Langsung ke konten utama

Sengkarut Penerimaan Santri Baru

Salah satu bagian yang tak luput dari perhatikan saya selama empat tahun berjalan mengabdikan diri di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung adalah persoalan penerimaan santri baru. Yang saya tahu selama ini TPQLB tidak memiliki regulasi baku tentang penerimaan peserta didik baru (PPDB) seperti halnya kebiasaan yang berlaku di sekolah formal, non formal, madrasah diniyah ataupun taman pendidikan Al-Qur'an (TPQ) pada umumnya. Keumuman yang berlaku pada kebanyakan lembaga, biasanya regulasi PPDB itu sudah meliputi waktu, sistem kerja dan kualifikasi yang harus diperhatikan tatkala kalender akademik telah sampai pada sesi tahun ajaran baru.

Pertama, regulasi PPDB ditinjau dari aspek waktu. Rekrutmen peserta didik baru-dalam konteks ini sama dengan santri baru-yang dilakukan oleh satuan lembaga pendidikan selalu memiliki jangka waktu yang terukur. Mengenai kapan mulai pembukaan dan penutupan PPDB mengacu pada kalender akademik. Ada durasi teratur dan berkala. Momentum itu ditandai dengan berakhirnya kalender akademik lama yang berganti menjadi tahun ajaran baru. Dalam pelaksanaannya tanduk kalender akademik tahunan itu direpresentasikan oleh adanya ujian lembaga. Setelah ujian rampung, kenaikan kelas, purnawiyata dan pembagian raport terlaksana maka tibalah jeda pergantian kalender akademik. Jeda pergantian antara tahun ajaran lama dan baru itu dirayakan dengan ditetapkannya liburan panjang pembelajaran telah tiba. 

Masa transisi pergantian kalender akademik tahunan tersebut lantas dijadikan sebagai ajang penjaringan dan rekrutmen PPDB segencar-gencarnya. Jika melihat penyelenggaraan yang berlaku pada umumnya lembaga, proses penjaringan dan rekrutmen tersebut tidak lebih dilakukan dalam kurun waktu dua bulan. Idealnya rekrutmen PPDB itu dilakukan dalam rentang waktu satu bulan. 

Lain halnya dengan penerima peserta didik baru yang berlaku di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung, kapan pun ada peserta didik baru yang hendak daftar ya langsung diterima. Tidak ada istilah PPDB telah ditutup, kadaluarsa ataupun peserta didik telah memenuhi kuota. Tanpa mengenal batasan waktu, TPQLB dengan tangan terbuka selalu menerima peserta didik baru. Bahkan, jika menengok kembali pada rekam jejak tahun-tahun sebelumnya TPQLB tidak pernah mengenal istilah PPDB dan menolak kedatangan peserta didik baru. 

Jika boleh berkhusnudzon, tentu ketidakterbatasan waktu penerimaan peserta didik baru di TPQLB tersebut sejatinya sedang mengusung konsep pendidikan agama yang Rahmatan Lil 'Alamin. Lembaga pendidikan yang setiap waktu siap merangkul setiap orang-utamanya anak-anak penyandang disabilitas-yang hendak belajar ilmu agama. Selain itu, sangat dimungkinkan pula ada sedikit pandangan pesimistis bahwa peserta didik baru yang mau mengaji di TPQLB dapat dihitung jari, sehingga tidak perlu diberlakukan pembatasan waktu yang bersifat baku. Justru di lain sisi yang demikian adalah sebuah tantangan tersendiri bagi para asatidz untuk mampu beradaptasi jika sewaktu-waktu peserta didik baru ternyata membludak. 

