Langsung ke konten utama

Aku Lupa Sekolah Mak!

Apa kabar sekolah?

Apa engkau dalam keadaan baik-baik saja di sana?

Apa engkau sekarang masih setia merawat harapan, asa dan cita-cita kaula muda dalam duka Corona?

Pun sahabat-sahabat juang yang telah lama bersembunyi di balik rentangan jarak  Semoga kalian baik-baik saja menahan rindu yang terus bergejolak


Apa kabar gedung-gedung dengan tembok yang kokoh? Atap dan semua isian yang terjaga pagar berkawat

Apa engkau sudah mulai berkarat?

Atau malah keterpisahan ini menjadikan ego menara gadingmu menjadi kumat?

Kelengangan yang tak kunjung berujung ini justru membuatmu tersenyum jail dengan sikap bodo amat


Bodo amat?

Hahahaha... Siapa? Aku? Atau mungkin engkau bersimpuh di hadapan peraturan yang dikukuhkan para penjabat

Engkau membudak atas nama maslahat, institusi dan riwayat


Bodo amat!

Biarkan orangtua berduyun-duyun mendaftarkan ribuan anaknya hingga sebulan kemudian tamat

Biarkan mereka berlomba-lomba memuja nilai hingga kiamat

Biarkan mereka bangga dengan angka-angka yang disebut hebat

Yang katanya cukup untuk membuat orang lain skakmat


Standaritas yang kemudian menjadi tabu dan keramat

Meski akhirnya mereka sendiri yang harus melumat

Merawat pikiran dan cara belajar dengan jarak yang begitu dekat

Tanpa sekat

Tanpa maklumat

Dan biarkan orangtua memaki-maki anaknya hingga habis riwayat


Apa kabar sekolah?

Apa engkau tetap menggenggam erat idealisme tinggi sebagai lembaga yang disanjung dengan perkataan wah?

Terkesima, membuat orang-orang tergiur dalam perlombaan baku hantam akreditasi sekolah

Sebagian yang lain merasa pongah karena bersekolah di tempat yang megah

Sementara dipandangnya tak pernah ada mereka-mereka yang berseragam kusut di sekolah dekat pematang sawah

"Bisa apa mereka, ah?"


Monolog kerinduan macam apa ini? Jika kuhempaskan kian beranak-pinak

Kian kubertanya-tanya namun tak pernah ada jawaban yang menyeruak

Hingga yang nyata adanya hanya menyisakan muak


Apa kabar kelasku?

Masihkah bangku dan mejaku bersih tanpa debu?

Masihkah kaca-kaca jendela tempat melongok awan dan teman-teman yang riang di lapangan basket bisa kupakai?

Masihkah kokoh ruang jendela dunia yang mampu meneropong masa depanku?

Semoga saja koloni rayap itu lupa akan dahaga, kemudian kenyang menikmati kesuyian koridor yang berpuluh-puluh meter panjangnya


Apa kabar seragamku?

Mungkin sekarang kau telah suci dalam kejenuhanku

Telah tenang dalam kediamanmu

Sebab tak ada lagi noda dan bau keringat yang menjejali setiap helai rajutan benang atas dirimu

Tak ada lagi bahan kimia, gosokan dan terik mentari yang lambat-laun memudarkan warnamu


Apa kabar tumpukan bukuku?

Jasamu begitu besar mencicil gunungan kebebalan atas ingatanku

Mengikat setiap materi yang mudah sekali kuabaikan persekian waktu


Apa kabar hari Minggu?

Kini engkau tak lagi aku buru

Tak lagi kuhitung cepat dan kulingkari dengan mengandalkan pena biru

Karena merahmu kini telah menjangkiti Senin hingga Sabtu


Lalu ingin kuakhiri semua ini,

Apa kabar sejubel tugas sekolahmu?

Apa kabar kesehatan otakmu?

Ingin rasanya aku segera beranjak namun aku lupa cara sekolah seperti apa


Tulungagung, 21 Juni 2021



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Make a Deal

Gambar: Dokumentasi Pribadi saat bertamu di kediaman mas Novel Jauh sebelum bedah buku Tongkat Mbah Kakung digemakan sebenarnya secara pribadi saya berinisitif hendak mengundang mas Novel ke SPK Tulungagung. Inisiatif itu muncul tatkala saya mengamati bagaimana himmah dan ghirah literasi dalam dirinya yang kian meggeliat. Terlebih lagi, 2 tahun belakangan ia berhasil melahirkan dua buku solo: Tongkat Mbah Kakung: Catatan Lockdown dan Teman Ngopi (Ngolah Pikir) . Dua buku solo yang lahir dibidani oleh Nyalanesia.  Apa itu Nyalanesia? Nyalanesia merupakan star up yang fokus bergerak dalam pengembangan program literasi di sekolah secara nasional. Karena ruang lingkupnya nasional maka semua jenjang satuan pendidikan dapat mengikuti Nyalanesia. Hanya itu? Tidak. Dalam prosesnya tim Nyalanesia tidak hanya fokus memberikan pelatihan, sertifikasi kompetensi dan akses pada program yang prover,  melainkan juga memfasilitasi siswa dan guru untuk menerbitkan buku.  Konsepnya ya mem...

Deskripsi dihari Wisuda

                   Acara wisuda II IAIN Tulungagung, akhirnya telah diselenggarakan pada hari kemarin, yang lebih tepatnya pada hari Sabtu, (05/9) pagi-siang. Tempat tamu yang telah tersedia dan tertata rapi pun akhirnya mulai dipadati oleh para calon wisudawan, wisudawati dan para tamu undangan.           Acara yang telah teragendakan jauh-jauh hari oleh kampus tersebut pun Alhamdulillah berjalan dengan baik dan khidmat, (husnudzon saya). Pasalnya hal yang demikian dapat dilihat, dipahami dan dicermati dari jalannya acara tersebut yang tidak molor (memerlukan banyak waktu).        Hari itu telah menjadi saksi bisu sejarah kehidupan (baik parsial/kolektif) yang menegaskan adanya sesuatu hal yang istimewa, penting dan berharga. Tentu saja semua itu dipandang dari framework umat manusia yang lumrah.     ...