Langsung ke konten utama

Hidayah Alloh SWT. menghampiri kaum rasio




          Judul Buku      : Keajaiban Sains
  Penulis             : H. Muhammad Yusuf bin 
                                     Abdurrahman
Penerbit           : DIVA Press
Kota Penerbit  : Jogjakarta
         Tahun Terbit    : Cetakan I, 2013 
         Tebal               : 215 Halaman
         Harga              : Rp.28.500


            Latar belakang penyusunan buku ini ialah dikarenakan penulis sangat terinspirasi, termotivasi dan terinovasi oleh kecintaannya terhadap Al-Qur’an, sehingga penulis meyakini bahwa kemukjizatan Al-Qur’an akan nampak dalam setiap berbagai ilmu yang ada di muka bumi yang kita huni ini. Akan tetapi penulis dalam buku yang dikarangnya ini, ia mencoba memfokuskannya pada salah satu pembahasan dalam dunia keilmuan yaitu sains. Dimana di dalamnya membahas historis 12 ilmuwan dunia yang memeluk islam setelah menemukan kebenaran Al-Qir’an dalam penelitian mereka.
            Buku ini membahas mengenai para ilmuwan dunia yang menemukan kebenaran islam melalui penelitiannya. Di dalam buku ini terdiri dari dua bab (stage), bab pertama ialah pendahuluan yang di dalamnya membahas dua masalah pokok (fundamen) pembahasan yaitu: a. Akal dan kebenaran, di sini penulis memaparkan akal dilihat dari dua sudut pandang, yakni  sisi agama, yaitu dengan diberikannya akal kepada manusia sebagai karunia Alloh SWT.  yangmana hal ini menjadikannya berbeda diantara makhluk ciptaan Alloh yang lainnya. Dan sisi saintis, yaitu dengan dijustifikasi bahwa akal merupakan salah satu organ manusia yang mampu menemukan kebenaran. Dimana sesuatau yang dianggap benar itu akan disebut benar apabila hal tersebut logis, rasionalis, sistematis, dan yang pada akhirnya terimplikasikan dalam kehidupan dunia secara empiris yang sinkron dengan materialis. b. Mengenai ketakjuban para profesor dunia pada Al-Qur’an, di sini penulis sedikit mengantarkan kepada pembaca tentang tokoh-tokoh yang takjub dengan kebenaran kitab suci umat islam yakni Al-Qur’an, yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
            Selanjutnya, bab dua. Pada bab ini membahas mengenai kisah-kisah para ilmuwan dunia menemukan kebenaran islam melalui penelitian mereka. Diantara tokoh yang menjadi pembahasannya ialah dua belas (12) tokoh ilmuwan, yaitu : Pertama, Dimitri Bolykov (seorang ahli / ilmuwan fisika). Ia ingin memverifikasi sekaligus membuktikan mengenai kabar bahwa matahari sebelum menjelang kiamat akan terbit dari barat atau salah satu tanda dari akan tibanya hari kiamat menurut doktrin agama islam. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW. dalam sebuah hadits sebagai berikut :
            Abu Dzar menyatakan bahwa pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW. Bersabda ; “Tahukah kamu kemanakah perginya matahari?”, mereka menjawab, Alloh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau (Nabi Muhammad SAW.) bersabda, “Sesungguhnya, matahari ini terus berjalan hingga sampai ditempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu tunduk bersujud. Maka tidak henti hentinya ia berbuat demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangkitlah, kembalilah ke tempat dari mana engkau datang tadi’. Lalu ia kembali dan terbit lagi dari tempat terbitnya, kemudian ia berjalan hingga sampai ke tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu ia tunduk bersujud. tidak henti hentinya ia berbuat demikian hingga dikatakan kepadanya, ‘Bangkitlah, kembalilah ke tempat dari mana engkau datang tadi’. Lalu ia kembali dan terbit lagi dari tempat terbitnya. Lalu ia berjalan lagi dengan tiada seorang pun yang mengingkarinya hingga sampai di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy. Kemudian, dikatakan kepadanya bangkitlah dan terbitlah dari tempat tenggelammu. Lalu ia terbit dari tempat tenggelamnya. Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Tahukah kamu, kapankah hal itu terjadi? Yaitu ketika iman seseorang tidak bermanfaat lagi bagi dirinya yang belum beriman sebelum itu atau belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”. (HR. Muslim).  
            Kedua, Profesor William Brown (seorang pakar Sains). Dimana ia menemukan suatu fenomena yang tak lazim, yaitu ketika ia mengadakan penelitian terhadap tumbuhan. Ia mendapatkan suara halus yang keluar dari bagian tertentu dari tumbuhan yang tidak dapat didengar dengan telinga biasa. Akan tetapi suara halus tersebut dapat direkam dan dan disimpan dengan sebuah alat tercanggih yang pernah ada. Sehingga ia meneliti, mengkaji dan mendapatkan kesimpulan akhirnya, yaitu para ilmuwan berhasil menganalisis denyut atau detak suara  tersebut adalah sebuah isyarat yang bersifat cahaya elektrik, yang berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik. Sehingga membuat para ilmuwan tercengang dan takjub. Singkat cerita Profesor William Brown mengkaji lebih dalam yang diiringi dan dilandasi dengan rasa keingintahuannya yang sangat kritis, tentang apakah yang sebenarnya dilakukan oleh tumbuhan tersebut. Sehingga ia pun menawarkan hasil penelitiannya kepada para ahli atau ilmuwan sains yang ada di Universitas dan pusat kajian di Amerika dan Eropa.  Akan tetapi mereka (para ilmuwan) akan tangan dan merasa takjub dengan penemuan (fenomena) tersebut. Sehingga pada kesempatan terakhirnya sang prof. Bertemu dan dihadapkanlah hasil kajiannya kepada seorang Ilmuwan Muslim (pakar yang berasal dari India). Dan dengan percaya diri pun ilmuwan tersebut berkata bahwa,  “Kami umat Islam tahu tafsir dan makna dari fenomena ini, bahkan semenjak 1400 tahun yang lalu!”. Kemudian ia dengan lantang membacakan Fiman Alloh SWT. yang termaktub dalam QS.Al-Isra’ :44