Mengetahui kenyataan tersebut, tentu tidak cukup jika saya hanya menyikapinya dengan diam, sebab hal itu adalah problematika yang harus segera diselesaikan. Diselesaikan di sini bukan berarti ditutup secara paten, melainkan PR besar yang harus segera-segara mungkin ditata ulang, dibuatkan jadwal khusus dan bakukan melalui regulasi rekrutmen PPDB yang mengacu pada kalender akademik tahunan lembaga. Jika tidak demikian, maka chaos akan terjadi dalam tubuh lembaga. Ketimpangan antara kuantitas peserta didik dan pendidik dapat memicu persoalan yang berkelanjutan. Alhasil, seiring berjalannya waktu berbagai permasalahan pun dengan mudah dapat bermunculan. Sebelum yang tidak diinginkan terjadi, sudah barang tentu kami harus merapatkan barisan. Membenahi setiap aspek yang dinilai sebagai kekurangan. Tak apa, jika hal itu harus dilakukan sedikit demi sedikit, yang terpenting kami terus bergerak.

Kedua, sistem kerja PPDB. Sistem kerja penerimaan peserta didik baru dalam konteks ini dapat diartikan sebagai alur, skema dan tahapan yang dibuat oleh lembaga sekaligus harus dilalui oleh setiap wali murid yang hendak mendaftarkan putra-putrinya. Tahapan awal dalam menyongsong masa PPDB umumnya ditandai dengan tersebarnya pamflet, flayer ataupun poster di ruang publik. Baik itu dipasang di tempat-tempat umum yang representatif maupun di-share via virtual. Disebarkan di berbagai kanal media sosial.

Tidak hanya itu, upaya promosi dan rekrutmen PPDB juga kerapkali dibungkus dengan frame agenda kegiatan yang bersifat umum. Logika kerjanya, semakin banyak pengunjung semakin besar pula peluang kemungkinannya antusias massa terpancing. Sangat dimungkinkan pula di beberapa bagian agenda kegiatan massa akan terebut hatinya (tersugesti) untuk menjadikan anak-anaknya bagian dari lembaga yang menghelat acara. 

Ada pula kasus modifikasi promosi dan rekrutmen PPDB yang bertajuk kolaborasi lembaga. Misalnya di masa-masa mendekati PPDB, lembaga bekerja sama dengan UMKM dan kios penyedia lowongan pekerjaan menghelat agenda kegiatan berjangka pendek yang sifatnya umum. Tentu yang demikian akan banyak menyedot perhatian massa. Sehingga dalam kasus tersebut sejatinya sedang membangun win-win solution, promosi lembaga dan upaya menjaring kuota sekaligus massa mencari kebutuhan kerja.

Dalam pelaksanaannya, jika ada orang yang memiliki ketertarikan untuk bergabung menjadi bagian dari lembaga biasanya langsung menghubungi contact person yang tersedia di flayer yang telah disebar. Akan tetapi tidak jarang pula mereka langsung mengikuti step by step yang diinstruksikan dalam flayer. Misalnya langsung diarahkan untuk mengisi formulir pendaftaran via google form atau link tertentu, membayar biaya pendaftaran, mengikuti testing dan menunggu hasil seleksi administrasi serta kompetensi dasar. 

Terkait sistem kerja PPDB di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung dua tahun terakhir ini dapat dikatakan tidak terarahkan. Mungkin bersifat fleksibelitas jika harus disebutkan. Hal yang demikian merujuk pada fakta, bahwa hanya dua kali saja saya menemukan TPQLB berusaha menyebarkan flayer rekrutmen peserta didik baru. Pertama saat kepindahannya dari Gedangsewu bermukim sementara di SLB-B Kedungwaru awal tahun 2019. Sedang terakhir kalinya, saya mengetahui flayer dengan model terbaru di-share pada awal tahun 2020. Kedua flayer PPDB tersebut dibuat dengan konsep dan warna yang berbeda. Itu pun proses penyebarannya hanya mengandalkan story, status dan repost dari akun masing-masing asatidz. Termasuk di-posting di akun Instagram Yayasan Spirit Dakwah Indonesia. Selebihnya TPQLB tidak pernah menyebarkan kembali flayer PPDB di mana pun. 

