Memahami Kembali Poligami Memerlukan nafas panjang untuk menghatamkan satu sub judul yang disuguhkan. Hampir tidak ada celah untuk mengongak kanan-kiri, ataupun sekadar mengecam kopi hitam panas untuk menjernihkan alur berpikir. Tak ada waktu barang sedetik untuk menyumat rokok, meskipun rokok yang disumat itu milik tetangga. (Tahu sendiri, saya bukan perokok). Bahkan jikalau hujan turun, nampaknya tidak akan sempat terpedulikan. Apalagi menyempatkan diri memesan nasi bungkus di pak Iswan yang letaknya di pinggir jalan. Menawan mata, menjerat rahang untuk merekatkan antara dua sisi gigi atas dan bawah. Hampir, setiap paragraph demi paragraph terdapat durasi panjang yang kian mencekam. Begitu alot tatkala dikunyah dengan penuh keterpaksaan, terlebih-lebih untuk membenarkan bahwa pembaca sedang larut dalam penghayatan mendalam mengenai maksud yang hendak disampaikan. Seolah-olah dengan sengaja pembaca ditersesatkan dalam keterputusasaan akan makna sejati yang disuguhkan. Filosofis,...
Mari merawat akal sehat dengan disiplin membaca, mengambil hikmah dan menggoreskan pena.