            Yang artinya: ....”Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya, Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”.
            Dan mengenai keterangan hal ini dijelaskan juga dalam surat-surat yang lain diantaranya; QS. At-Taghaabun: 1, QS. An-Nur: 41, dan QS. Ar-Ra’d: 12-13.
            Sehingga Ia menemui sang ilmuwan muslim tersebut secara khusus dan ia (ilmuwan muslim) memberi penjelasan yang tegas mengenai fenomena tersebut. Sehingga tidak lama kemudian sang Prof. Secara terang-terangan bersyahadatain di muka umum, ketika sedang memberi ceramah di suatu Universitas Carnih-Miloun.
            Tokoh yang ketiga, yaitu Tagatat Tejasen (seorang ilmuwan Thailand). Dimana ia berhasil melakukan pembuktian mengenai kulit yang merasakan sakit yang diakibatkan siksaan yang di fokiskan pada orang-orang kafir, sebagaimana yang termaktub dalam Kitab suci Al-Quran, yaitu dalam QS. An-Nisa: 56.
Yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana”. (QS. An-Nisa: 56)
Yang keempat ialah Profesor Keith Moore, (seorang saintis yang terkemuka di dunia dalam bidang anatomi dan embriologi). Ia berhasil mengklarifikasi berita ataupun sebuah pernyataan yang termaktub dalam Al-Qur’an, yaitu tentang fase dan perkembangan embriologi. Sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Mu’minun : 13-14, QS. Al-Hajj : 5
Yang pada akhirnya pembuktian tentang hal tersebut menjadikan diri sang profesor menjadi yakin dan percaya akan kebenaran yang termaktub dalam Al-Qur’an serta menjadikannya masuk, berpegang teguh dan jatuh hati pada agama islam.
Kemudian tokoh yang kelima ialah Robert Guilhem (seorang pakar genetika). Ia berusaha memverifikasi tentang adanya hukum iddah dalam agama Islam. Sebagaimana yang telah termaktub dalam QS. At-Thalaq: 04, QS. Al-Baqaroh: 234, QS. Al-Ahzab: 49 dsb.
Tokoh yang berikutnya ialah Alfred Kroner (seorang ahli ilmu bumi atau geologi) yang berasal dari Mainz, Jerman. Ia berusaha memfokuskan diri untuk meneliti dan megklarifikasi tentang sebuah kabar yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Mengenai tanah Arab yang akan kembali menjadi daratan hijau dengan banyak sungai yang mengalir. Dimana dalam penelitiannya ia mencoba menyinkronkan dan melakukan pendekatan melalui fenomena mencairnya es di kutub. 
Selanjutnya ialah Zaghlul An-Najar. Yang berusaha secara empiris membuktikan tentang kejadian terbelahnya bulan pada zaman Rasulullah SAW. Tentunya hal ini berlandaskan pada QS. Al-Qamar: 1-3.
Tokoh yang kedelapan ialah Leopold Werner Von Ehrenfels (seorang psikiater sekaligus neurologi) yang berkebangsaan Austria. Dalam buku ini dikatakan dan dijelaskan bahwa ia mencoba meneliti khasiat (manfaat) dari Wudhu. Yang mana dalam fokus pembahasannya, ia membahas khasiat wudhu untuk kesehatan, yang selanjutnya dikorelasikan dengan prespektifnya ilmu akupunktur terhadap wudhu.
Selanjutnya tokoh kesembilan ialah Jacques Yves Costeau (seorang ahli oceanographer dan ahli selam) yang berkebangsaan Prancis. Yang mana dalam buku ini dipaparkan bagaimana pengalamannya menyelam dalam rangkan menelusuri keajaiban Allah di laut hingga ia menemukan pertemuan dua laut yang menakjubkan. Yang mana dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam QS. Ar-Rahman : 19-22 dan QS. Al-Furqan : 53.
Kesepuluh ialah Maurice Bucaille (seorang ahli bedah terkemuka) yang berkebangsaan Prancis. Ia mencoba meneliti jasad Fir’aun, yang mampu bertahan lama (sebuah persitiwa atau fenomena yang langka untuk sebuah jasad pad umumnya). Yang tentunya pada fokus pembahasannya koheren dengan history Fir’aun dan kebinasaanya (khususnya yang ada dalam kitab suci Al-Qur’an). Hal ini sebagimana yang terkandung dalam QS. As-Syu’arra’ : 18-51, QS. Al-Mukmin : 28-31 dsb.
Tokoh yang kesebelas ialah Emma Clark (seorang ahli arsitektur taman terkemuka) yang berkebangsaan Inggris. Dalam buku ini dijelaskan bahwa Emma sangatlah kagum pada arsitektur yang terkandung dalam Al-Qur’an (lebih khususnya pada arsitektur desain taman surga). Mengenai hal itu tentunya merujuk pada beberapa surat yang di dalamnya mengandung gambaran mengenai kondisi (desain) taman surga. Diantara salah satu ayatnya ialah yang terdapat dalam QS. Al-Baqaroh : 25
Dan tokoh yang terakhir ialah Fidelma O’leary (seorang profesor biologi dan dokter neurologi) yang berkebangsaan Amerika Serikat. Dalam buku ini dijelaskan bahwa fokus peneltiannya yakni dalam gerakan shalat, hingga ia menemukan keajaiban dalam setiap gerakan shalat. Dan dalam fokus pembahasannya tersebut disokong dengan prespektif medis terhadap manfaat (khasiat) setiap gerakkan shalat.
Dalam setiap karya pasti tidak pernah lepas dari aspek kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan buku Keajaiban Sains ini. Pertama  mengenai kelebihan buku ini, diantaranya; pemilihan diksi dan EYD yang tepat sehingga memudahkan pembaca dalam memahami kata demi kata, kalimat demi kalimat, meskipun ada beberapa kosa kata yang belum sesuai dengan kaidah penulisannya. Dan pemberian foto tokoh yang dibicarakan menjadikan sisi ketertarikan tertentu bagi pembaca. Kedua mengenai kekurangan buku ini, diantaranya; tidak disertainya (dicantumkannya) footnote, menjadikan kesangsian tertentu bagi pembaca untuk melacak atau membuktikan kebenaran Tulisannya.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam aktiv