Kendati demikian, dalam rentang waktu empat tahun berjalan tersebut kuantitas santri baru terus melonjak. Hampir setiap bulan selalu ada peserta didik baru yang mendaftarkan diri ke TPQLB. Usut punya usut ternyata ketertarikan itu ditimbulkan dari testimoni wali murid yang memasukkan anaknya di TPQLB. Secara tidak sadar, promosi lembaga terus berlangsung digencarkan melalui tradisi oral. Di beberapa kesempatan, pada dimensi waktu dan tempat yang berbeda, sangat dimungkinkan wali murid saling berkabar mengenai sepak terjang pendidikan dan perkembangan putra-putrinya. Sehingga wali murid yang lain merasa terpanggil dan terdorong untuk melakukan hal yang sama. Lantas wajar saja jika rata-rata peserta didik baru tersebut berasal dari almamater yang sama dengan santri yang lama.

Umumnya mereka yang tertarik untuk mendaftarkan putra-putrinya di TPQLB langsung menghubungi Mas Zakaria atau langsung datang ke TPQLB pada saat proses pembelajaran mengaji masuk. Ada dua kategori wali murid yang datang beserta anaknya. Pertama, datang menyatakan diri hendak mendaftarkan anaknya di TPQLB dan menanyakan apa saja persyaratan administrasi yang harus dilengkapi. Sementara kategori yang kedua, wali murid datang beserta anaknya dan sudah membawa persyaratan administrasi secara lengkap. Itu pun ada yang langsung mengikutsertakan putra-putrinya untuk bergabung mengaji saat itu juga, ada pula peserta didik yang baru bisa masuk pada sesi selanjutnya. Adapun berkas administrasi yang harus dikumpulkan adalah foto copy akte kelahiran, KK dan foto berwarna ukuran 4x6.

Terkadang di sesi pendaftaran banyak wali murid yang dengan terang-terangan bertanya terkait biaya pendaftaran, sumbangan pembinaan pendidikan atau yang familiar kita dengar dengan akronim SPP dan masalah keuangan lainnya. Ada asumsi dangkal dan keliru yang berkeliaran di ruang publik bahwa TPQLB menarik biaya pembinaan pendidikan terhadap setiap peserta didik, padahal faktanya TPQLB menghelat agenda pembelajaran mengaji secara gratis tanpa terkecuali. Ada kesadaran dan prinsip kerja yang dewan asatidz genggam, bahwa sangat tidak etis jika belajar mengaji berpatok pada materiil. Terlebih kami takut jatuh pada stigma, stereotipe dan justifikasi "menjual agama" demi urusan perut. Di samping itu, saya pribadi menyakini bahwa akan selalu ada jalan kebaikan (keberkahan) di balik pengabdian dengan setulus hati.

Alasan lainnya, mengapa dewan asatidz tidak berani mematok biaya pembinaan pendidikan adalah karena adanya persepsi kebelumpantasan untuk sampai pada tahap yang demikian. Mengingat masih banyak PR, kekurangan dan ketidakmaksimalan TPQLB dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Hal itu dapat ditinjau dari berbagai aspek. Misalnya saja latar belakang pendidikan dewan asatidz, konsistensi masuk, kurikulum pembelajaran, efesiensi pembelajaran dan sarana-prasarana yang belum memadai sepenuhnya. 

Dalam hal ini, secara pribadi saya memandang bahwa lembaga pendidikan yang ideal dan representatif pada umumnya juga ditunjang dengan alokasi anggaran belanja lembaga yang stabil. Mungkin ketidaktersediaan anggaran belanja lembaga ini pula yang kemudian menjadikan TPQLB sedikit agak susah untuk maju dan berkembang. Utamanya dalam hal penyediaan sarana dan prasarana yang memadai serta menghadirkan sumber daya manusia pendidik yang berkompeten, konsistensi dan loyal.

