Langsung ke konten utama

Dendam Launching Buku Terbayarkan

Dokpri Launching Buku anggota RVL ke-3 di BBGP Batu, Malang.

Perlu ditegaskan di muka, bahwa ulasan ini adalah lanjutan dari postingan sebelumnya: Lima Alasan Mengapa Saya Ikut Kopdar. Saran saya, silakan baca postingan sebelumnya untuk mendapatkan alur yang runtut. 

******

Membayar utang launching buku adalah alasan kedua saya ikut kopdar. Masih terlintas jelas dalam benak, bagaimana anggota RVL berefouria hebat tatkala launching karya--buku solo ataupun antologi--saat kopdar ke-2 di Yogyakarta. Sedangkan kala itu saya hanya menjadi penonton. Gigit jari menyaksikan bagaimana para penulis hebat bertaburan bintang. Wajah-wajah mereka sungguh memedarkan cahaya kebahagiaan. 

Bahagia bukan kepalang, karena launching buku adalah salah satu memontum "wow" bagi seorang penulis. Dapat dikatakan, momentum yang dinantikan selain karya laris manis di pasaran. Validasi diri atas proses panjang dalam menorehkan gagasan, ide dan pemikiran. Maka kiranya tak berlebihan jikalau para penulis begitu sumringah tatkala karya demi karya silih berganti lahir dari tangan dinginnya. 

Tak dapat dipungkiri, satu sisi, momentum launching karya adalah kebahagiaan luar biasa bagi sebagian peserta. Sebaliknya, bagi saya pribadi momentum itu membuka kelaliman diri yang papa. Mengapa saya tidak bisa bergabung dan berdiri tegak di antara mereka? Apakah saya tidak mampu seperti mereka? Serta bejibun pertanyaan lain bergelayut di kepala. 

Sedih rasanya. Jiwa dan psikis saya terpukul. Saya iri dengan capaian mereka. Saya iri dengan kemampuan mereka berkompetisi aktif dalam menebar kebaikan melalui karya. Saya merasa telah menyia-nyiakan banyak kesempatan yang ada di depan mata. Banyak waktu yang saya buang percuma. 

Bukankah tidak ada dalil (naqli maupun aqli) agama yang melarang untuk iri mengerjakan kebaikan? Yang ada justru sebaliknya, dalam persepktif kesalehan sosial dan agama, berlomba-lomba mengerjakan kebaikan sangat dianjurkan. Saling menolong dan menginspirasi dalam hal fastabiqul khairot perlu digalakan. Yang terpenting jangan sampai ada percikan riya' sekecil biji zarrah sedikit pun. 

Menyaksikan fakta itu, ada motivasi kuat yang berkecamuk hebat di dalam dada. Ingin rasanya di kesempatan kopdar mendatang tampil menjadi bagian dari pemenang. Menang memerangi rasa malas. Menang mendisiplinkan diri untuk terus berkarya. Menang karena berhasil mencapai target yang berbeda. Berhasil menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 

Tekad dan target adalah bahan bakar terbaik untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Tanpa adanya tekad dan target, kiranya saya tidak akan pernah memiliki kekuatan untuk berikhtiar menjadi lebih baik. Baik dalam arti beranjak dari keadaan sebelumnya, sekarang dan seterusnya. Alhasil, terus bergerak menjadi strategi jitu untuk meningkatkan kreativitas, kualitas dan capaian diri. 

Rumus tersebut pada kenyataannya benar-benar mampu memacu diri. Empat buku solo dan dua buku antologi berhasil saya gembol ke acara kopdar RVL ke-3 di Malang. Sungguh capaian baru dalam babakan hidup saya selama menjadi keluraga besar RVL. Capaian baru dapat merasakan nikmatnya launching karya pribadi di komunitas menulis sekelas nasional. 

Tuntas sudah utang launching buku dibayarkan. Persis sesuai ekspektasi yang dicanangkan. Yang menjadi keresahan selanjutnya adalah mampukah saya melahirkan sekaligus launching buku di kopdar RVL berikutnya? Mampukah saya melampui torehan prestasi di kopdar RVL ke-3 di Malang? Tentu semua pertanyaan itu hanya akan terjawab dengan baik manakala saya membuat target diri mulai dari sekarang. 

Serangkaian target diri itulah yang harus dikejar dan diwujudkan. Sebab, hanya dengan cara kerja cerdas dan terdisiplinkan semua target akan didulang. Kunci utamanya, kepuasan hasil berbanding lurus dengan proses yang digalakan.


Tulungagung, 14 November 2024

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Make a Deal

Gambar: Dokumentasi Pribadi saat bertamu di kediaman mas Novel Jauh sebelum bedah buku Tongkat Mbah Kakung digemakan sebenarnya secara pribadi saya berinisitif hendak mengundang mas Novel ke SPK Tulungagung. Inisiatif itu muncul tatkala saya mengamati bagaimana himmah dan ghirah literasi dalam dirinya yang kian meggeliat. Terlebih lagi, 2 tahun belakangan ia berhasil melahirkan dua buku solo: Tongkat Mbah Kakung: Catatan Lockdown dan Teman Ngopi (Ngolah Pikir) . Dua buku solo yang lahir dibidani oleh Nyalanesia.  Apa itu Nyalanesia? Nyalanesia merupakan star up yang fokus bergerak dalam pengembangan program literasi di sekolah secara nasional. Karena ruang lingkupnya nasional maka semua jenjang satuan pendidikan dapat mengikuti Nyalanesia. Hanya itu? Tidak. Dalam prosesnya tim Nyalanesia tidak hanya fokus memberikan pelatihan, sertifikasi kompetensi dan akses pada program yang prover,  melainkan juga memfasilitasi siswa dan guru untuk menerbitkan buku.  Konsepnya ya mem...

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.     ...