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.           Gejolak rasa parsial pun pastinya tidaklah lepas dari pengaruh keadaan yang sedang terjadi. Namun nampaknya rasa bahagia pun menjadi dominan dalam menyelimuti diri. Hal

Memaksimalkan Fungsi Grup WhatsApp Literasi

(Gambar download dari Twitter) Ada banyak grup WhatsApp yang dapat kita ikuti, salah satunya adalah grup literasi. Grup literasi, ya nama grup yang saya kira mewakili siapa saja para penghuni di dalamnya. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi khalayak bahwa nama grup selalu merepresentasikan anggota yang terhimpun di dalamnya.  Kiranya konyol jika kemudian nama grup kontradiktif dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Mengapa demikian? Sebab rumus yang berlaku di pasar legal per-WhatsApp-an adalah setiap orang bergabung menjadi group member selalu berdasarkan spesialisasi motif yang sama. Spesialisasi motif itu dapat diterjemahkan sebagai hobi, ketertarikan, kecenderungan dan lainnya. Sebagai contoh, grup WhatsApp jual beli mobil tentu akan memiliki nama grup yang berkorelasi dengan dunia mobil dan dihuni oleh anggota yang memiliki hobi atau pun ketertarikan yang satu suara. Tampaknya akan sangat lucu jika seseorang yang memiliki hobi memasak lantas yang diikuti secara update adal