Atas dasar demikian, jika selama ini ada wali murid yang bertanya terkait pembiayaan, maka dengan tegas kami menjawab keikutsertaan setiap peserta didik di TPQLB gratis. Hanya saja, kami berinisiatif mengadakan kotak infak. Hasil infak mingguan itu nantinya akan dialokasikan untuk pembiayaan perhelatan agenda peringatan hari besar Islam, kelas kreativitas dan out class yang dijadwalkan 3 bulan sekali. Dalam hal ini pihak asatidz sendiri hanya mengelola, sehingga konsepnya mengusung azas demokrasi. Dari santri, oleh santri dan untuk santri.

Selain itu, TPQLB juga sempat berkolaborasi dengan balai besar rehabilitasi sosial penyandang disabilitas fisik Prof. Dr. Soeharso Surakarta dan organisasi muslimat kabupaten Tulungagung guna mengepakkan sayap sekaligus promosi lembaga. Tatkala berkolaborasi dengan organisasi muslimat kabupaten Tulungagung, sempat pula menggandeng Majelis Ta'lim Perempuan Ikatan Persatuan Haji Indonesia (MTP IPHI) dalam rangka memeriahkan kedatangan bulan 1 Muharram. Momentum tersebut sempat dihadiri langsung oleh Ibu Bupati Tulungagung, istri bapak Maryoto Birowo, M. M. Agenda kegiatan itu semakin meriah manakala diadakan lomba untuk santri. 

Sedangkan yang terakhir, perihal kualifikasi yang berlaku pada PPDB. Jika pada umumnya suatu lembaga pendidikan membuat persyaratan kategori peserta didik baru yang sangat ketat, maka di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung justru sebaliknya. Tidak ada standarisasi kualifikasi yang dibakukan. Misalnya saja tidak ada batas standar usia, pembatasan jenis kelamin, latar pendidikan terakhir, jenis disabilitas dan latar belakang keluarga. Mengapa demikian? Sebab yang terpenting dari itu semua adalah adanya kehendak baik untuk mau terus belajar dan tidak sungkan berbaur dengan teman-teman seperjuangan yang benar-benar asing bagi mereka. 

Adapun goals (tujuan; ekspektasi) yang dewan asatidz kehendaki dari proses pembelajaran mengaji di TPQLB, setiap santri bukan semata-mata memahami agama dan pandai mengaji melainkan setiap santri juga dituntut untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Terlebih lagi akan sangat elok jika masing-masing mereka mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam sepak terjang kelangsungan hidupnya di masyarakat. Motto utamanya, di manapun mereka berpijak di sanalah ia menebarkan manfaat. 

Perihal sengkarut penerimaan peserta didik baru (santri baru) ini sedang kami (PH TPQLB) rancang dan secara baku akan dimuat dalam buku pedoman. Kendati proses ini masih saja terasa alot, akan tetapi terus kami lakukan. Sembari terus berbenah diri dan tanpa henti melakukan evaluasi. Hal ini kami lakukan baik saat di TPQLB setelah proses pembelajaran mengaji selesai, di warung bakso Kharisma Serut yang menjadi langganan mingguan kami ataupun di rumah mertuanya Mas Zakaria yang terletak di daerah Kepuh, Boyolangu, Tulungagung. 

Kendati demikian, intensitas ngobrol perkara pembenahan ini lebih banyak dilakukan di kediaman mertua Mas Zakaria di Kepuh. Tak jarang obrolan tipis-tipis itu ditemani teh hangat dan jamuan makan malam dari tuan rumah. Terima kasih atas jamuannya selama ini Mas. Semoga rezekinya berlimpah dan tambah berkah. Begitu halnya dengan perjuangan yang telah dilakukan, semoga segera mencapai tujuan yang maksimal, menetaskan kebaikan, keberkahan dan maslahat bagi umat. Amiin.


Tulungagung, 29-30 Juni 2022



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal