk upaya penculikan.

Melihat modus yang ada, maraknya kasus penculikan anak sendiri ditengarai oleh banyak faktor penyebab. Mulai dari lemahnya pengawasan orangtua saat anak-anak bermain di luar rumah; abainya masyarakat sekitar terhadap anak-anak; terdesak kebutuhan ekonomi; kurangnya peran, tugas dan fungsi lembaga pendidikan; adanya kesempatan sampai dengan tidak mampunya anak menjaga diri.

Temuan fakta yang terjadi mayoritas santri Baitul Qur'an Tulungagung pulang pergi ke sekolah diantar jemput oleh masing-masing orangtua. Kendati demikian tidak sedikit pula santri yang memilih ke sekolah secara mandiri. Pulang pergi bersepeda. Ada pula segelintir santri yang terkadang langganan dijemput dengan ojek online, grab. Dua cara pulang pergi santri ke sekolah yang terakhir itulah yang dipandang rawan sebagai kesempatan penculikan. Dan ini menjadi pusat perhatian utama berbagai pihak sumber daya manusia lembaga yang ada.

Sebagai solusinya peran guru piket berusaha dimaksimalkan. Utamanya tatkala piket pulang sekolah, guru yang bertugas harus benar-benar jeli dan teliti dengan siapa sosok yang menjemput para santri. Tatkala pembelajaran dihelat, pintu gerbang ditutup rapat-rapat. Semua pasang mata menjadi cctv. Satu sama lain saling memperhatikan dan mengawasi. Jam istirahat sekolah diperketat, dirundung kehati-hatian.

Kehati-hatian tak hanya digalakkan habis-habisan di lingkungan sekolah, namun upaya itu juga harus dipadupadankan dengan dorongan; sistem support dari lingkungan keluarga santri. Alhasil, komunikasi dua arah berusaha dijalin melalui grup WhatsApp himpunan wali santri. Beberapa flyer dan video terjadi dan pencegahan penculikan anak disebarluaskan, dengan harapan pandangan dan pemikiran menjadi simpul satu kesatuan.

Sinergi antara pihak lembaga dan wali santri ini penting mengingat kedua lokus ini--keluarga dan pendidikan--bersentuhan langsung dengan seberapa besar tingkat kenyamanan dan keselamatan anak-anak. Kenyamanan dan keselamatan anak-anak yang diberikan oleh kedua lokus ini juga turut diperhitungkan dalam membangun keberanian interaksi sosial anak di ruang publik. Sebab tidak sedikit, justru sikap permisif, preventif dan intoleransi yang diberikan kedua lokus terdekatnya menjadikan sang anak lebih nyaman dan merasa bebas mengekspresikan diri di ruang publik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal